Senin, 20 Juni 2016
Tak Sesuai Inpres
JEPARA – Standar ketat yang termaktub dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyerapan Gabah dan Beras Petani membuat tak semua hasil panen petani Jepara yang akan dijual ke Bulog bisa diterima. Sebanyak 2,5 persen dari total gabah yang sudah terserap ditolak oleh Bulog karena di bawah standar.
Hal itu disampaikan Kepala Perum Bulog Sub Divre II Pati, Ahmad Kholisun, Minggu (19/8). Sampai saat ini, sebanyak 11 ribu ton gabah dari petani Jepara yang berhasil diserap Bulog. Adapun target penyerapan gabah dan beras di Kota Ukir tahun ini sebanyak 13,5 ribu ton.
‘’Yang akan dijual ke Bulog banyak. Tak semuanya bisa diterima. Sekitar 2,5 persen dari yang sudah kami terima saat ini, terpaksa kami tolak. Sebab, kualitasnya di bawah standar. Hal itu sesuai Inpres yang menjadi acuan kami,’’ papar Ahmad Kholisun.
Dia mengatakan, standar gabah yang sudah ditetapkan untuk mendukung program ketahanan nasional itu disyaratkan beberapa hal, yakni gabah kering panen (GKP) dalam negeri harus dengan kualitas kadar air maksimum 25 persen dan kadar hampa/kotoran maksimum 10 persen. GKP dengan standar itu dibeli dengan harga Rp 3.700/kilogram di petani atau Rp 3.750/kilogram di penggilingan.
Adapun harga pembelian gabah kering giling (GKG) dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen dan kadar hampa/kotoran maksimum 3 persen adalah Rp 4.600/kilogram di penggilingan atau Rp 4.650/kilogram di gudang Perum Bulog.
Harga Pembelian
Adapun harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen dan derajat sosoh minimum 95 persen adalah Rp 7.300/kilogram di gudang Perum Bulog.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jepara, Wasiyanto menjelaskan, target gabah yang bisa diserap oleh Bulog tahun ini optimistis bisa terpenuhi. Sebab, dari 43 ribu hektare lebih lahan yang ditanami padi pada musim tanam (MT-II) ini, baru dipanen sebanyak 25.249 hektare atau sebanya 56,5 persen.
Meski demikian, Wasiyanto mengingatkan jika penyerapan gabah dari petani di panen MT-II akan lebih sulit. Dari siklus yang ada, gabah pada MT-II harganya lebih mahal dari harga pada MT-I.
‘’Saat panen MT-II, tengkulak mau membeli gabah petani lebih tinggi. Dari Bulog, patokan harganya Rp 3.700 dan tidak bisa diubah, sebab berdasarkan Inpress,’’ imbuh Wasiyanto. (adp-64)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/25-persen-gabah-petani-ditolak-bulog/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar