Selasa, 12 April 2016

Bulog Siapkan 1,5 Triliun Lebih

Senin, 11 April 2016

Serap Beras dan Gabah Petani

PRAYA – Divre Bulog NTB mengklaim telah menyiapkan Rp 1,5 triliun lebih, untuk menyerap gabah petani di NTB. Di Lombok Tengah (Loteng) program tersebut sedang berjalan, mereka menargetkan membeli sebanyak-banyaknya, bila perlu seluruh luas tanam pertanian mencapai 54.016 hektare (ha).

“Untuk Loteng, kami belum menghitung, berapa yang sudah diserap,” kata Kadivre bulog NTB Kuswinhartomo pada Lombok Post, kemarin usai menghadiri panen raya di Dusun Ketapang Desa Penujak Praya Barat.

“Pada intinya, kami tetap komit menyerap gabah petani. Tentu, mengacu pada Inpres Nomor 5 Tahun 2015 dan harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 7.300 per kilo,” lanjutnya.

Di tahun ini, kata Kuswinhartomo bulog menargetkan menyerap gabah petani sebanyak 211.500 ton, dikalikan HPP, maka berjumlah Rp 1,5 triliun lebih. Untuk sementara, bulog baru merealisasikan program tersebut di Pulau Sumbawa. Alasannya, mereka lebih dahulu menggelar  panen.

Sedangkan Pulau Lombok, katanya dilakukan secara bertahap, sesuai musim. Kriteria gabah yang diserap Bulog yaitu, gabah kering giling dengan kadar air, maksimum 25 persen dan kadar hampa 10 persen dihargai Rp 3.700 per kilo. Sementara, kualitas kadar air maksimum 14 persen dan kotoran 3 persen sebesar Rp 4.600 per kilo.

Kemudian, untuk harga pembelian beras dengan kadar air maksimum 14 persen dan butir patah 20 persen sebesar Rp 7.300 per kilo. “Itu sesuai Inpres. Karena, kami menargetkan sebanyak-banyaknya beras dan gabah petani diserap,” kata Kuswinhartomo.

Jika itu berjalan maksimal, pihaknya mengaku kesejahteraan petani mengalami peningkatan. Di satu sisi, stok pangan aman. Bahkan, bisa dikirim ke provinsi lain di seluruh Indonesia.

 “Alhamdulillah, mulai musim tanam tahun ini, bulog jemput bola. Kita bekerja sama dengan TNI,” sambung Asisten II Setda Loteng Nasrun.

Ia, menekankan, ketentuan hukum dan Undang-undang yang berlaku tentang perberasan, wajib dijalani Bulog. Bila perlu untuk mengukur kadar air dan kualitas beras atau gabah, petani bisa menyaksikan langsung.

“Kalau dirasa terlalu banyak kadar air, maka cepat keringkan. Begitu seterusnya. Karena, kita tidak ingin, Bulog membuat alasan yang tidak-tidak,” katanya.(dss/r3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar