Senin, 11 April 2016
JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog tahun ini diperkirakan hanya akan mampu membeli 2,5 juta ton setara beras, lebih rendah dari 4 juta ton yang ditargetkan pemerintah. Berbagai kendala ditengarai menyebabkan pengadaan beras Bulog tahun ini berpotensi rendah.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Tohir mengemukakan hal itu, Minggu (10/4), di Jakarta. Ia mengamati, terdapat berbagai kendala yang membuat pengadaan beras Bulog diperhitungkan rendah tahun ini, diperkirakan hanya sekitar 2,5 juta ton.
Penyebab pertama, masa panen padi berlangsung di musim hujan. Kemampuan penggilingan padi melakukan pengeringan gabah untuk proses penggilingan sangat terbatas. Banyak gabah yang tidak bisa dikeringkan sehingga susah digiling menjadi beras. Kondisi ini menyebabkan harga gabah turun, di sisi lain harga beras tetap tinggi akibat kurangnya pasokan.
Penyebab kedua, rendahnya harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras. Saat ini harga gabah kering panen sesuai HPP hanya Rp 3.700 per kilogram. Sementara banyak perusahaan penggilingan yang berani membeli dengan harga lebih tinggi. Untuk itu diperlukan mekanisme yang lebih lentur bagi Bulog untuk bisa membeli gabah dengan harga di luar HPP.
Persoalan ketiga, permintaan konsumen terhadap beras kualitas premium terus meningkat. KTNA memperhitungkan kenaikan mencapai 32 persen dibandingkan lima tahun sebelumnya.
Beras premium diolah dari bahan yang sama dengan beras medium. Untuk menghasilkan beras premium, perusahaan penggilingan padi cukup membeli mesin penggilingan padi yang lebih modern. Dengan memproduksi beras premium, keuntungan perusahaan penggilingan lebih baik. Karena itu, mereka berani membeli gabah sebagai bahan baku ataupun beras asalan dengan harga lebih mahal.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, Bulog perlu menjalin kerja sama dengan Perpadi. Secara nasional, Perpadi memiliki 182.000 anggota. Dari jumlah itu, 172.000 merupakan penggilingan setempat. Melalui kerja sama dengan penggilingan setempat, Bulog akan lebih mudah mendapat beras. "Meski sedikit-sedikit, kalau pemasoknya banyak, akan dapat banyak juga," kata Sutarto.
Selain itu, sejak akhir tahun Bulog juga sudah perlu menjalin kerja sama dengan kelompok tani untuk pengadaan tahun ke depan, tentu dengan menggandeng pula pemerintah daerah. Melalui kerja sama tiga pihak tersebut, Bulog juga bisa memberikan fasilitas dan kemudahan untuk petani, seperti dalam permodalan atau olah lahan.
Kerja sama sejak dini akan lebih memungkinkan beras masuk ke Bulog. Selain itu, Bulog juga dapat mengoptimalkan Unit Pengolahan Gabah dan Beras, serta Bulogmart, agar bisa menjadi penentu harga. (MAS)
http://print.kompas.com/baca/2016/04/11/Bulog-Diperkirakan-Hanya-Bisa-Beli-25-Juta-Ton-Be
Tidak ada komentar:
Posting Komentar