REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan impor daging sapi terus bergulir oleh Perum Bulog dan Berdikari. Masing-masing BUMN bertanggung jawab melaksanakan impor sebanyak 5.000 ton hingga Ramadhan 2016 usai. Praktik impor sapi bertujuan memenuhi lonjakan permintaan daging di Ramadhan, sekaligus mengendalikan harga.
"Daging per hari ini sudah kita impor 360 ton, jumlah daging yang tersalur saya tidak hapal, tapi penyaluran 80-90 ton per hari," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, di Jakarta, Selasa (14/6). Penyaluran daging menjangkau wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Medan, Banjarmasin, Manado dan wilayah lainnya se-Indonesia.
Proses penyaluran daging-daging impor tersebut, kata dia, melibatkan koperasi dan pelaku pasar lainnya. Untuk kawasan DKI dan Jawa Barat, Bulog bekerja sama dengan 40 distributor. Tapi Bulog tidak bisa merangkul seluruh pedagang. Makanya jika ada yang merasa tidak dilibatkan, ia tidak menampiknya.
Ia menegaskan Perum Bulog tidak mengalokasikan anggaran khusus yang ditetapkan dalam praktik impor daging. Pengadaan dana bersifat dinamis mengandalkan pinjaman perbankan. "Asumsi Rp 700-800 miliar itu untuk importasi 10 ribu ton, tapi berapapun dananya kita siapkan, kalau kurang kita tambah," ujarnya.
Berdasarkan laporan dari http://infopangan.jakarta.go.id, harga daging sapi paha belakang per hari ini, Selasa (14/6) yakni Rp 126.250 per kilogram. Sedangkan harga daging sapi murni Rp 117.236 perkilogram. Harga masih jauh dari cita-cita pemerintah untuk menurunkannya ke Rp 80 ribu per kilogram.
Menanggapi hal tersebut, Wahyu menyebut perbedaan harga daging di pasar merupakan dua hal yang berbeda. Keberadaan daging-daging impor Rp 80 ribu berfungsi membuat keseimbangan harga baru agar lonjakan harga tertahan atau bergerak turun.
Meskipun, penurunan tidak akan terjadi secara instan. "Gerakan harga tidak bisa instan tapi berkesinambungan," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar