Rabu, 6 April 2016
Harga Jagung Minimal Rp 2.700 Per Kilogram
BULUKUMBA, KOMPAS — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta Bulog menyerap jagung petani dengan harga minimal Rp 2.700 per kilogram. Hal itu untuk melindungi petani dari anjloknya harga jagung saat ini karena masa panen raya di sejumlah daerah.
Hal itu dikatakan Amran seusai meninjau panen jagung dan padi di Kabupaten Bone, Soppeng, dan Bulukumba, Sulawesi Selatan, Selasa (5/4). Keputusan itu diumumkan Amran di hadapan petani yang mengikuti acara panen di ketiga kabupaten tersebut. "Harga pembelian Rp 2.700 per kilogram itu mulai berlaku hari ini (Selasa)," katanya.
Harga jagung pipilan kering di tingkat petani di ketiga kabupaten yang tengah panen tersebut saat ini anjlok hingga di kisaran Rp 1.500-Rp 2.000 per kg. Harga terendah terjadi di Bulukumba, yakni Rp 1.500 per kg.
Dengan harga pembelian oleh Bulog minimal Rp 2.700 per kg tersebut, petani agar tak merugi saat panen raya. Hal itu juga untuk menjaga semangat petani agar tetap mau menanam jagung pada musim berikutnya. Di Sulsel, diperkirakan hasil panen jagung tahun ini 2,6 juta-3 juta ton.
Amran menambahkan, pihaknya juga akan menyurati semua produsen pakan ternak agar segera menyerap hasil panen jagung petani saat ini. Harga beli produsen diharapkan Rp 3.000- Rp 3.100 per kg.
"Perusahaan sering mengeluh tidak ada jagung. Tetapi, saat produksi melimpah seperti sekarang, (hasil panen) tidak diambil," ujar Amran.
Ia mengatakan, Kementerian Pertanian tak akan mengeluarkan rekomendasi impor jagung saat produksi nasional tinggi seperti saat ini. Saat ini ada 600.000 ton jagung impor yang tak diizinkan masuk oleh Kementan.
Secara terpisah, Andi Alwi (52), petani jagung di Soppeng, mengatakan, harga jagung di Soppeng saat ini sekitar Rp 1.900 per kg. Harga itu jauh di bawah harga ideal Rp 3.500 yang dibutuhkan petani untuk menutupi biaya produksi dan usaha.
"Harga Rp 2.700 per kilogram sebenarnya belum cukup. Kami berharap harga minimal Rp 3.500 per kilogram agar bisa untuk modal menanam musim selanjutnya," kata Alwi. Harga jagung di Soppeng pernah mencapai Rp 6.500 per kg.
Saat menghadiri panen raya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan Wajo, Sulsel, Senin (4/4), Amran juga kembali menggencarkan penyerapan gabah oleh Bulog. Kementan menjanjikan insentif bagi daerah yang berhasil memenuhi target penyerapan gabah tersebut.
Amran menjanjikan memberikan benih unggul untuk lahan sawah seluas 10.000 hektar jika Pangkep berhasil mencapai target serapan gabah sebanyak 60.000 ton. Di Wajo, Amran menjanjikan benih unggul gratis untuk lahan seluas 30.000 hektar jika serapan gabah mencapai 200.000 ton.
"Benih unggul itu produktivitasnya bisa mencapai 10 ton per hektar dibandingkan yang biasanya mencapai 5 ton per hektar. Jadi, ini akan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani juga," ujar Amran. Adapun harga pembelian pemerintah gabah kering panen saat ini Rp 3.700 per kg.
Kawasan bawang
Kementan terus mengembangkan kawasan penghasil bawang merah untuk memenuhi kebutuhan nasional. Selain pembekalan kepada penyuluh dan petani, pengaturan pola tanam di setiap daerah juga dilakukan agar harga bahan pangan tersebut tak melulu jatuh karena stok tak terkendali sehingga merugikan petani.
Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Anastasia Promosiana mengatakan, sebanyak 76 kabupaten dari 27 provinsi dikembangkan sebagai wilayah penghasil bawang merah dengan total luas lahan 3.800 hektar. Dengan demikian, kebutuhan nasional dapat terpenuhi tanpa harus mengimpor bawang merah.
Hal itu disampaikan Promosiana saat meninjau hasil pendidikan dan pelatihan tematik bawang merah di Desa Widasari, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa.
Menurut Promosiana, kebutuhan bawang merah untuk konsumsi ataupun industri tahun ini mencapai 991.901 ton. Target produksi bawang merah mencapai 1.291.125 ton. Sekitar 60 persen kebutuhan itu dipasok dari Pulau Jawa, seperti Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dan Kuningan, Jabar.
Melalui pengembangan kawasan bawang merah dan manajemen pola tanam di setiap daerah, lanjut Promosiana, target produksi bawang dapat tercapai. "Jadi, tahun ini, bawang merah bisa surplus 191.284," ucapnya.
Manajemen pola tanam adalah pengaturan waktu tanam di setiap daerah agar stok bawang dapat dikendalikan dan tidak menyebabkan harganya jatuh. Harga bawang merah yang standar Rp 15.000 per kg di tingkat petani dapat anjlok hingga Rp 5.000 per kg saat stok tak terkendali.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Indramayu Dasma Adiwijaya meminta pemerintah daerah mencarikan pasar bagi produksi bawang merah. Pasalnya, selama ini, petani hanya bergantung pada harga yang ditentukan tengkulak. "Informasi pola tanam juga harus sampai ke petani," ucapnya. (ENG/IKI)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160406kompas/#/23/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar