KAMIS, 23 JUNI 2016
TEMPO.CO, Jakarta - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) meminta pemerintah menyuntikkan dana melalui penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2 triliun. Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan sebagian besar dana itu akan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur pascapanen, terutama untuk padi, jagung, dan kedelai.
“Yang paling krusial itu alat pengering,” ucap Djarot seusai rapat kerja dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat di gedung DPR, Rabu, 22 Juni 2016.
Selama ini, menurut Djarot, produksi banyak yang terbuang akibat ketidaksediaan alat tersebut di tempat pertanian. Hasil panen, seperti pagi, jagung, dan kedelai, akan mudah terkena racun aflatoksin bila tak dikeringkan. "Kualitas hasil panen akan turun dan harganya akan jatuh kalau tidak dikelola dengan baik," ujar Djarot.
Terlebih, panen raya terjadi pada musim hujan dan hasil panen pun memiliki kadar air yang tinggi. Dengan demikian, lantai jemur menjadi tidak efektif karena hasil panen cenderung lembap. “Makanya, supaya efisien, kami ingin punya alat pengering terintegrasi dengan alat simpan,” tuturnya.
Djarot mengatakan, selama ini, Bulog tak memiliki cukup banyak alat pengering untuk padi. Bahkan, ucap Djarot, Bulog sama sekali tak memiliki alat pengering untuk jagung dan kedelai. “Makanya hasil produksi banyak terbuang,” ujarnya.
Bulog, tutur Djarot, hanya memiliki 120 alat pengering padi. Sebanyak 70 alat milik Bulog sendiri dan 50 sisanya pinjaman dari Bank Bukopin. Untuk 70 alat pengering milik Bulog berkapasitas 10 ton padi. Sedangkan 50 alat pengering milik Bank Bukopin berkapasitas 30 ton.
Belum lagi, kata dia, mesin lama ini tak efisien karena masih menggunakan minyak tanah. Bila mesin tersebut diganti dengan listrik, ongkosnya menjadi mahal. Karena itu, ia meminta anggaran untuk menambah dan membeli mesin pengering.
“Untuk jagung dan kedelai, kami tak memiliki alat pengering sama sekali,” ucapnya. Untuk jagung dan kedelai selama ini Bulog hanya mengandalkan sinar matahari. Maka tak heran bila jagung dan kedelai tak awet akibat kena racun.
Melalui dana PMN, ia berharap Bulog bisa membeli mesin pengering terintegrasi. Alat pengering itu diharapkan menyatu dengan gudang penyimpanan, silo, ataupun terpasang langsung pada alat pemroses. Dengan begitu, Bulog bisa menghasilkan padi siap jual sebanyak 1 ton per tahun. Bila PMN tersebut dikabulkan, Bulog akan membeli 22 alat pengering padi baru yang akan tersebar di tujuh lokasi di seluruh Indonesia.
Sedangkan untuk alat pengering jagung dan kedelai bisa dipakai bergantian. Djarot berharap Bulog bisa membeli 12-13 alat pengering untuk jagung atau kedelai. "Dengan alat pengering terintegrasi, nantinya produksi jagung dan kedelai bisa mencapai 45 ribu ton gudang per tahun," ujarnya.
BAGUS PRAESETIYO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar