Sabtu, 19 Maret 2016
Pasuruan (wartabromo) – Petani Pasuruan masih kesulitan memenuhi persyaratan Bulog dalam penyerapan gabah hasil panenan mereka karena persyaratan yang dipatok dianggap terlalu berat. Para petani pun memilih menjual gabah mereka ke tengkulak.
M Mahsun, anggota kelompok Tani asal Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, mengatakan standar gabah yang bisa diserap oleh Bulog terlalu tinggi dan mereka tidak bisa memenuhinya karena keterbatasan alat, berupa mesin pengering atau dryer.
“Bulog lebih memilih membeli gabah kering giling (GKG). Petani kesulitan untuk memenuhinya karena mesin pengering jumlahnya se-Pasuruan sangat terbatas. Kalau mengeringkan dengan cara tradisional, saat ini kami kesulitan dengan keterbatasan lahan untuk menjemur,” kata Mahsun, Sabtu (19/3/2016).
Mahsun mengungkapkan rata-rata petani mengeluhkan keterbatasan lahan untuk menjemur secara tradisional. Waktu yang dibutuhkan untuk menjemur hingga memenuhi syarat GKG juga cukup lama.
Abd Adhim, kelompok tani asal Rembang, menyampaikan hal senada. Kata dia jika dipaksakan pengeringan hingga memenuhi standar harga Bulog, maka petani malah merugi.
“Harga GKG yang dipatok Bulog di Pasuruan, sekitar Rp 4.300/kg, itu terlalu rendah. Kami justru merugi jika memaksa menjualnya ke Bulog. Lebih baik ke tengkulak, nggak usah repot-repot,” tandas Adhim.
Menurut Adhim, kebijakan pemerintah saat ini yang membantu petani dengan pemberian bibit atau benih hingga mempermudah mendapatkan pupuk, hasil akhirnya masih belum bisa membuat petani lebih sejahtera. “Karena pasca panennya nggak dipikirkan,” pungkasnya. (hrj/fyd)
http://www.wartabromo.com/2016/03/19/susah-diterima-bulog-petani-terpaksa-jual-gabah-ke-tengkulak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar