Selasa, 07 Juni 2016

Harga Bawang Merah dari Bulog Lebih Mahal Dibanding di Pasar

Senin,  6 Juni 2016

YOGYAKARTA - Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre DIY menggelar operasi pasar penyeimbang di sejumlah lokasi. Lima komoditas mereka perdagangkan dengan harga normal, yaitu beras, gula pasir, minyak goreng dan bawang merah. Namun, untuk komoditas bawang merah relatif lebih tinggi dari harga di pasaran.

Beras kualitas premium mereka jual dengan harga Rp8.000/kg, gula Rp12.500/kg, minyak goreng Rp12.000/kg, dan bawang merah Rp23.000/kg.

Hanya saja, di Pasar Beringharjo, sejumlah pembeli mengeluhkan mahalnya harga bawang merah yang mereka beli dalam operasi pasar Bulog tersebut. Iis, 43, yang memiliki usaha kuliner ini mengurungkan niatnya membeli gula pasir karena sudah habis diserbu pembeli sebelumnya.

Sementara untuk bawang merah, ia lebih memilih membeli di dalam pasar karena harganya ternyata lebih murah. “Di dalam (pasar) dengan kualitas dan barang sama harga bawang per kilogram hanya Rp18.000. Kalau di sini (operasi pasar) harganya malah Rp23.000,” bebernya.

Hal yang sama juga diungkapkan Sri yang datang ke lokasi operasi pasar Bulog di pintu timur pasar Beringharjo. Dia memilih hanya membeli minyak goreng karena ketika ingin membeli gula pasir sudah habis sejak pagi. Meski dia juga membutuhkan bawang merah, tetapi lebih memilih membeli komoditas di dalam pasar.

Kedua orang pembeli tersebut kebutuhannya sebenarnya tidak terlalu banyak karena hanya dalam dua hari mereka membutuhkan gula pasir rata-rata 10 kilogram untuk warung mereka.

Mereka bisa membeli di pasar tersebut karena memang lebih lengkap dan biasanya lebih murah dibanding dengan pasar-pasar lain.

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) DIY, M Sugit Tedjo Mulyo justru menyambut gembira harga bawang merah mereka ternyata lebih mahal dibanding harga yang berlaku di dalam pasar. Dia mengklaim dengan harga bawang merah yang sudah rendah, maka misi mereka menstabilkan atau menurunkan harga komoditas tertentu menjadi berhasil.

“Tidak apa-apa komoditas kami tidak laku, karena misi kami sebenarnya lebih besar,” ujarnya.

Sugit mengatakan, tujuan dari operasi pasar Bulog tersebut memang untuk menurunkan harga pasar yang sudah dianggap tidak wajar. Melalui operasi pasar tersebut, ternyata intervensi mereka terhadap harga juga berhasil.

Dia mencontohkan, di saat harga bawang merah berada di angka Rp27.000/kg pihaknya melakukan operasi pasar penyeimbang dengan harga Rp25.000/kg.

Selang sehari, lanjut dia, harga bawang merah turun menjadi Rp24.000 dan kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan operasi pasar di harga Rp23.000. Terbukti, dengan melakukan hal tersebut maka harga bawang merah kini menjadi semakin murah.

Kendati demikian, dia tetap akan terus melakukan operasi pasar hingga harga dirasa wajar. “Khusus untuk bawang, memang belum ada hitungan matematis berapa sebenarnya harga ideal. Tetapi kami ingin mengambil harga tengah saja, di mana petani tidak dirugikan dan juga pedagang juga tidak dirugikan,” ungkapnya.

Menurut rencana, nantinya operasi tersebut mereka lakukan hingga H-2 sebelum lebaran. Namun jika nanti dibutuhkan, maka operasi sejenis bisa dilakukan setelah lebaran. Operasi penyeimbang bisa dilakukan melihat perkembangan harga yang terjadi. Dan untuk stok barangnya, Sugit menandaskan tidak terbatas.

http://ekbis.sindonews.com/read/1114455/34/harga-bawang-merah-dari-bulog-lebih-mahal-dibanding-di-pasar-1465206314

Tidak ada komentar:

Posting Komentar