RAKYATKU.COM, MAKASSAR – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan ketersediaan beras saat ini melimpah. Sebab, ada 31,2 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 18,7 juta ton beras yang dipanen pada Februari-April 2016. Sedangkan konsumsi beras penduduk hanya 2,6 juta ton per bulan. “Justru yang harus diantisipasi saat ini adalah harga gabah di petani. Sehingga Bulog segera turun ke lapangan menyerap langsung ke petani minimal 4-5 juta ton beras di saat panen raya ini,” ujar Staf Menteri Pertanian Bidang Kebijakan, Sukriansyah S Latief melalui keterangan tertulisnya, Selasa (1/3/2016). Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI), Rizal E Halim mengatakan, peran Badan urusan Logistik (Bulog) sebagai penyanggah harus berfungsi maksimal. Pemerintah dinilai harus memikirkan hal ini. Karena bila rantai distribusi ingin dipangkas, kata dia, maka harus ada institusi yang mewakili pemerintah untuk menjalakankan fungsi distribusi dengan cepat menyerap gabah hasil panen petani. “Namun kadang prosedural yang rumit jadi masalah. Terkait Bulog, sangat dibutuhkan dukungan Kementerian BUMN dan Mendag, bahkan presiden. Merubah paradigma yang sudah lama terbangun di Bulog memang harus melibatkan Kemen-BUMN dan Mendag untuk ikut memberikan penekanan,” jelasnya. Kepastian ini diberikan setelah melihat upaya Kementan menghadapi El Nino tahun lalu. Gejala alam itu dinilai berdampak pada mundurnya waktu tanam dan turunnya luas tanam, utamanya Oktober 2015. Kementan sudah berupaya mengantisipasi dini kekeringan masif. Dari situ, luas tanam di luar Oktober meningkat. Luas panen padi 2015 naik 318.168 ha (2,31%) dibandingkan 2014 dan produktivitasnya naik 3,97% menjadi 5,33 ton/ha.
Rabu, 02 Maret 2016
Stok Beras Melimpah, Kementan Minta Bulog Serap Cepat Hasil Panen
SELASA , 01 MARET 2016
RAKYATKU.COM, MAKASSAR – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan ketersediaan beras saat ini melimpah. Sebab, ada 31,2 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 18,7 juta ton beras yang dipanen pada Februari-April 2016. Sedangkan konsumsi beras penduduk hanya 2,6 juta ton per bulan. “Justru yang harus diantisipasi saat ini adalah harga gabah di petani. Sehingga Bulog segera turun ke lapangan menyerap langsung ke petani minimal 4-5 juta ton beras di saat panen raya ini,” ujar Staf Menteri Pertanian Bidang Kebijakan, Sukriansyah S Latief melalui keterangan tertulisnya, Selasa (1/3/2016). Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI), Rizal E Halim mengatakan, peran Badan urusan Logistik (Bulog) sebagai penyanggah harus berfungsi maksimal. Pemerintah dinilai harus memikirkan hal ini. Karena bila rantai distribusi ingin dipangkas, kata dia, maka harus ada institusi yang mewakili pemerintah untuk menjalakankan fungsi distribusi dengan cepat menyerap gabah hasil panen petani. “Namun kadang prosedural yang rumit jadi masalah. Terkait Bulog, sangat dibutuhkan dukungan Kementerian BUMN dan Mendag, bahkan presiden. Merubah paradigma yang sudah lama terbangun di Bulog memang harus melibatkan Kemen-BUMN dan Mendag untuk ikut memberikan penekanan,” jelasnya. Kepastian ini diberikan setelah melihat upaya Kementan menghadapi El Nino tahun lalu. Gejala alam itu dinilai berdampak pada mundurnya waktu tanam dan turunnya luas tanam, utamanya Oktober 2015. Kementan sudah berupaya mengantisipasi dini kekeringan masif. Dari situ, luas tanam di luar Oktober meningkat. Luas panen padi 2015 naik 318.168 ha (2,31%) dibandingkan 2014 dan produktivitasnya naik 3,97% menjadi 5,33 ton/ha.
RAKYATKU.COM, MAKASSAR – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan ketersediaan beras saat ini melimpah. Sebab, ada 31,2 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 18,7 juta ton beras yang dipanen pada Februari-April 2016. Sedangkan konsumsi beras penduduk hanya 2,6 juta ton per bulan. “Justru yang harus diantisipasi saat ini adalah harga gabah di petani. Sehingga Bulog segera turun ke lapangan menyerap langsung ke petani minimal 4-5 juta ton beras di saat panen raya ini,” ujar Staf Menteri Pertanian Bidang Kebijakan, Sukriansyah S Latief melalui keterangan tertulisnya, Selasa (1/3/2016). Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI), Rizal E Halim mengatakan, peran Badan urusan Logistik (Bulog) sebagai penyanggah harus berfungsi maksimal. Pemerintah dinilai harus memikirkan hal ini. Karena bila rantai distribusi ingin dipangkas, kata dia, maka harus ada institusi yang mewakili pemerintah untuk menjalakankan fungsi distribusi dengan cepat menyerap gabah hasil panen petani. “Namun kadang prosedural yang rumit jadi masalah. Terkait Bulog, sangat dibutuhkan dukungan Kementerian BUMN dan Mendag, bahkan presiden. Merubah paradigma yang sudah lama terbangun di Bulog memang harus melibatkan Kemen-BUMN dan Mendag untuk ikut memberikan penekanan,” jelasnya. Kepastian ini diberikan setelah melihat upaya Kementan menghadapi El Nino tahun lalu. Gejala alam itu dinilai berdampak pada mundurnya waktu tanam dan turunnya luas tanam, utamanya Oktober 2015. Kementan sudah berupaya mengantisipasi dini kekeringan masif. Dari situ, luas tanam di luar Oktober meningkat. Luas panen padi 2015 naik 318.168 ha (2,31%) dibandingkan 2014 dan produktivitasnya naik 3,97% menjadi 5,33 ton/ha.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar