Kamis, 03 Maret 2016

Bulog Tak Peduli, Harga Gabah Banyuasin Anjlok

Kamis 3 Maret 2016

RMOL.Minggu ke empat di Februari hingga Maret 2015 merupakan bulan yang sangat dinanti kehadirannya oleh masyarakat petani di Kabupaten Banyuasin.

Sebab di bulan itu hamparan sawah yang ditanamani padi sudah menguning atau dalam keadaan siap untuk di panen. Terlebih panen perdana di tahun 2016 ini baik jumlah maupun kualitasnya cukup memuaskan para petani.

"Hasil panen perdana 2016 melimpah ruah dengan kualitasnya sangat baik," kata Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Manunggal Jaya Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin M Ali Hasan kepada Rakyat Merdeka Online Sumsel.

Melihat hal itu Gapoktan di wilayah Kecamatan Muara Telang optimis target produksi 1,4 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang diminta Kementrian Pertanian RI melalui Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin di tahun 2016 ini bisa tercapai. Sebagaimana halnya target produksi tahun 2015 sebesar 1,2 juta ton GKG mampu dilampaui bahkan over target.

"Kami berkeyakinan seluruh petani di Banyuasin tidak hanya mampu melampaui target produksi di 2015 tetapi juga di 2016 ini," katanya.

Tetapi di balik kerja keras petani mengejar target produksi GKG ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Meski jumlah produksi bertambah, mutu dan kualitas meningkat namun harga jual gabah anjlok, kegembiraan petani dalam merayakan panen perdana padi tahun ini terasa tidak sempurna.

"Di Kecamatan Muara Telang harga jual gabah lebih rendah dari harga di pasaran," ungkapnya.

Padahal hasil panen dijual ke Bulog, sayangnya harga yang di patok pihak Bulog untuk gabah milik petani juga lebih murah dari pasaran. Kondisi justru makin memperburuk keadaan.

"Petani berharap harga jual ke Bulog bisa sesuai harga dipasaran atau lebih tinggi, kenyataannya malah lebih rendah dari harga yang di bayar tengkulak," bebernya.

Rendahnya harga jual gabah ini tak mampu di tolak petani, mau tidak mau dijual ke Bulog dan tengkulak, karena untuk membawa hasil panen keluar wilayah kecamatan aksesnya cukup sulit. Kecamatan Muara Telang berada di wilayah perairan sehingga dibutuhkan armada angkutan sungai seperti speedboad, jukung atau armada sungai lainnya untuk membawanya dengan biaya yang juga mahal.

Kapasitas gudang Bulog yang kecil, sehingga daya tampung gudang untuk membeli hasil panen petani terbatas membuat petani terpaksa menjual ke tengkulak.

Wasikin anggota Gapoktan Manunggal Jaya menambahkan, penyebab lain yang mengakibatkn anjloknya harga gabah  tidak adanya perhatian dari pihak Bulog terhadap kualitas gabah petani. Petani selama ini teriak terkendala dengan alat pengeringan gabah, namun tidak di indahkan.

Kalau musim hujan buah padi basah kualitas gabah kurang bagus, akibatnya Bulog mematok harga murah. Padahal seharusnya Bulog lebih mengerti bagaimana petani mengolah lahan sampai musim panen. Atau kalau ingin hasilnya sesuai standar kualitas Bulog berilah bantuan mesin mengering gabah ke petani,รข€ pintanya.

Derita petani tidak berhenti sampai disitu, belakangan terungkap kebijakan masuknya beras impor berimbas pada jatuhnya harga beras di pasaran.

"Sementara ditingkatan petani berdampak pada jatuhnya harga gabah karena beras impor terlanjur masuk dan membanjiri pasar. Maka dari itu dengan tegas kami sampaikan bahwa petani menolak beras impor masuk Provinsi Sumatera Selatan apalagi ke Kabupaten Banyuasin. Itu sangat merugikan kami para petani," tegasnya.

Menanggapi persoalan itu, Kepala Perum Bulog Divisi Regional Sumsel Babel, Miftahul Adha mengatakan, untuk harga gabah hasil panen petani di Banyuasin yang dibeli sudah sesuai HPP yang ditetapkan pemerintah.

"Harga yang dibayarkan sesuai kualitas yang ada dan mengacu pada standar HPP. Untuk gabah yanh dibeli Bulog diareal sawah harganya Rp 3700 per kilo gram. Sedangkan jika petani menjual ke gudang Bulog maka harga yang dibayarkan Rp 4650 per kilo gram. Untuk kebijakan harga gabah, pihaknya  hanya sebagai pelaksana dan operator saja, yang menetapkan kebijakan itu pemerintah. Begitu juga, impor beras tidak ada kepentingan dari Bulog," jelasnya.

Sedangkan kendara gabah basah akibat curah hujan tinggi dan belum dimilikinya mesin pengering gabah pihaknya berjanji akan mengusulkan pembangunan infrastruktur pengeringan gabah, mudah-mudahan itu terealisasi,"katanya. [ida]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar