Senin, 21 Maret 2016

Bulog Perbaiki Semua Mesin Rusak

Senin, 21 Maret 2016

SELURUH mesin penggilingan padi yang ditemukan rusak milik Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sudah diperbaiki.

Mesin rusak itu diduga menjadi salah satu faktor penyebab buruknya kinerja penyerapan beras selama ini.

"Sebetulnya waktu inspeksi mendadak (sidak) Presiden Jokowi, kami sedang memproses peremajaan mesin, tetapi belum semua. Sekarang seluruhnya di Jawa Tengah sudah diperbaiki," ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti saat dihubungi di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, Bulog memiliki 14 unit rice mill di Jawa Tengah yang seluruhnya telah diremajakan.

Tiap unit membutuhkan bujet Rp30 juta hingga Rp50 juta agar berfungsi kembali.

Kerusakan umumnya terjadi pada alat pengering rice mill karena sudah tua.

Alat pengering itu juga semula masih menggunakan solar dan minyak tanah.

Setelah diremajakan, kini alat pengering itu dapat beroperasi menggunakan bahan bakar gas dan sekam yang lebih berkelanjutan.

Total jumlah rice mill milik Bulog, lanjut Djarot, sebanyak 50 unit.

Temuan mesin rusak terungkap saat sidak Presiden Jokowi awal minggu lalu.

Itu juga menjadi instropeksi bagi Bulog untuk memperbaiki kinerjanya.

Djarot pun berjanji untuk lebih memperhatikan unit-unit kerjanya di daerah.

Di sisi lain, Bulog melaporkan penyerapan pangan di sejumlah daerah masih rendah karena harga pembelian pemerintah (HPP) yang rendah.

Di Banyumas, Jawa Tengah, misalnya, pencapaian baru 300 ton dari target 80 ribu ton beras tahun ini.

Pencapain itu masih di bawah 1%.

Di Sulawesi Selatan, Bulog Divre di wilayah itu baru mampu menyerap gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebanyak 300 ton selama 2016.

"Lantaran Januari dan Februari belum ada panen raya, tapi kita yakin, akhir Maret bisa menyerap maksimal. Apalagi, kan sudah masuk musim panen di semua daerah," jelas Abdul Muis, Kepala Bulog Divre Sulselbar.

Meski demikian, pihak Bulog mengaku belum bisa menyerap maksimal.

Padahal, hasil panen petani melimpah sebab harga yang tidak sesuai.

Harga GKP di tingkat petani lebih tinggi di atas harga HPP yang hanya Rp3.700 per kilogram.

Di Sragen, Kebijakan HPP yang diatur Inpres 5/2015 masih menjadi hambatan di lapangan.

Rendahnya penyerapan beras di NTT disebabkan faktor harga yang lebih tinggi dari HPP, yakni Rp11.000 per kg, sementara HPP Rp7.300/kg.

Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, gabah yang diserap Bulog baru 115 ton dari target 50 ribu ton.

http://www.mediaindonesia.com/news/read/35445/bulog-perbaiki-semua-mesin-rusak/2016-03-21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar