Jumat, 18 Maret 2016

Bulog Lakukan Terobosan Pengadaan Beras

Kamis, 17 Maret 2016

JAKARTA, KOMPAS — Dalam rangka memaksimalkan pengadaan gabah/beras hingga 4,6 juta ton setara beras untuk stabilisasi harga, Perum Bulog melakukan berbagai langkah terobosan. Pemanfaatan sarana pengering gabah termasuk lantai jemur milik sendiri ataupun menyewa menjadi prioritas dalam pengadaan gabah/beras di musim hujan ini.

Hal itu dikemukakan Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, Kamis (17/3/2016), saat dihubungi di Sragen, Jawa Tengah.

Wahyu mengatakan, sesuai permintaan Presiden Joko Widodo, Bulog memaksimalkan pembelian gabah/beras dari produksi dalam negeri. Selama puncak musim panen di musim hujan ini atau periode Maret-Mei 2016, Bulog diminta membeli 3 juta ton setara beras.

Secara umum harga gabah relatif bagus di tingkat petani. Rata-rata di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 per kilogram untuk gabah kering panen.

Memang masih ada harga gabah yang di bawah HPP, tetapi umumnya kualitasnya rendah karena kadar air sangat tinggi.

Bulog terus melakukan pembelian. Strategi yang dilakukan adalah membeli gabah langsung dari petani/kelompok tani. Selanjutnya, gabah dikeringkan sendiri oleh Bulog, baru digiling ke unit penggilingan beras Bulog.

Bulog menjalin kerja sama dengan pemilik alat pengering dan lantai jemur milik BUMN, BUMD, ataupun swasta.

Pada 2016, kerja sama pemanfaatan fasilitas pengering dengan swasta mencapai kapasitas 1.500 ton per hari, BUMN 750 ton, dan BUMD 500 ton. Total kapasitas pengering Bulog hasil kerja sama 2.750 ton per hari.

Agar mudah membeli gabah petani, Bulog menjalin kerja sama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), yang anggotanya petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani.

Bulog juga membentuk satuan kerja (satker) pengadaan gabah/beras di setiap wilayah, kerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.

Informasi peta wilayah panen dari Kementan, kapan bisa dipanen, dan di mana saja padi akan dipanen selalu dikoordinasikan dengan Bulog.

Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi daerah yang terlewat dan gabahnya tidak terserap Bulog. Satker akan langsung membeli gabah dari petani dan kelompok tani.

Di luar itu, Bulog masih melakukan kerja sama pengadaan beras dengan mitra Bulog, misalnya dari penggilingan padi seperti yang selama ini berjalan. Termasuk dengan penggilingan padi skala kecil, menengah, dan besar.

Tahun ini, Perum Bulog menargetkan pengadaan gabah kering giling dari produksi dalam negeri sebanyak 1,25 juta ton, pengadaan beras melalui jalur PSO 3,2 juta ton, dan jalur komersial 800.000 ton. Adapun total target pengadaan 2016 sebanyak 4,6 juta ton setara beras.

Bangun kepercayaan

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Sutarto Alimoeso mengatakan, yang terpenting yang harus dibangun pemerintah adalah membangun kepercayaan di antara para pemangku kepentingan.

Para pengusaha penggilingan padi tetap berkomitmen memasok beras ke Bulog sepanjang secara bisnis perhitungannya masuk.

Kerja sama Bulog dengan para pelaku usaha termasuk penggilingan skala kecil sangat penting. Tujuannya agar Bulog bisa mendapat beras dengan harga sesuai HPP.

Dalam situasi sekarang, yang paling ideal Bulog menjalin kerja sama di awal budidaya dengan petani. Bulog juga masuk dalam on farm, bekerja sama dengan petani sejak dari penanaman. Kalau hanya menunggu panen, sulit mendapat beras. Kalaupun ada, harga cenderung sudah tinggi.


http://print.kompas.com/baca/2016/03/17/Bulog-Lakukan-Terobosan-Pengadaan-Beras

Tidak ada komentar:

Posting Komentar