Kamis, 10 Maret 2016

Pengadaan Beras Akan Diperbesar

Kamis, 10 Maret 2016

Bulog Kerja Sama dengan Dua Kementerian

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memutuskan meningkatkan serapan gabah di tingkat petani sebanyak mungkin. Penyerapan akan dilakukan Perum Bulog bekerja sama dengan sejumlah kementerian terkait di sentra-sentra produsen gabah.

Langkah ini dilakukan sejalan dengan melimpahnya stok di pasaran pada musim hujan.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution yakin, langkah ini dapat mendongkrak harga gabah di tingkat petani yang mulai turun.

"Panen pada musim ini membuat petani terdesak sehingga petani harus menjual gabah dengan cepat, padahal gabah belum sempat dikeringkan. Pada saat yang sama, terjadi kelambatan pembelian," kata Darmin Nasution seusai bertemu Presiden di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/3).

Menurut Darmin, Presiden mengambil keputusan tersebut agar lebih banyak gabah petani yang terserap. Agar program berjalan, jika perlu akan mengubah organisasi Bulog. Presiden meminta agar Bulog, Kementerian Pertanian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Perdagangan bersinergi membeli gabah petani. "Dalam situasi musim hujan seperti ini, jika petani tidak dibantu cepat-cepat dalam serapan gabah, mereka akan terdesak. Mereka tidak punya alat pengering gabah, sementara jika disimpan, gabah bisa rusak," kata Darmin.

Di lain pihak, Darmin menyadari, ada hal yang harus disiapkan, salah satunya memperbanyak alat pengering gabah. Sejauh ini, kata Darmin, Bulog belum memiliki alat pengering gabah sendiri. Persoalan tersebut menyulitkan Bulog membeli gabah petani dalam jumlah besar. Menyadari hal itu, beberapa bulan terakhir, Bulog menjalin kerja sama dengan para pemilik alat pengering gabah agar dapat membantu pengeringan gabah.

Tidak hanya itu, sumber daya manusia aparat Bulog juga belum cukup mengemban amanah menyerap gabah petani dalam jumlah besar. Karena itu, untuk sementara program penyerapan gabah ini perlu dilakukan dengan membangun sinergi lintas kementerian.

Prediksi pemerintah, puncak panen padi tahun ini diperkirakan pada April dan sebagian juga terjadi pada Mei. Darmin berharap, pada saat puncak panen itu, curah hujan tidak setinggi saat ini. "Jika sampai pada bulan itu hujan belum reda, barangkali penyempurnaan organisasi Bulog harus segera dilakukan," kata Darmin.

Langkah penyelamatan

Pembelian gabah di tingkat petani merupakan bagian dari langkah penyelamatan yang dilakukan pemerintah. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, langkah itu untuk mencegah jatuhnya harga gabah yang saat ini sudah turun sekitar Rp 1.000 per kilogram di tingkat petani.

"Melihat perkembangan harga gabah yang jatuh, Presiden meminta kami membentuk tim lintas kementerian untuk menyelamatkan harga gabah di tingkat petani," kata Amran.

Amran berpendapat, ada anomali suplai yang terjadi pada Januari-Februari, di mana tiba-tiba pasokan gabah melimpah di pasaran, sementara stok panen sebelumnya masih banyak. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan gabah di pasaran.

"Jika BPS (Badan Pusat Statistik) menyebut stok beras naik 6,3 persen, itu benar adanya. Pemerintah akan mencari solusi untuk mengangkat dan menyelamatkan harga gabah petani," ucapnya.

Setelah tim lintas kementerian terbentuk, pemerintah turun ke sentra-sentra produksi padi. Pemerintah, lewat jaringan di bawah, akan membeli gabah langsung di tingkat petani, bukan lagi di tingkat pedagang. "Pemerintah ingin meningkatkan serapan gabah di tingkat petani," lanjutnya.

Selain Darmin dan Amran, hadir dalam pertemuan itu Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. Rini mengakui, selama ini ada kelemahan dalam serapan gabah petani oleh Bulog.

Bulog terikat dengan ketentuan bahwa gabah yang bisa dibeli paling tidak memiliki kadar air 24 persen. Sementara pada musim hujan saat ini, kadar air gabah di tingkat petani diyakini lebih tinggi daripada ketentuan itu.

"Karena itu, pemerintah memberi keleluasaan kepada Bulog untuk menyerap beras petani," kata Rini. (NDY)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160310kompas/#/19/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar