Kamis, 30 Juni 2016

Bulog Percepat Realisasi Impor Gula

Rabu, 29 Juni 2016

JAKARTA — Perum Bulog bakal mempercepat realisasi impor gula kristal putih dari Thailand sekaligus menampung hasil produksi dari pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara.

Pabrik gula telah memulai musim giling sejak Mei. Namun, kapasitas giling tebu belum maksimal, karena masih dalam tahap awal panen tebu.

Sekitar 14.000 ton gula kristal putih dari produksi pabrik gula PTPN akan langsung diserap oleh Bulog.

Sepanjang tahun ini, pabrik gula milik BUMN diprediksi memproduksi gula konsumsi hingga 2,5 juta ton. Proses giling baru saja dimulai sehingga jika diakumulasi secara total, perusahaan-perusahaan tersebut baru memproduksi 14.000 ton gula.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, pihaknya mengupayakan stok gula segera ditambah dan langsung didistribusikan ke daerah-daerah. Rincian penyaluran per provinsi pun sudah disusun oleh Divisi Pengadaan Perum Bulog.

“Kami dengan dibantu Kementerian BUMN, akan membeli hasil produksi dari PTPN dan PT RNI yang produksinya masih terbatas. Jumlahnya 14.000 ton karena memang baru ada segitu,” kata Djarot, Senin (27/6).

Dia menjelaskan, volume gula konsumsi 14.000 ton tersebut merupakan prediksi total produksi hingga menjelang Lebaran. Seluruh gula itu akan diserap Bulog dan disalurkan ke Divre Bulog di daerah-daerah di Tanah Air.

Bisnis mencatat produksi gula tahun lalu memang tidak mencukupi kebutuhan hingga sebelum musim giling tahun ini. Dengan stok gula pada awal tahun ini 817.000 ton dan kebutuhan per bulan 235.000 ton, maka stok awal tahun tersebut hanya mampu mencukupi kebutuhan hingga pertengahan April 2016.

Pemerintah kurang mengantisipasi. Meski stok awal tahun sudah terdeteksi, keputusan untuk melakukan pemasukan dari luar negeri pun terlambat. Izin impor pada Bulog baru diturunkan per 13 Juni, saat gula telah defisit dan harga komoditas itu melonjak hampir di semua wilayah Indonesia.

“Kami mulai serapan di pabrik BUMN seminggu yang lalu, lalu sebarkan ke masyarakat. Ini efektif menurunkan harga. Saya coba pantau harga di Yogya, di Jabar, sudah mulai turun ke Rp14.000—Rp15.000 per kg dari sebelumnya Rp16.000—Rp17.000 per kg.”

Dari situs pantauan harga Kementerian Perdagangan, rerata harga gula di tingkat nasional yaitu Rp16.070 per kg, sedangkan di Jakarta Rp15.077 per kg.

Pemerintah memang sebelumnya juga memerintahkan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk mengimpor 200.000 ton gula mentah yang kemudian diolah oleh pabrik gula rafinasi untuk menjadi gula konsumsi. Jika dikonversi, maka 200.000 gula mentah hanya akan menjadi 190.000 ton gula kristal putih.

GULA MENTAH

Selain itu, pemerintah pun memutuskan mengimpor gula mentah sebanyak 381.000 ton untuk pabrik-pabrik gula BUMN. Kendati demikian, impor tersebut  belum dapat direalisasikan karena PG BUMN harus terlebih dahulu dilakukan uji kapasitas oleh Kementerian Perindustrian.

Sementara itu, pada pekan kedua bulan ini, Bulog pun ditugaskan mengimpor 100.000 ton gula konsumsi dari Thailand.

Djarot menjelaskan, sebenarnya keputusan itu terbilang terlambat sehingga tidak mudah bagi Bulog menjajaki ketersediaan.

“Di luar negeri itu gula standar Indonesia sudah habis. Artinya kami harus urus lagi untuk menggunakan gula standar lain. Dari proses ini itu, maka kondisi tercepat masuknya gula itu adalah 28 Juni. Namun, di Thailand hujan terus menerus, maka mundur menjadi 29 atau 30 Juni tibanya,” tutur Djarot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar