Jumat, 4 Maret 2016
SRAGEN – Petani di Bumi Sukowati mengaku masih pesimistis dengan rencana Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Hal itu terkait desakan menteri agar Bulog membeli gabah petani. Selain Bulog hanya membeli beras kualitas bagus saja, petani mengaku Bulog seringkali membeli gabah dari petani di bawah harga pasar.
Sugeng Riyanto, 40, petani asal Kelurahan Nglorog mengaku pesimistis Bulog serius membeli gabah petani. Pasalnya selama ini Bulog hanya mau membeli gabah kualitasnya bagus. Berdasar pengalaman, sebelum membeli beras dan gabah dari petani Bulog memberikan banyak persyaratan. Sedangkan pada kondisi sekarang ini kualitas hasil panen diprediksi akan menurun akibat tingginya curah hujan dan banyak padi yang ambruk.
”Untuk hasil panen kali ini, mayoritas petani hampir merugi. Biaya produksi dengan hasil panen tidak sebanding,” ujarnya kemarin (3/3).
Diakui Sugeng Riyanto, agar gabah petani tetap laku, selama ini petani menjual gabah kepada tengkulak. Nantinya beras tersebut akan didistribusikan ke luar daerah yang kekurangan. ”Saya dengar dibawa ke Purwodadi dan Grobogan,” ungkapnya.
Keluhan serupa juga disampaikan petani asal Karangmalang, Mulyono,49. Dia mengakui tidak mengetahui persis penyebab utama anjloknya harga gabah. Padahal kualitas gabah di lahan miliknya relative bagus. Dia menduga harga gabah turun akibat pasokan gabah dari petani melimpah. Sebab saat ini sedang berlangsung panen raya hampir di semua daerah.
”cuaca buruk diduga juga menjadi penyebab anjloknya harga gabah. Diluar itu adanya permainan tengkulak juga diduga menjadi pemicu harga jual gabah murah,” bebernya.
Sebelumnya Menteri Pertanian Amran Sulaiman memerintahkan Bulog untuk membeli semua padi petani. Langkah tersebut dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan cadangan beras nasional. Sementara hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan dari pihak Bulog Sragen. Pejabat Bulog tidak ada di kantornya saat didatangi wartawan kemarin. (din/in)
http://radarsolo.co.id/2016/03/04/petani-pesimis-bulog-beli-gabah-petani/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar