Senin, 27 Juni 2016

Berusaha Maksimal Ubah Citra Bulog

Senin, 27 Juni 2016  

Harga kebutuhan pokok selalu saja mengalami kenaikan setiap bulan Ramadan atau menjelang Hari Raya Idhul Fitri. Pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) pun berusaha maksimal untuk mengendalikan harga tersebut. Berbagai cara pun dilakukan TPID untuk mengintervensi harga yang terjadi di pasaran.

Salah satu yang menjadi ujung tombak dari TPID dalam mengendalikan harga saat ini adalah Perum Bulog. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang logistik ini memang diberi tugas khusus oleh pemerintah untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok masyarakat. Harapannya, harga bisa tetap stabil, sehingga daya beli masyakat akan tetap terjaga. Di sisi lain, dengan harga yang stabil tersebut, laju inflasi juga akan tetap terjaga. Di tingkat Provinsi DIY, tanggung jawab tersebut dibebankan kepada Kepala Divisi Regional (Kadivre) Yogyakarta, M Sugit Tedjo Mulyono.

Seperti apa upaya Perum Bulog Divre DIY dalam meredam gejolak harga kebutuhan pokok di DIY? Berikut petikan wawacara KORAN SINDO YOGYAdengan M Sugit Tedjo Mulyono, belum lama ini.

Beban berat menjadi tanggungjawab Perum Bulog Divre DIY dalam meredam harga kebutuhan pokok pada Ramadan ini. Apa yang Anda terapkan kepada seluruh jajaran Perum Bulog Divre DIY?

Disiplin, dari dulu hingga sekarang dan di manapun saya berada, yang saya tanamkan ada - lah disiplin. Di kantor, di ru mah ataupun di mana saja, disiplin harus tetap saya jaga. Ka re na bagi saya, disiplin harus di te rapkan di manapun dan ka pan pun. Melalui disiplin, maka se mua sesuai dengan apa yang di ren - canakan akan tercapai. Di si plin harus diterapkan untuk mem - buat semua tolok ukur tercapai. Saya paling tidak suka melihat ada anak buah saya tidak disiplin.

Mereka harus terus menjaga komitmen melaksanakan tugas sesuai dengan waktu dan target yang ditetapkan. Karena tugas berat yang Bulog pikul kali ini cukup besar. Dinamika harga yang belakangan ini terjadi sangat cepat. Sehingga butuh kesigapan dan bekerja cepat sehingga harus tetap disiplin. Namun disiplin tersebut bukan hanya di tingkat bawah, saya juga harus menerapkan disiplin terhadap diri sendiri. Saya selalu mencoba komitmen untuk terus disiplin tersebut.

Setiap saya diundang ke sebuah acara, maka saya akan berusaha datang maksimal 15 menit sebelum dimulai. Sementara kalau saya yang mengundang, 30 menit sebelum acara dimulai saya harus ada di lokasi.

Motivasi apa yang Anda berikan kepada bawahan?

Saya berusaha untuk selalu bersama-sama dengan bawahan di manapun dan kapanpun. Apa yang dilakukan bawahan saya, saya juga berusaha merasakannya. Setiap hari saya berusaha mengumpulkan mereka untuk berdoa bersamasama terlebih dahulu. Karena dengan berdoa, semua akan dilancarkan oleh Yang Maha Kuasa. Dan dengan berdoa nanti akan mendapat ridho dari Yang Kuasa juga.

Melalui hajatan doa bersama ini pula, saya biasa memberikan motivasi agar semuanya bekerja maksimal dalam menjalankan tugas. Selain itu, di acara doa bersama ini saya juga bisa melihat siapa saja yang tidak datang pagi itu. Jika tidak datang tanpa alasan yang jelas, maka nanti akan ada pembinaan sendiri terhadap karyawan tersebut. Siang hari, saya berusaha mengontrol kinerja teman-teman. Saya sering turun ke lapangan mengontrol mereka dan terkadang turut membaur mengerjakan tugas mereka.

Saya juga ingin merasakan bagaimana susahnya menjadi seperti mereka, meskipun sebenarnya saya sudah pernah seperti mereka. Saya juga meniti karir mulai dari bawah, sehingga saya juga tahu susahnya seperti apa. Sore hari saya akan berusaha melakukan evaluasi terhadap semua yang telah dilakukan hari ini. Apapun itu, saya ingin mendapatkan gambaran sedetil mungkin. Evaluasi ini akan kita gunakan untuk melaksanakan kegiatan yang sama di kemudian hari. Evaluasi sangat penting agar kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak terulang lagi.

Bagaimana Anda yakin bisa menjalankan tugas mengendalikan harga beberapa komoditas jelang Lebaran ini?

Saya selalu optimistis dengan apa yang saya lakukan. Namun demikian saya berusaha menggapai target dengan menetapkan target bertahap. Saya selalu menetapkan target harian, mingguan, dan bulanan. Target tersebut saya evaluasi untuk mengetahui apakah tercapai atau tidak. Kalau tidak tercapai, kita lihat penyebabnya apa, sebelum nanti kita tindak lanjuti. Jika sudah tercapai, maka apa yang harus dibenahi agar capaiannya lebih tinggi.

Kali ini saya dibebani target mulai dari pengadaan hingga penyaluran. Setahun kami dibebani target pengadaan mencapai 62.500 ton dan sampai sekarang sudah mencapai 45.000 ton. Saya optimistis tercapai dengan kerja keras, maka salah satunya adalah dengan menetapkan target bertahap agar tidak terasa berat atau terasa besar beban target yang ditetapkan sebelumnya. Agar bisa menggapai target, semua juga harus bekerja sesuai dengan job descriptionnya. Setiap saat saya berusaha mengontrol kinerja teman-teman.

Bagi teman-teman di kantor mungkin saya ini orang paling keras. Saya keras karena kita harus bekerja sungguh-sungguh dalam bidang apapun agar hasilnya maksimal. Saya keras kalau ada yang salah, tetapi kalau ada yang berprestasi saya akan memberikan apresiasi. Saya ingin semua berjalan sesuai koridor.

Selain menstabilkan harga, apa tantangan terberat Bulog saat ini?

Bulog dari dahulu dikenal sebagai badan yang selalu mengurusi beras. Selama ini, Bulog diberi tugas mengelola beras untuk rakyat miskin. Tugas ini sebenarnya cukup berat, karena image negatif selalu dan masih melekat di Bulog. Selama ini yang banyak diekspos oleh berbagai media adalah selalu ada kaitannya dengan beras yang dibagikan Bulog adalah jelek. Padahal, tidak semua beras Bulog itu jelek. Yang jelek itu hanya sebagian kecil, dari puluhan karung beras Bulog dalam truk, sebenarnya hanya satu karung yang jelek.

Tetapi yang diekspos adalah beras yang jelek. Image tersebut sangat melekat sampai saat ini, meski kami sudah berusaha mati-matian melakukan pengadaan beras yang cukup bagus. Tetapi masih saja image beras Bulog itu jelek melekat erat di kami. Karena image beras Bulog itu jelek, sampai sekarang juga tetap jelek. Seperti yang terjadi saat ini, dalam pasar murah ataupun operasi pasar, sebenarnya beras yang kami jual adalah kelas premium.

Di pasaran beras tersebut dijual di kisaran Rp11.000 per kilonya, tetapi kami jual dengan harga Rp7.800. Tetapi masyarakat menganggap beras tersebut adalah jelek. Kalau beras kami sampai jatuh ke tangan pedagang, pedagang itu sangat senang wong untungnya bisa berlipat. Nah sampai saat ini, kami terus berjuang merubah image ini. Kami sudah melakukan transformasi di segala bidang, dari berbagai sisi. Semua pengadaan, administrasi, layanan dan kualitas barang yang kami jual.

Kami harus ada ketika dibutuhkan, berapapun ataupun jenis komoditas harus ada dan mencukupi. Kini kami dituntut untuk mengelola beras, gula pasir, bawang merah dan minyak goreng. Kami harus mengupayakan semua itu ada dan harga terjangkau.

Kalau memang demikian, kenapa operasi pasar atau pasar murah jumlah yang dijual hanya sedikit?

Kami memang sengaja melakukan pembatasan, bukan karena terbatas. Stok kami berapapun jumlahnya dan berapapun dibutuhkan akan kami pasok. Kami melakukan pembatasan karena tidak ingin ada penyelewengan. Jangan sampai nanti operasi pasar yang dilakukan justru jatuh ke tangan pedagang. Pedagang yang menikmati untung, dan masyarakat dirugikan karena menikmati harga yang bukan subsidi. Bulog bekerja untuk tiga pilar, masing-masing adalah ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas.

Ketersediaan akan kami lakukan dengan menyerap hasil petani sebanyak mungkin sesuai yang ditargetkan pemerintah. Sementara keterjangkauan adalah di mana kami ada, maka komoditas apapun yang dibutuhkan juga harus ada. Sementara stabilitas akan selalu kami upayakan dengan melakukan berbagai operasi pasar ketika harga di tangan konsumen sedang tinggi. Semua itu tujuan utamanya adalah dalam rangka inflasi.

Kami harus menjaga agar harga tidak naik. Kami akan berupaya memenuhi kebutuhan konsumen, toko kecil ataupun besar. Operasi pasar dan pasar murah akan kami lakukan selama harga di pasar tinggi. Seluruh pelosok coba kami jangkau agar tidak terjadi ketidakadilan. Namun kami tidak akan meninggalkan tiga pasar yang menjadi acuan pencatatan inflasi. Tiga pasar tersebut masing- masing Pasar Beringharjo, Kranggan dan Demangan.

Sebenarnya, upaya kami untuk menstabilkan harga bersama TPID cukup berhasil. Saat ini harga-harga yang ada di pasaran sebenarnya tetap stabil dan tidak ada lonjakan. Namun ada faktor-faktor lain yang menunjang terjadinya inflasi di DIY. Kenaikan tarif kos-kosan, tarif pembantu dan tarif listrik yang notabene di luar jangkauan kami justru menyebabkan inflasi meningkat. Meski demikian, menjelang lebaran ini di saat saudarasaudara kita khidmat beribadah, beruforia menyambut datangnya Lebaran dengan berbelanja, kami justru berjibaku untuk menstabilkan harga.

Kami bekerja 24 jam, 7 hari dalam seminggu untuk melakukan penstabilan harga. Ketika jam kantor usai, kami harus packing sampai jam 11 malam. Setelah itu harus menyembelih sapi dan membaginya dalam jumlah kecil-kecil. Pekerjaan mudah, tetapi membutuhkan energi yang cukup besar. Kami akan terus seperti ini hingga H-2 nanti. Saya merasa beruntung berada di Yogyakarta yang menjadi daerah istimewa. Karena berkat keistimewaan itu Bulog juga istimewa.

Bagaimana tidak, raskin di Yogyakarta juga menjadi sangat istimewa. Dengan kearifan lokal yang mengakar di DIY ini, raskin di tempat ini jarang bergejolak. Bahkan kini semangat keistimewaan tersebut sudah mendarah daging di Bulog. Kami sekarang menyebut Bulog Divre DIY menjadi Bulog Divre Yogya Istimewa.

Erfanto linangkung
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=23&date=2016-06-27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar