Selasa, 15 Maret 2016
PULUNG – Bagai ayam mati di lumbung padi. Ungkapan tersebut tepat menggambarkan nasib petani di Ponorogo. Bagaimana tidak, petani selalu dihantui kerugian saat hasil panen melimpah. Penyebabnya masih sama. Harga gabah selalu anjlok di musim panen. Terlambatnya penyerap produksi petani, diklaim menjadi salah satu indikator. ‘’Kalau saat panen gabah langsung terbeli, harganya tidak akan turun drastis. Masalahnya sekarang, saat harga jatuh, di mana-mana Bulog tidak segera masuk,’’ kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni di sela kegiatan panen raya jagung dan tanam kedelai di Desa Sidoharjo, Pulung, kemarin (14/3).
Bulog, lanjut Ipong, kerap telat membeli gabah petani. Alasannya klasik. Anggaran pembelian belum turun dari pusat. Sebaliknya, saat harga sudah kembali normal, hasil panen petani baru mulai terserap. Padahal, petani sudah telanjur merugi. Ipong mengaku sudah memantau kondisi tahunan tersebut. Pun, pertanyaan petani seputar jebloknya harga saat panen kerap dilontarkan kepadanya. Salah satunya saat sesi sarasehan pasca panen raya, kemarin. Bukan hanya petani gabah. Keluhan juga mencuat dari petani jagung. ‘’Solusinya ya harus ada yang berani membeli (hasil panen) saat panen,’’ tegasnya.
Ipong mengaku tidak dapat menekan Bulog lantaran bukan lembaga pemerintah daerah. Namun, pemkab siap membeli hasil panen petani. Ipong berencana bakal menyisihkan dana penyangga untuk membeli hasil panen petani. Dia menyebut besaran anggaran berkisar Rp 10 miliar hingga Rp 15 miliar. Bupati membantah jika program tersebut bakal bertubrukan dengan Bulog. Pasalnya, anggaran digunakan untuk membeli semua komoditi. Sedang, dana Bulog hanya khusus untuk satu jenis komoditi, yakni gabah. ‘’Prinsipnya menyelematkan nasib petani. Jumlahnya memang tidak besar. Tapi, setidaknya pemerintah sudah berusaha,’’ ungkapnya sembari menyebut program paling cepat terlaksana saat Perubahan APBD 2016, sekitar Agustus mendatang.
Terpisah, Kepala Bulog Sub Divre 13 Antok Hendriyanto membantah pihaknya terlambat membeli gabah petani. Bahkan, anggaran belanja Bulog cukup hingga Mei mendatang. Namun penyerapan gabah petani belum maksimal. Sebab, panen raya baru April mendatang. Penyerapan baru sebatas skala kecil. Antok menambahkan Bulog siap membeli gabah petani dengan harga jual tertinggi. Gabah kering panen (GKP) bakal dibeli Rp 3.700 perkilogramnya. Sedang, gabah kering giling (GKG) Rp 4.650 per kilogramnya. ‘’Untuk beras kami siap membeli Rp 7.300 per kilogram,’’ ungkapnya.
Bahkan, Bulog siap membeli gabah petani dengan rendemen rendah sekalipun. Pasalnya, kualitas panen raya kali diprediksi turun. Sebab, banyak padi petani yang rubuh. Itungan Antok mencapai puluhan hektare. ‘’Selagi masih dalam batas ambang toleransi, kami siap membeli,’’ katanya sembari menyebut stok beras untuk Ponorogo aman. (agi/irw)
http://www.radarmadiun.co.id/detail-berita-1293-ipong-bulog-telat-beli-gabah-petani.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar