Kamis, 14 April 2016

Bulog Jatim Serap 100.000 Ton

Kamis, 14 April 2016

Musim Panen Harga Gabah Turun

SURABAYA, KOMPAS — Penyerapan gabah petani oleh Bulog Divisi Regional Jawa Timur terus berlangsung karena saat ini memasuki panen. Hampir semua sentra produksi padi sedang panen. Saat ini Bulog Divre Jatim telah mampu menyerap sekitar 100.000 ton setara beras.

Petani menebas padi yang ditanami secara organik di Desa Wanguk, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (13/4). Petani di Indramayu terus mengembangkan padi organik karena dinilai lebih ekonomis dan tahan serangan hama.

Melihat hasil panen di seluruh sentra produksi, Asosiasi Pedagang Padi, Jagung dan Kedelai (APP) Jawa Timur optimistis target Bulog Jatim pada 2016 sebanyak 1 juta ton setara beras terpenuhi. Ketua APP Jatim Sumanto Margo Suwito di Surabaya, Rabu (13/4), mengatakan, saat musim panen, pengawasan terhadap penggilingan padi, pengepul, dan petani perlu ditingkatkan. Pengawasan penting agar tak ada pihak menghambat proses penyerapan gabah oleh Bulog.

Selama ini, kata Sumanto, ada saja pihak yang berusaha menghambat pengadaan pangan oleh mitra kerja Bulog. Padahal, mitra kerja Bulog selain swasta juga Gabungan Kelompok Tani di daerah. "Pendekatan terus dilakukan agar tidak ada pihak yang menimbun beras sehingga target pengadaan beras di Jatim terhambat. Pengawasan juga diperketat, terutama bagi pengusaha penggilingan padi agar tak menimbun beras," ujarnya.

Menurut Julia Hermawati dari Humas Bulog Divisi Regional Jatim Bulog, setiap hari paling tidak 10.000 ton gabah bisa diserap. Apalagi sepanjang musim panen ini diharapkan bisa memenuhi 60 persen dari target pengadaan Bulog Jatim 2016.

Untuk mengamankan ketahanan pangan di daerah itu, Pemerintah Provinsi Jatim berusaha meningkatkan produksi gabah dengan menggandeng Kodam V Brawijaya mengolah sekitar 78.000 hektar lahan tidur. TNI juga dilibatkan dalam penyerapan gabah petani agar target terpenuhi seperti tahun lalu.

Produksi 2015 mencapai 13,15 juta ton gabah kering giling (GKG), atau naik 6,11 persen dibandingkan dengan 2014 sebanyak 12,39 jutaan ton GKG. Gubernur Jatim Soekarwo dalam setiap kesempatan menegaskan, gabah yang dibeli dari petani harus GKG, bukan gabah kering panen (GKP), agar nilai jual lebih tinggi sehingga menguntungkan petani.

Harga turun

content

Namun, musim panen padi langsung berpengaruh pada turunnya harga gabah di Jatim dan provinsi lain. Di Malang, saat ini harga GKP Rp 4.000 per kilogram (kg) atau lebih rendah dibandingkan harga Desember lalu Rp 5.000.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang Agus Tri Sumandoko, Rabu, mengatakan, harga itu berlaku di wilayah tengah daerah itu. Di daerah pinggiran yang berbatasan dengan kabupaten lain, seperti Kasembon yang berbatasan dengan Kabupaten Kediri, harga GKP Rp 3.000 per kg.

Tahun 2016 sasaran panen padi di Malang mencapai 71.000 hektar, lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya 68.000 hektar. Karakteristik panen di Malang sendiri berbeda dengan daerah lain yang biasanya berlangsung bersamaan. Masa panen di Malang tidak seragam.

Samsi (60), petani di Desa Karangsuko, Kecamatan Gondanglegi, mengatakan, perbedaan masa tanam bisa berakibat pada serangan hama. Beberapa bulan ini petani setempat mengembangkan rumah bagi burung hantu, dengan melibatkan TNI dan dinas setempat. Burung hantu akan memangsa tikus.

Petani Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, juga mengeluhkan harga GKP yang anjlok pada masa panen raya ini. Di tingkat petani, harga GKP melorot hingga Rp 3.300-Rp 3.400 per kg, atau di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700.

Jarot (60), petani Desa Catur, Kecamatan Simo, Boyolali, mengatakan, petani umumnya tak memiliki banyak pilihan selain menjual GKP kepada pembeli seharga Rp 3.300-Rp 3.400 per kg. Selain karena segera membutuhkan uang tunai, petugas Bulog belum menjangkau hingga ke Desa Catur untuk membeli gabah petani sesuai HPP.
Harga gabah turun selain karena pasokan gabah melimpah pada masa panen raya ini, juga dipengaruhi mutu gabah yang kurang baik. Hal itu terjadi karena dipengaruhi cuaca yang sering hujan.

Minta pemerintah

Terkait dengan turunnya harga gabah, petani di Desa Pantik, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, meminta pemerintah mengakomodasi hasil panen padi mereka. Ribuan ton gabah yang mereka hasilkan tahun 2015 dijual dengan harga murah ke luar provinsi itu.

Supriyadi (49), warga Desa Pantik, menyebutkan, ia menjual gabah kering dengan harga Rp 3.000-Rp 4.000 per kg, padahal harga normalnya Rp 5.000 sampai Rp 6.000.

Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo menjelaskan, pada tahun 2015 enam desa penghasil beras di Pulang Pisau mampu menghasilkan 15.000 ton beras. Namun, semua dijual keluar Kalteng karena saat itu dalam keadaan surplus beras. "Dari Banjarmasin dijual lagi ke Kalteng, ini kan aneh. Mereka bikin merek sendiri, padahal yang dijual beras dari sini," kata Edy, Selasa lalu.

Penjabat Gubernur Kalteng Hadi Prabowo mengatakan, kebingungan petani menjual padi merupakan fenomena yang muncul di Kalteng. Hal itu tidak hanya terjadi di Pulang Pisau, tetapi juga di beberapa daerah lain.

(ETA/WER/RWN/IDO)

http://print.kompas.com/baca/2016/04/14/Bulog-Jatim-Serap-100-000-Ton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar