Kamis,31 Maret 2016
PATI – Agar bisa menyerap beras/gabah hasil panen para petani di wilayah kerjanya yang meliputi Kabupaten Pati, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, dan Kabupaten Blora, Bulog Sub-Divre II Pati siap bermitra dengan banyak pihak.
Tidak sebatas dengan pengusaha, tapi juga kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan pedagang gabah maupun beras lainnya. Sebab, hal tersebut berkait dengan pengadaan stok pangan nasional yang selama ini penyerapannya dilakukan melalui sistem pengadaan.
Karena itu, masalah persyaratan kualitas gabah/beras untuk keperluan itu harus sesuai Inpres No 5/2015, sehingga bukan hanya asal-asalan. Dengan demikian, kata Kepala Bulog Sub-Divre II Pati, Ahmad Kholisun, sepenjang ketentuan persyaratan tersebut bisa dipenuhi, berapa pun gabah maupun beras para petani tetap akan dibeli sesuai ketentuan harga yang ditetapkan dalam Inpres tersebut.
Gabah kering panen (GKP) misalnya, di tingkat petani per kilogram Rp 3.700 tapi kadar airnya maksimal harus 25 persen, dan hampa/kotoran maksimal 10 persen. Sedangkan untuk beras di gudang Bulog, per kilogram Rp 3.700 dengan syarat kadar air maksimal 14 persen, “broken’’ maksimal 20 persen, dan kadar menir maksimal harus 2 persen.
Sudah Diatur
Untuk pembelian gabah di luar kualitas tersebut oleh pemerintah sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No 71/Permentan/PP.2000/12/2015.
Gabah kering panen (GKP), misalnya, bisa mencapai Rp 3.700 per kilogram bila kadar airnya maksimal 19-25 persen dan kadar hampa 7-10 persen. “Karena itu, jika gabah di luar persyaratan seperti kadar air mencapai 26-30 persen dan kadar hampa 11-15 persen, harga belinya sesuai ketentuan hanya Rp 3.300/kilogram,” ujarnya.
Jika kondisi kadar air maupun hampa/kotoran panenan gabah petani hasilnya seperti yang disebut terakhir, maka yang terjadi adalah beredarnya informasinya yang salah bahwa harga gabah kering panen petani merosot. Karena itu, pemahaman tentang ketentuan harga tersebut harus diikuti dengan pemahaman tentang persyaratan kualitas.
Untuk penyerapan pengadaan tahun 2016 dari enam wilayah sub-Divre di Jawa Tengah, Sub-Divre II Pati realisasinya tetap yang tertinggi. “Hingga Selasa (29/3) lalu dari 53 mitra kerja yang sudah kontrak beras sebanyak 24.510.000 kilogram realisasinya mencapai 20.204.250 kilogram dari target pengadaan seluruhnya 97.000.000 kilogram.” (ad-89)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/bulog-siap-bermitra-dengan-banyak-pihak/
Kamis, 31 Maret 2016
Rekrutmen Bulog 2016 Mengecewakan
Kamis, 31 Maret 2016
Melamar pekerjaan merupakan sebuah moment yang krusial bagi kaum pencari kerja. Ketersediaan lapangan kerja sudah selayaknya didukung dengan berbagai fasilitas yang mempertemukan pelamar kerja dengan lapangan pekerjaan. Salah satu fasilitas ialah melalui vendor seperti yang dilakukan oleh Perum Bulog pada rekrutmen pegawai Perum Bulog 2016. Akan tetapi sangat disayangkan vendor yang menyelenggarakan serangkaian proses rekrutmen Perum Bulog kali ini jauh dari harapan para pelamar kerja. Saya pribadi adalah salah satu dari sekian orang pendaftar yang dikecewakan dengan layanan vendor tersebut. Adalah LP3T Psikologi Universitas Airlangga, vendor penyelenggara rekrutmen Perum Bulog 2016. Waktu pendaftaran adalah tabggal 21 Maret 2016 pk. 12.00 sampai debgan tanggal 30 Maret 2016 pk. 23.59. Tulisan ini dibuat pada tanggal 30 Maret pukul 11.57, 2 menit sebelum berakhirnya rekrutmen Perum Bulog 2016. Mengapa saya memilih menulis ketimbang memantau website rekrutmen Perum Bulog dan menyelesaikan pengunggahan berkas persyaratan rekrutmen? Jawabannya adalah karena website tersebut tidak dapat diakses pada tanggal 30 Maret 2016 bahkan sejak pagi. Saya mengira mungkin koneksi internet atau website memang sedang padat. Akhirnya saya putuskan untuk mencari tahu mengapa saya tidak dapat mengakses situs tersebut. Langkah pertama yang saya ambil ialah mencari kontak dari LP3T Psikologi Unair di sosial media twitter. Kebetulan ketika saya cari, saya temukan pula official account dari Universitas Airlangga yang pada saat itu sedang menjawab kicauan para pedaftar. Telah banyak pendaftar yang menanyakan kejelasan mengapa situs rekrutmen sangat sulit diakses. Namun demikian pihak Universitas Airlangga hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan menghimbau pendaftar untuk mencoba kembali. Ketika semakin banyak yang melayangkan komplain terhadap layanan LP3T Psikologi Unair, admin twitter memberikan beberapa statement yang ditujukan kepada para pendaftar. Berikut adalah beberapa kicauan dari twitter resmi Universitas Airlangga pada hari terakhir rekrutmen Perum Bulog 2016 Sayangnya pernyataan yang dikicaukan oleh admin akun twitter tersebut tidak membuat para pendaftar menjadi tenang atau bahkan memberikan solusi. Saya pribadi sebagai pendaftar ikut kecewa membaca pernyataan yang menurut saya tidak seharusnya dikicaukan oleh akun resmi sekelas Universitas Airlangga. Analogi mengenai kapasitas kamar hotel dengan kapasitas bandwith dan estimasi calon pendaftar saya rasa kurang tepat. Seharusnya pihak penyelenggara mengetahui bahwa rekrutmen Perum Bulog merupakan rekrutmen berskala nasional seperti halnya rekrutmen BUMN dan lembaga negara lainnya. Penyelenggara sudah tentu dapat memperkirakan bahwa ribuan calon pendaftar akan terus-menerus mengakses situs rekrutmen. Memang benar waktu yang diberikan untuk melakukan pendaftaran termasuk panjang. Akan tetapi perlu diingat bahwa persyaratan untuk melakukan pendaftaran juga cukup banyak. Rekrutmen Perum Bulog 2016 mensyaratkan bahwa pendaftar mengupload beberapa berkas seperti surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Kedua persyaratan tersebut memerlukan serangkaian usaha untuk dapat dipenuhi. Apalagi bagi pendaftar seperti saya yang berdomisili tidak sama dengan KTP dan sedang bekerja. Usaha yang dilakukan mungkin lebih besar dari rekan-rekan pencari kerja lainnya. Saya pun mencoba untuk menghubungi kontak penyelenggara. Tetapi nomor telepon yang disebutkan oleh akun resmi Universitas Airlangga tersebut tidak dapat dihubungi sama sekali. Hal ini tentu menambah kekecawaan saya sebagai salah satu pendaftar. Kekecewaan ini berlipat ganda ketika pada pk 00.30 situs rekrutmen dapat diakses kembali tetapi yang saya temukan hanya tulisan "PENDAFTARAN ONLINE SUDAH DITUTUP" padahal semua berkas persyaratan telah lengkap dan hanya perlu diunggah. Semoga saja rekrutmen selanjutnya dapat berjalan lebih baik dan semakin dipermudah :)
Astrid Sekar Ayu
http://www.kompasiana.com/astridsekar/rekrutmen-bulog-2016-mengecewakan_56fc13c186afbdfb068b45c6
Melamar pekerjaan merupakan sebuah moment yang krusial bagi kaum pencari kerja. Ketersediaan lapangan kerja sudah selayaknya didukung dengan berbagai fasilitas yang mempertemukan pelamar kerja dengan lapangan pekerjaan. Salah satu fasilitas ialah melalui vendor seperti yang dilakukan oleh Perum Bulog pada rekrutmen pegawai Perum Bulog 2016. Akan tetapi sangat disayangkan vendor yang menyelenggarakan serangkaian proses rekrutmen Perum Bulog kali ini jauh dari harapan para pelamar kerja. Saya pribadi adalah salah satu dari sekian orang pendaftar yang dikecewakan dengan layanan vendor tersebut. Adalah LP3T Psikologi Universitas Airlangga, vendor penyelenggara rekrutmen Perum Bulog 2016. Waktu pendaftaran adalah tabggal 21 Maret 2016 pk. 12.00 sampai debgan tanggal 30 Maret 2016 pk. 23.59. Tulisan ini dibuat pada tanggal 30 Maret pukul 11.57, 2 menit sebelum berakhirnya rekrutmen Perum Bulog 2016. Mengapa saya memilih menulis ketimbang memantau website rekrutmen Perum Bulog dan menyelesaikan pengunggahan berkas persyaratan rekrutmen? Jawabannya adalah karena website tersebut tidak dapat diakses pada tanggal 30 Maret 2016 bahkan sejak pagi. Saya mengira mungkin koneksi internet atau website memang sedang padat. Akhirnya saya putuskan untuk mencari tahu mengapa saya tidak dapat mengakses situs tersebut. Langkah pertama yang saya ambil ialah mencari kontak dari LP3T Psikologi Unair di sosial media twitter. Kebetulan ketika saya cari, saya temukan pula official account dari Universitas Airlangga yang pada saat itu sedang menjawab kicauan para pedaftar. Telah banyak pendaftar yang menanyakan kejelasan mengapa situs rekrutmen sangat sulit diakses. Namun demikian pihak Universitas Airlangga hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan menghimbau pendaftar untuk mencoba kembali. Ketika semakin banyak yang melayangkan komplain terhadap layanan LP3T Psikologi Unair, admin twitter memberikan beberapa statement yang ditujukan kepada para pendaftar. Berikut adalah beberapa kicauan dari twitter resmi Universitas Airlangga pada hari terakhir rekrutmen Perum Bulog 2016 Sayangnya pernyataan yang dikicaukan oleh admin akun twitter tersebut tidak membuat para pendaftar menjadi tenang atau bahkan memberikan solusi. Saya pribadi sebagai pendaftar ikut kecewa membaca pernyataan yang menurut saya tidak seharusnya dikicaukan oleh akun resmi sekelas Universitas Airlangga. Analogi mengenai kapasitas kamar hotel dengan kapasitas bandwith dan estimasi calon pendaftar saya rasa kurang tepat. Seharusnya pihak penyelenggara mengetahui bahwa rekrutmen Perum Bulog merupakan rekrutmen berskala nasional seperti halnya rekrutmen BUMN dan lembaga negara lainnya. Penyelenggara sudah tentu dapat memperkirakan bahwa ribuan calon pendaftar akan terus-menerus mengakses situs rekrutmen. Memang benar waktu yang diberikan untuk melakukan pendaftaran termasuk panjang. Akan tetapi perlu diingat bahwa persyaratan untuk melakukan pendaftaran juga cukup banyak. Rekrutmen Perum Bulog 2016 mensyaratkan bahwa pendaftar mengupload beberapa berkas seperti surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Kedua persyaratan tersebut memerlukan serangkaian usaha untuk dapat dipenuhi. Apalagi bagi pendaftar seperti saya yang berdomisili tidak sama dengan KTP dan sedang bekerja. Usaha yang dilakukan mungkin lebih besar dari rekan-rekan pencari kerja lainnya. Saya pun mencoba untuk menghubungi kontak penyelenggara. Tetapi nomor telepon yang disebutkan oleh akun resmi Universitas Airlangga tersebut tidak dapat dihubungi sama sekali. Hal ini tentu menambah kekecawaan saya sebagai salah satu pendaftar. Kekecewaan ini berlipat ganda ketika pada pk 00.30 situs rekrutmen dapat diakses kembali tetapi yang saya temukan hanya tulisan "PENDAFTARAN ONLINE SUDAH DITUTUP" padahal semua berkas persyaratan telah lengkap dan hanya perlu diunggah. Semoga saja rekrutmen selanjutnya dapat berjalan lebih baik dan semakin dipermudah :)
Astrid Sekar Ayu
http://www.kompasiana.com/astridsekar/rekrutmen-bulog-2016-mengecewakan_56fc13c186afbdfb068b45c6
Rabu, 30 Maret 2016
Gus Ipul: Bulog Harus Mau Beli Garam Rakyat
SURABAYA – Dengan berbagai alasan, ternyata pemerintah masih saja berusaha membuka kran impor, meskipun jenis komoditinya berpotensi mematikan usaha rakyat, yang selama ini sebagai penyangga ekonomi utama di keluarganya.
Terbaru, pemerintah mengeluarkan Permendag 125 yang berisi tentang impor garam yang akan diberlakukan pada awal April mendatang. Lantas bagaimana nasib garam asala petani, termasuk petani yang ada di Jatim?
Kemungkinan besar, gelontoran garama ini bisa mencapai 20 ribu ton, dan berasal dari Negara Australia. Akankah petani garam lokal bisa bertahan dengan kondisi seperti ini?
Menurut Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, agar petani garam bisa masih terus bertahan maka Bulog harus mau membelinya.
“Dengan dibukanya kran impor garam oleh pemerintah pusat ini bisa mengancam keberlangsungan hidup petani garam yang ada di Jawa Timur, maka kami berharap agar Bulog mau membeli garam dari petani, seperti Bulog membeli gabah milik petani,” paparnya dalam sebuah acara di Hotel Mercure Surabaya pada Jumat (25/3/2016).
Pria yang akrab dipanggil Gus Ipul ini menambahkan, dengan demikian nasib petani garam tradisional bisa diselamatkan, mengingat Jawa Timur merupakan salah satu produsen garam terbesar di indonesia. (q cox,TS)
http://www.suarapekerja.com/2016/03/gus-ipul-bulog-harus-mau-beli-garam.html
Terbaru, pemerintah mengeluarkan Permendag 125 yang berisi tentang impor garam yang akan diberlakukan pada awal April mendatang. Lantas bagaimana nasib garam asala petani, termasuk petani yang ada di Jatim?
Kemungkinan besar, gelontoran garama ini bisa mencapai 20 ribu ton, dan berasal dari Negara Australia. Akankah petani garam lokal bisa bertahan dengan kondisi seperti ini?
Menurut Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, agar petani garam bisa masih terus bertahan maka Bulog harus mau membelinya.
“Dengan dibukanya kran impor garam oleh pemerintah pusat ini bisa mengancam keberlangsungan hidup petani garam yang ada di Jawa Timur, maka kami berharap agar Bulog mau membeli garam dari petani, seperti Bulog membeli gabah milik petani,” paparnya dalam sebuah acara di Hotel Mercure Surabaya pada Jumat (25/3/2016).
Pria yang akrab dipanggil Gus Ipul ini menambahkan, dengan demikian nasib petani garam tradisional bisa diselamatkan, mengingat Jawa Timur merupakan salah satu produsen garam terbesar di indonesia. (q cox,TS)
http://www.suarapekerja.com/2016/03/gus-ipul-bulog-harus-mau-beli-garam.html
Kementan Minta Bulog Serap Jagung Petani Rp 3.150 per Kilogram
Rabu, 30 Maret 2016
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Nandang Sunandar mengatakan pemerintah telah meminta Bulog untuk menyerap jagung kering pipil petani dengan harga minimal Rp3.150 per kilogram.
"Kementerian Pertanian sudah melaksanakan rapat koordinasi terbatas, dan memerintahkan agar Bulog melakukan penyerapan jagung petani dengan harga minimal Rp3.150 per kilogram," kata Sunandar di Pelaihari, Rabu.
Menurut dia, penetapan harga tersebut, merupakan salah satu bukti nyata dukungan Kementerian Pertanian untuk mendorong peteni, mengembangkan tanaman jagung, untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional.
"Dengan keputusan harga terendah jagung tersebut, kita ingin membuat pertanian jagung ini menarik untuk dikembangkan," katanya.
Nandang mengungkapkan, kunci keberhasilan dari pertanian jagung, adalah pengembangan luas lahan jagung, sehingga kepastian harga, menjadi sangat penting untuk menjamin petani tidak merugi.
Kabupaten Tanah Laut, kata dia, merupakan salah satu kabupaten yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian jagung.
Selain lahan yang masih cukup luas, juga produksi jagung per hektar di daerah ini, telah berada di atas rata-rata nasional yang hanya 5,2 ton per hektare, sedangkan di Tanah Laut telah mencapai 5,8 ton per hektare.
"Apalagi dibantu TNI-AD, target perluasan lahan yang seharusnya selesai untuk satu tahun, bisa diselesaikan hanya dalam waktu enam bulan. Berarti kita masih bisa menambah target," katanya.
Sebelumnya, kedatangan Nandang ke Tanah Laut untuk melakukan panen raya jagung bersama Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, Pangdam IV/Mulawarman, Bupati Tanah Laut, dan beberapa pihak terkait lainnya.
Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan, Fathurrahman mengatakan, potensi yang bisa dikembangkan untuk tanaman jagung di Kalimantan Selatan, khusus di Tanah Laut masih sangat besar, antara lain, lahan kosong yang dibiarkan usai panen padi.
"Selama ini, petani membiarkan lahannya kosong setelah panen padi, padahal lahan tersebut bisa ditanami jagung," katanya.
Luas tanaman jagung saat ini, tambah dia, telah mencapai 23.800 hektare selama enam bulan, jauh meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 20 ribu hektare per tahun.
Peningkatan luas tanam jagung tersebut, selain karena dukungan program pemerintah pusat, juga campur tangan TNI-AD yang membantu petani secara langsung dalam pengembangan sektor tanaman pangan di Kalsel.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/03/30/o4u5kx219-kementan-minta-bulog-serap-jagung-petani-rp-3150-per-kilogram
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Nandang Sunandar mengatakan pemerintah telah meminta Bulog untuk menyerap jagung kering pipil petani dengan harga minimal Rp3.150 per kilogram.
"Kementerian Pertanian sudah melaksanakan rapat koordinasi terbatas, dan memerintahkan agar Bulog melakukan penyerapan jagung petani dengan harga minimal Rp3.150 per kilogram," kata Sunandar di Pelaihari, Rabu.
Menurut dia, penetapan harga tersebut, merupakan salah satu bukti nyata dukungan Kementerian Pertanian untuk mendorong peteni, mengembangkan tanaman jagung, untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional.
"Dengan keputusan harga terendah jagung tersebut, kita ingin membuat pertanian jagung ini menarik untuk dikembangkan," katanya.
Nandang mengungkapkan, kunci keberhasilan dari pertanian jagung, adalah pengembangan luas lahan jagung, sehingga kepastian harga, menjadi sangat penting untuk menjamin petani tidak merugi.
Kabupaten Tanah Laut, kata dia, merupakan salah satu kabupaten yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian jagung.
Selain lahan yang masih cukup luas, juga produksi jagung per hektar di daerah ini, telah berada di atas rata-rata nasional yang hanya 5,2 ton per hektare, sedangkan di Tanah Laut telah mencapai 5,8 ton per hektare.
"Apalagi dibantu TNI-AD, target perluasan lahan yang seharusnya selesai untuk satu tahun, bisa diselesaikan hanya dalam waktu enam bulan. Berarti kita masih bisa menambah target," katanya.
Sebelumnya, kedatangan Nandang ke Tanah Laut untuk melakukan panen raya jagung bersama Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, Pangdam IV/Mulawarman, Bupati Tanah Laut, dan beberapa pihak terkait lainnya.
Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan, Fathurrahman mengatakan, potensi yang bisa dikembangkan untuk tanaman jagung di Kalimantan Selatan, khusus di Tanah Laut masih sangat besar, antara lain, lahan kosong yang dibiarkan usai panen padi.
"Selama ini, petani membiarkan lahannya kosong setelah panen padi, padahal lahan tersebut bisa ditanami jagung," katanya.
Luas tanaman jagung saat ini, tambah dia, telah mencapai 23.800 hektare selama enam bulan, jauh meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 20 ribu hektare per tahun.
Peningkatan luas tanam jagung tersebut, selain karena dukungan program pemerintah pusat, juga campur tangan TNI-AD yang membantu petani secara langsung dalam pengembangan sektor tanaman pangan di Kalsel.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/03/30/o4u5kx219-kementan-minta-bulog-serap-jagung-petani-rp-3150-per-kilogram
Bos Bulog: Beras&Jagung Aman, Kedelai Terkulai
Selasa, 29 Maret 2016
INILAHCOM, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menjamin stok beras dan jagung aman untuk beberapa bulan ke depan. Tidak ada alasan untuk impor. Namun untuk kedelai, masih perlu impor.
"Belum, sementara belum perlu impor dengan kondisi sekarang (beras). Kan ini panen raya. Kita harapkan bisa menghasilkan 2 sampai 4 juta ton," papar Djarot di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin Malam (28/03/2016).
Kata Djarot, saat ini, stok beras di gudang Perum Bulog mencapai 1,5 juta ton. Jumlah ini mencukupi untuk mengguyur kebutuhan selama 4 bulan. " Stok saat ini digudang mencapai 1,5 juta ton beras dan pasti ada tambshan karena ini kan musim panen," kata mantan direksi BRI ini.
Sementara untuk jagung, menurut Djarot, senasib dengan beras, masih aman. Saat ini, pasokan jagung dalam negeri mencapai 250 ribu ton jagung. "Jagung masih aman. Masih ada 250 ribu ton. Jadi jagung dan beras, sepertinya enggak perlu impor," tuturnya.
Namun, beda kondisi dengan kedelai yang menurut Djarot belum aman. Di mana, ketersediaan kedelai di dalam negeri, menurun. Sedangkan permintaan tak pernah turun. Mau tak mau, impor kedelai musti dilakukan secepatnya.
"Biasanya impor dari Amerika latin, dan beberapa negara lain, memang lahan kita terus berkurang," tukar Djarot. [ipe]
INILAHCOM, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menjamin stok beras dan jagung aman untuk beberapa bulan ke depan. Tidak ada alasan untuk impor. Namun untuk kedelai, masih perlu impor.
"Belum, sementara belum perlu impor dengan kondisi sekarang (beras). Kan ini panen raya. Kita harapkan bisa menghasilkan 2 sampai 4 juta ton," papar Djarot di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin Malam (28/03/2016).
Kata Djarot, saat ini, stok beras di gudang Perum Bulog mencapai 1,5 juta ton. Jumlah ini mencukupi untuk mengguyur kebutuhan selama 4 bulan. " Stok saat ini digudang mencapai 1,5 juta ton beras dan pasti ada tambshan karena ini kan musim panen," kata mantan direksi BRI ini.
Sementara untuk jagung, menurut Djarot, senasib dengan beras, masih aman. Saat ini, pasokan jagung dalam negeri mencapai 250 ribu ton jagung. "Jagung masih aman. Masih ada 250 ribu ton. Jadi jagung dan beras, sepertinya enggak perlu impor," tuturnya.
Namun, beda kondisi dengan kedelai yang menurut Djarot belum aman. Di mana, ketersediaan kedelai di dalam negeri, menurun. Sedangkan permintaan tak pernah turun. Mau tak mau, impor kedelai musti dilakukan secepatnya.
"Biasanya impor dari Amerika latin, dan beberapa negara lain, memang lahan kita terus berkurang," tukar Djarot. [ipe]
Darmin Panggil Dirut Bulog, Bahas Gabah
Selasa,29 Maret 2016
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memanggil Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, Senin malam, 28 Maret 2016. Menurut Darmin, pertemuan yang berlangsung di Kementerian Koordinator Perekonomian tersebut membahas tentang gabah.
"Menanyakan tentang perkembangan pembelian gabah," katanya seusai pertemuan. Ia menjelaskan, ketersediaan dan pembelian gabah oleh Bulog termasuk salah satu yang dicermati Kementerian.
Ia menjelaskan, hal yang harus diperhatikan adalah musim panen kali ini agak khusus, karena bergerak mundur. Jadi ia ingin mengetahui betul produksi gabah seperti apa pada Maret atau April 2016.
Diperkirakan, puncak panen akan terjadi pada pekan pertama dan kedua April nanti. "Kalau stok masih normal, saya cuma mengecek seperti apa pembelian gabahnya."
Djarot menuturkan Bulog terus berkomunikasi dengan Menteri Pertanian dalam memantau stok gabah. Bulog yang selama ini hanya membeli beras sekarang terlibat dalam pembelian gabah.
"Per hari masih 10-12 ribu ton gabah," ujar Djarot. Berdasarkan instruksi presiden, harga beli gabah adalah Rp 3.700 per liter untuk gabah kering panen dan Rp 4.600 untuk gabah kering giling.
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/29/090757665/darmin-panggil-dirut-bulog-bahas-gabah
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memanggil Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, Senin malam, 28 Maret 2016. Menurut Darmin, pertemuan yang berlangsung di Kementerian Koordinator Perekonomian tersebut membahas tentang gabah.
"Menanyakan tentang perkembangan pembelian gabah," katanya seusai pertemuan. Ia menjelaskan, ketersediaan dan pembelian gabah oleh Bulog termasuk salah satu yang dicermati Kementerian.
Ia menjelaskan, hal yang harus diperhatikan adalah musim panen kali ini agak khusus, karena bergerak mundur. Jadi ia ingin mengetahui betul produksi gabah seperti apa pada Maret atau April 2016.
Diperkirakan, puncak panen akan terjadi pada pekan pertama dan kedua April nanti. "Kalau stok masih normal, saya cuma mengecek seperti apa pembelian gabahnya."
Djarot menuturkan Bulog terus berkomunikasi dengan Menteri Pertanian dalam memantau stok gabah. Bulog yang selama ini hanya membeli beras sekarang terlibat dalam pembelian gabah.
"Per hari masih 10-12 ribu ton gabah," ujar Djarot. Berdasarkan instruksi presiden, harga beli gabah adalah Rp 3.700 per liter untuk gabah kering panen dan Rp 4.600 untuk gabah kering giling.
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/29/090757665/darmin-panggil-dirut-bulog-bahas-gabah
GEMA GEDUNG BERLIAN : Bulog Diminta Kerja Keras
Selasa,29 Maret 2016
KALANGAN DPRD Jateng pesimistis Bulog Jateng bisa memenuhi target serapan 615 ton beras pada tahun 2016. Alasan utamanya, tak ada kenaikan harga pokok penjualan (HPP) yang ditetapkan dalam instruksi presiden (Inpres). Hal itu disampaikan anggota Komisi B DPRD Jateng, Riyono, yang berkaca pada serapan beras Bulog Jateng tahun 2015. Sampai akhir tahun lalu, target yang terealisasi 550 ribu ton atau hanya tercapai 87 persen. ”Apalagi jika HPP tidak dinaikkan. Bisa jadi serapan malah menurun dibandingkan tahun lalu. Jika ingin memenuhi target, Bulog harus kerja keras,” kata Riyono, kemarin. Bulog harus terjun langsung ke petani dan membeli gabah mereka. Jangan sampai para tengkulak mendahului atau bahkan mematok harga yang lebih tinggi. Bulog mestinya menggunakan pendekatan lain pada petani agar gabah tetap masuk ke Bulog. Resi Gudang Pada tahun ini pemerintah tak merevisi HPP. Masih mengacu pada Inpres Nomor 5 tahun 2015, diatur HPP gabah kering panen (GKP) yaitu sebesar Rp 3.750 per kilogram, HPP gabah kering giling (GKG) sebesar Rp 4.600, dan HPP beras Rp 7.300 per kilogram. Padahal, kata Riyono, saat ini harga GKP di pasaran mencapai Rp 4.000. Menurutnya, upaya memaksimalkan resi gudang Bulog dipandang akan sia-sia. Resi gudang dimaksudkan sebagai lokasi petani untuk mendapatkan pinjaman dengan agunan hasil panen. Petani bisa menjual kembali saat harga gabah naik. Sehingga, utang lunas dan masih memperoleh hasil panen. ”Intinya pada HPP. Kalau sama, jelas petani enggan menjual gabah pada Bulog,” ujar politikus PKS ini. Kepala Bulog Divre Jateng, Usep Karyana, optimistis bisa membeli beras dan gabah dari petani sebanyak-banyaknya. Langkah pertama yang ia lakukan adalah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung target serapan yang telah ditetapkan pemerintah. Langkah kedua memaksimalkan keberadaan resi gudang yang ada di kabupaten. Upaya mengajak petani untuk menjual beras dan gabah pada Bulog juga dilakukan semisal dengan menyebar brosur. ”Bermitra dengan Bulog mudah, sepanjang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,” jelas Usep. (Hanung S,Fani Ayudea-94)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/gema-gedung-berlian-bulog-diminta-kerja-keras/
KALANGAN DPRD Jateng pesimistis Bulog Jateng bisa memenuhi target serapan 615 ton beras pada tahun 2016. Alasan utamanya, tak ada kenaikan harga pokok penjualan (HPP) yang ditetapkan dalam instruksi presiden (Inpres). Hal itu disampaikan anggota Komisi B DPRD Jateng, Riyono, yang berkaca pada serapan beras Bulog Jateng tahun 2015. Sampai akhir tahun lalu, target yang terealisasi 550 ribu ton atau hanya tercapai 87 persen. ”Apalagi jika HPP tidak dinaikkan. Bisa jadi serapan malah menurun dibandingkan tahun lalu. Jika ingin memenuhi target, Bulog harus kerja keras,” kata Riyono, kemarin. Bulog harus terjun langsung ke petani dan membeli gabah mereka. Jangan sampai para tengkulak mendahului atau bahkan mematok harga yang lebih tinggi. Bulog mestinya menggunakan pendekatan lain pada petani agar gabah tetap masuk ke Bulog. Resi Gudang Pada tahun ini pemerintah tak merevisi HPP. Masih mengacu pada Inpres Nomor 5 tahun 2015, diatur HPP gabah kering panen (GKP) yaitu sebesar Rp 3.750 per kilogram, HPP gabah kering giling (GKG) sebesar Rp 4.600, dan HPP beras Rp 7.300 per kilogram. Padahal, kata Riyono, saat ini harga GKP di pasaran mencapai Rp 4.000. Menurutnya, upaya memaksimalkan resi gudang Bulog dipandang akan sia-sia. Resi gudang dimaksudkan sebagai lokasi petani untuk mendapatkan pinjaman dengan agunan hasil panen. Petani bisa menjual kembali saat harga gabah naik. Sehingga, utang lunas dan masih memperoleh hasil panen. ”Intinya pada HPP. Kalau sama, jelas petani enggan menjual gabah pada Bulog,” ujar politikus PKS ini. Kepala Bulog Divre Jateng, Usep Karyana, optimistis bisa membeli beras dan gabah dari petani sebanyak-banyaknya. Langkah pertama yang ia lakukan adalah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung target serapan yang telah ditetapkan pemerintah. Langkah kedua memaksimalkan keberadaan resi gudang yang ada di kabupaten. Upaya mengajak petani untuk menjual beras dan gabah pada Bulog juga dilakukan semisal dengan menyebar brosur. ”Bermitra dengan Bulog mudah, sepanjang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,” jelas Usep. (Hanung S,Fani Ayudea-94)
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/gema-gedung-berlian-bulog-diminta-kerja-keras/
Selasa, 29 Maret 2016
Dewan Panggil Bulog Terkait Penyusutan Takaran Rastra
SELASA, 29 MARET 2016
RANGKASBITUNG - DPRD Lebak berjanji segera memanggil Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang guna klarifikasi adanya dugaan penyusutan takaran beras untuk masyarakat miskin (raskin) atau yang sekarang berubah nama menjadi beras keluarga sejahtera (rastra), sebanyak satu sampai setengah kilogram (kg) per karung isi 15 kg yang telah mereka distribusikan belum lama ini.
Ketua DPRD Lebak Junaedi Ibnu Jarta mengatakan, ramainya pemberitaan terkait susutnya raskin merupakan hal yang serius dan harus dilakukan pemeriksaan apakah ada unsur kesengajaan atau kelalaian. Jika ada unsur kesengajaan itu merupakan tindakan melanggar hukum, dan yang berwenang melakukan pemeriksaan adalah aparat hukum.
"Kami berharapa Bulog sebagai mitra pemerintah harus hati-hati dan tidak gegabah dalam penyaluran raskin. Selain kualitas beras yang harus diperhatikan, juga harus bisa menekan rekanan Bulog yang memproduksi beras dalam hal takaran atau timbangan, jangan sampai dibodohi mereka,” kata Junaedi kepada Banten Raya, Senin (28/3).
Selain akan memangil Bulog, DPRD juga akan menjadwalkan meninjau langsung gudang penyimpanan rastra di Bulog, untuk mengetahui secara langsung apakah benar ada penyusutan takaran.
“Kami berharap beras untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau tidak mampu yang telah mendapatkan subsidi dari pemerintah ini, tidak disalahgunakan, karena ini manyangkut hidup orang banyak yang memang sangat membutuhkan,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi lll DPRD Lebak Iip Makmur menambahkan, secara pribadi memang dirinya sering mendengar adanya penyusutan takaran rastra. Namun, selain belum pernah membuktikan, juga belum ada aspirasi atau keluhan secara langsung dari masyarakat.“Masalah ini harus duduk bersama dengan Bulog, agar ke depan tidak ada lagi takaran raskin yang susut walaupun satu ons atau lebih, baik sengaja atau tidak disengaja,” ungkap Iip. (fadilah)
http://bantenraya.com/banten-raya/lebak/19226-dewan-panggil-bulog-terkait-penyusutan-takaran-rastra
RANGKASBITUNG - DPRD Lebak berjanji segera memanggil Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang guna klarifikasi adanya dugaan penyusutan takaran beras untuk masyarakat miskin (raskin) atau yang sekarang berubah nama menjadi beras keluarga sejahtera (rastra), sebanyak satu sampai setengah kilogram (kg) per karung isi 15 kg yang telah mereka distribusikan belum lama ini.
Ketua DPRD Lebak Junaedi Ibnu Jarta mengatakan, ramainya pemberitaan terkait susutnya raskin merupakan hal yang serius dan harus dilakukan pemeriksaan apakah ada unsur kesengajaan atau kelalaian. Jika ada unsur kesengajaan itu merupakan tindakan melanggar hukum, dan yang berwenang melakukan pemeriksaan adalah aparat hukum.
"Kami berharapa Bulog sebagai mitra pemerintah harus hati-hati dan tidak gegabah dalam penyaluran raskin. Selain kualitas beras yang harus diperhatikan, juga harus bisa menekan rekanan Bulog yang memproduksi beras dalam hal takaran atau timbangan, jangan sampai dibodohi mereka,” kata Junaedi kepada Banten Raya, Senin (28/3).
Selain akan memangil Bulog, DPRD juga akan menjadwalkan meninjau langsung gudang penyimpanan rastra di Bulog, untuk mengetahui secara langsung apakah benar ada penyusutan takaran.
“Kami berharap beras untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau tidak mampu yang telah mendapatkan subsidi dari pemerintah ini, tidak disalahgunakan, karena ini manyangkut hidup orang banyak yang memang sangat membutuhkan,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi lll DPRD Lebak Iip Makmur menambahkan, secara pribadi memang dirinya sering mendengar adanya penyusutan takaran rastra. Namun, selain belum pernah membuktikan, juga belum ada aspirasi atau keluhan secara langsung dari masyarakat.“Masalah ini harus duduk bersama dengan Bulog, agar ke depan tidak ada lagi takaran raskin yang susut walaupun satu ons atau lebih, baik sengaja atau tidak disengaja,” ungkap Iip. (fadilah)
http://bantenraya.com/banten-raya/lebak/19226-dewan-panggil-bulog-terkait-penyusutan-takaran-rastra
Harga Fluktuatif, Penyerapan Beras Terganggu
Selasa, 29 Maret 2016
MAGELANG, KOMPAS — Pengadaan gabah dan beras yang dilakukan Perum Bulog Subdivisi Regional Wilayah V Kedu terganggu oleh harga yang cenderung fluktuatif. Kondisi ini terjadi akibat banyaknya pedagang dari luar kota yang datang dan membeli beras di wilayah Kedu.
"Banyak pedagang dari luar kota, seperti Kabupaten Banyumas hingga Karawang, Jawa Barat, datang ke Kedu. Mereka biasanya menawarkan harga lebih tinggi daripada harga pasaran dan membuat harga gabah jadi tidak stabil," ujar Kepala Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu Imron Rosidi, Senin (28/3).
Dalam pantauan Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu, harga gabah kering panen (GKP) berkisar Rp 3.700-Rp 3.900 per kilogram. Harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP sebesar Rp 3.700 per kilogram.
Imron mengatakan, pengadaan gabah dan beras di gudang-gudang Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu sudah berlangsung selama dua minggu terakhir. Hingga kemarin, Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu sudah menandatangani kontrak dengan mitra-mitra Bulog untuk pengadaan 1.250 ton beras dan sebanyak 700 ton di antaranya sudah masuk ke gudang Bulog.
Pengadaan beras dan gabah, menurut Imron, sudah berlangsung di empat kabupaten di wilayah Kedu, yaitu Kabupaten Magelang, Wonosobo, Kebumen, dan Purworejo. Dua daerah yang belum melakukan aktivitas pengadaan adalah Kabupaten Temanggung dan Kota Magelang.
Riana, pengelola penggilingan padi di Desa Kesambi, Kecamatan Loano, Purworejo, mengatakan, harga gabah yang semula Rp 4.500 per kilogram dua bulan terakhir turun secara bertahap, dan kini hanya Rp 3.600-Rp 3.700 per kilogram. Hal itu membuat harga beras yang semula Rp 9.000 per kilogram turun menjadi Rp 8.000 per kilogram.
Harga beras itu dipastikan masih akan terus turun karena luas panen meluas. "Di wilayah Purworejo bagian selatan yang saat ini baru memulai menuai panen saja saat ini sudah berani menawarkan beras dengan harga Rp 7.200-Rp 7.500 per kilogram," ujarnya.
Padahal, kata Riana, dirinya masih memiliki 5 kuintal gabah yang dibeli seharga Rp 4.500 per kilogram. Namun, karena harus mengikuti rata-rata harga di pasaran, beras yang digiling dari gabah stok lama itu tetap dijual dengan harga Rp 8.000 per kilogram.
Di Kabupaten Lampung Timur, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono Kamino meminta Bulog segera menyerap gabah petani pada panen raya musim rendeng tahun 2016. Penyerapan gabah ini untuk menjaga stok beras nasional serta menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani agar tidak anjlok.
Di sela-sela acara panen raya di Lampung Timur, Spudnik mengatakan, dengan membeli gabah petani melalui pembayaran tunai, petani memiliki modal untuk mengolah kembali lahannya. (EGI/VIO)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160329kompas/#/23/
MAGELANG, KOMPAS — Pengadaan gabah dan beras yang dilakukan Perum Bulog Subdivisi Regional Wilayah V Kedu terganggu oleh harga yang cenderung fluktuatif. Kondisi ini terjadi akibat banyaknya pedagang dari luar kota yang datang dan membeli beras di wilayah Kedu.
"Banyak pedagang dari luar kota, seperti Kabupaten Banyumas hingga Karawang, Jawa Barat, datang ke Kedu. Mereka biasanya menawarkan harga lebih tinggi daripada harga pasaran dan membuat harga gabah jadi tidak stabil," ujar Kepala Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu Imron Rosidi, Senin (28/3).
Dalam pantauan Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu, harga gabah kering panen (GKP) berkisar Rp 3.700-Rp 3.900 per kilogram. Harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP sebesar Rp 3.700 per kilogram.
Imron mengatakan, pengadaan gabah dan beras di gudang-gudang Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu sudah berlangsung selama dua minggu terakhir. Hingga kemarin, Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu sudah menandatangani kontrak dengan mitra-mitra Bulog untuk pengadaan 1.250 ton beras dan sebanyak 700 ton di antaranya sudah masuk ke gudang Bulog.
Pengadaan beras dan gabah, menurut Imron, sudah berlangsung di empat kabupaten di wilayah Kedu, yaitu Kabupaten Magelang, Wonosobo, Kebumen, dan Purworejo. Dua daerah yang belum melakukan aktivitas pengadaan adalah Kabupaten Temanggung dan Kota Magelang.
Riana, pengelola penggilingan padi di Desa Kesambi, Kecamatan Loano, Purworejo, mengatakan, harga gabah yang semula Rp 4.500 per kilogram dua bulan terakhir turun secara bertahap, dan kini hanya Rp 3.600-Rp 3.700 per kilogram. Hal itu membuat harga beras yang semula Rp 9.000 per kilogram turun menjadi Rp 8.000 per kilogram.
Harga beras itu dipastikan masih akan terus turun karena luas panen meluas. "Di wilayah Purworejo bagian selatan yang saat ini baru memulai menuai panen saja saat ini sudah berani menawarkan beras dengan harga Rp 7.200-Rp 7.500 per kilogram," ujarnya.
Padahal, kata Riana, dirinya masih memiliki 5 kuintal gabah yang dibeli seharga Rp 4.500 per kilogram. Namun, karena harus mengikuti rata-rata harga di pasaran, beras yang digiling dari gabah stok lama itu tetap dijual dengan harga Rp 8.000 per kilogram.
Di Kabupaten Lampung Timur, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono Kamino meminta Bulog segera menyerap gabah petani pada panen raya musim rendeng tahun 2016. Penyerapan gabah ini untuk menjaga stok beras nasional serta menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani agar tidak anjlok.
Di sela-sela acara panen raya di Lampung Timur, Spudnik mengatakan, dengan membeli gabah petani melalui pembayaran tunai, petani memiliki modal untuk mengolah kembali lahannya. (EGI/VIO)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160329kompas/#/23/
Sasaran Naik, Penyaluran Bakal Tuntas
Selasa, 29 Maret 2016
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah siap menyalurkan beras untuk keluarga miskin dan keluarga prasejahtera yang jumlahnya sudah berubah dan direvisi. Revisi bukan hanya jumlah, melainkan juga sasaran penerima yang tak lagi keluarga, tetapi rumah tangga.
Hal ini mengemuka dalam Sosialisasi Penyaluran Beras Raskin/Rastra di Makassar, Senin (28/3). Hingga akhir 2015, raskin yang tersalur mencapai 2,76 juta ton dari target 2,79 juta ton. Penyaluran ini meliputi 15,5 juta rumah tangga sasaran. Subsidi untuk raskin tahun 2015 mencapai lebih dari Rp 20 triliun.
"Targetnya, tahun ini bisa tuntas 100 persen di seluruh provinsi. Tahun lalu, tidak semua provinsi tuntas. Kami melakukan sejumlah evaluasi dan terus memonitor dengan harapan tahun ini bisa lebih baik, lebih tepat sasaran, lebih baik dalam kualitas beras yang disalurkan dan juga harga yang terjaga," kata Tubagus Achmad Choesni, Deputi Menko PMK Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial.
Memang terkait raskin dan berbagai program jaminan sosial untuk warga miskin, Kementerian Sosial mendata kembali jumlah warga miskin. Data ini juga diharapkan valid sehingga menjadi acuan untuk berbagai program pemerintah terkait penanggulangan kemiskinan dan jaminan sosial. "Data itu sudah selesai dievaluasi. Berdasarkan data terbaru, penerima raskin menjadi 25,7 juta rumah tangga yang meliputi sekitar 90 juta individu. Sebenarnya dalam evaluasi pendataan ini, ada 27 juta rumah tangga yang terdata, tetapi ada laporan bahwa 1,3 juta rumah tangga tak kayak didata. Namun, untuk sementara tetap kami data dan akan dievaluasi lagi," kata Ardi Adji, Asisten Ketua Pokja, Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
M Akbar Said, Kepala Bidang Pelayanan Publik Bulog Divre Sulselbar, mengatakan masih menunggu validasi dan perubahan data dari Kemsos terkait perubahan data sasaran penerima raskin. "Sementara ini data kami 100.000 ton, sama dengan tahun lalu. Dari sosialisasi, memang akan ada penambahan. Tapi kami menunggu validasi data. Kami siap jika data penerima berubah yang diikuti perubahan beras yang disalurkan," katanya. (REN)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160329kompas/#/24/
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah siap menyalurkan beras untuk keluarga miskin dan keluarga prasejahtera yang jumlahnya sudah berubah dan direvisi. Revisi bukan hanya jumlah, melainkan juga sasaran penerima yang tak lagi keluarga, tetapi rumah tangga.
Hal ini mengemuka dalam Sosialisasi Penyaluran Beras Raskin/Rastra di Makassar, Senin (28/3). Hingga akhir 2015, raskin yang tersalur mencapai 2,76 juta ton dari target 2,79 juta ton. Penyaluran ini meliputi 15,5 juta rumah tangga sasaran. Subsidi untuk raskin tahun 2015 mencapai lebih dari Rp 20 triliun.
"Targetnya, tahun ini bisa tuntas 100 persen di seluruh provinsi. Tahun lalu, tidak semua provinsi tuntas. Kami melakukan sejumlah evaluasi dan terus memonitor dengan harapan tahun ini bisa lebih baik, lebih tepat sasaran, lebih baik dalam kualitas beras yang disalurkan dan juga harga yang terjaga," kata Tubagus Achmad Choesni, Deputi Menko PMK Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial.
Memang terkait raskin dan berbagai program jaminan sosial untuk warga miskin, Kementerian Sosial mendata kembali jumlah warga miskin. Data ini juga diharapkan valid sehingga menjadi acuan untuk berbagai program pemerintah terkait penanggulangan kemiskinan dan jaminan sosial. "Data itu sudah selesai dievaluasi. Berdasarkan data terbaru, penerima raskin menjadi 25,7 juta rumah tangga yang meliputi sekitar 90 juta individu. Sebenarnya dalam evaluasi pendataan ini, ada 27 juta rumah tangga yang terdata, tetapi ada laporan bahwa 1,3 juta rumah tangga tak kayak didata. Namun, untuk sementara tetap kami data dan akan dievaluasi lagi," kata Ardi Adji, Asisten Ketua Pokja, Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
M Akbar Said, Kepala Bidang Pelayanan Publik Bulog Divre Sulselbar, mengatakan masih menunggu validasi dan perubahan data dari Kemsos terkait perubahan data sasaran penerima raskin. "Sementara ini data kami 100.000 ton, sama dengan tahun lalu. Dari sosialisasi, memang akan ada penambahan. Tapi kami menunggu validasi data. Kami siap jika data penerima berubah yang diikuti perubahan beras yang disalurkan," katanya. (REN)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160329kompas/#/24/
Terus Meningkat Pengadaan Gabah Bulog Banyumas
Senin, 28 Maret 2016
Purwokerto, Antara Jateng - Pengadaan gabah yang dilaksanakan oleh Bulog Subdivisi Regional Banyumas, Jawa Tengah, terus meningkat, kata Kepala Bulog setempat Setio Wastono.
"Hingga saat ini pengadaan gabah yang kami laksanakan hampir mencapai 1.700 ton," katanya, didampingi pejabat Humas Bulog Banyumas M Priyono, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.
Dia optimistis target prognosa pengadaan pangan tahun 2016 sebesar 80.000 ton setara beras yang dilaksanakan Bulog Banyumas dapat tercapai.
Menurut dia, hal itu disebabkan areal persawahan di wilayah eks Keresidenan Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara akan segera memasuki panen raya.
Panen raya akan berlangsung pada bulan April dan saat ini harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mulai berangsur turun meskipun pada beberapa wilayah masih di atas HPP (Harga Pembelian Pemerintah) sebesar Rp3.700 per kilogram, katanya pula.
Ia mengatakan bahwa harga GKP di tingkat petani saat ini berkisar Rp3.700-Rp3.800 per kilogram, setelah sempat mencapai kisaran Rp3.800-Rp4.000 per kilogram pada awal masa panen di beberapa wilayah.
Panen raya yang datang pada bulan April, dia memperkirakan harga GKP di tingkat petani bisa menyentuh HPP sebesar Rp3.700 per kilogram.
"Kalau pun harganya turun, tidak mungkin sampai di bawah Rp3.000 per kilogram," kata Priyono menambahkan.
Purwokerto, Antara Jateng - Pengadaan gabah yang dilaksanakan oleh Bulog Subdivisi Regional Banyumas, Jawa Tengah, terus meningkat, kata Kepala Bulog setempat Setio Wastono.
"Hingga saat ini pengadaan gabah yang kami laksanakan hampir mencapai 1.700 ton," katanya, didampingi pejabat Humas Bulog Banyumas M Priyono, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.
Dia optimistis target prognosa pengadaan pangan tahun 2016 sebesar 80.000 ton setara beras yang dilaksanakan Bulog Banyumas dapat tercapai.
Menurut dia, hal itu disebabkan areal persawahan di wilayah eks Keresidenan Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara akan segera memasuki panen raya.
Panen raya akan berlangsung pada bulan April dan saat ini harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mulai berangsur turun meskipun pada beberapa wilayah masih di atas HPP (Harga Pembelian Pemerintah) sebesar Rp3.700 per kilogram, katanya pula.
Ia mengatakan bahwa harga GKP di tingkat petani saat ini berkisar Rp3.700-Rp3.800 per kilogram, setelah sempat mencapai kisaran Rp3.800-Rp4.000 per kilogram pada awal masa panen di beberapa wilayah.
Panen raya yang datang pada bulan April, dia memperkirakan harga GKP di tingkat petani bisa menyentuh HPP sebesar Rp3.700 per kilogram.
"Kalau pun harganya turun, tidak mungkin sampai di bawah Rp3.000 per kilogram," kata Priyono menambahkan.
Wagub: Bulog Harus Miliki Penggilingan Padi
Senin, 28 Maret 2016
Kabar Makassar — Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang minta agar Bulog miliki mesin penggilingan padi sendiri, dengan demikian Bulog berhubungan langsung dengan petani untuk membeli sendiri gabah langsung dari para petani, sehingga harga gabah dan beras tidak gampang dipermainkan oleh pihak pihak tertentu yang hanya mengejar keuntungan sendiri.
“Jadi untuk mengantisipasi terjadinya permainan harga gabah dan beras oleh para pedagang, maka sebaiknya Bulog harus mempunyai mesin penggilingan padi sendiri, jadi Bulog tinggal beli langsung gabah dari petani dengan harga yang wajar,” kata Agus ketika membuka Sosialisasi Regional Kebijakan Program Raskin Tahun 2016 untuk Wilayah Timur Indonesia di Hotel Clarion Makassar, Senin (28/3/2016).
Agus mencontohkan harga beras premium yang beredar di pasaranan untuk wilayah pulau Jawa mencapai Rp.9.300 perkilogram. Sementara harga beras premium yang beredar di pasaran wilayah Provinsi Sulawesi Selatan masih dengan harga Rp.8.300 perkilogram.
Lihat Juga: Rizal Saleh Jabat Sekretaris DPRD Sulsel
“Dari harga perbandingan di Pulau Jawa dengan Sulsel itu, ada selisih harga yang bisa mencapai Rp.800,- perkilonya yang dinikmati pedagang, jadi ketika tidak ada musim panen di pulau Jawa, maka para pedagang dari pulau Jawa datang ke Sulsel untuk membeli beras, karena ketika di pulau jawa tidak panen, maka di Sulsel pasti musim panen,” kata Agus.
Agus menambahkan bahwa konstribusi gabah kering giling (GKG) Sulsel tahun 2015 telah mencapai 5.473.709 ton, dengan nilai ekonomi berdasarkan harga pembelian pemerintah sebesar Rp.4.600,- ” ini berarti bahwa hasil yang di peroleh dari produksi gabah kering tahun 2015 dapat mencapai hasil ekonomi kurang lebih sebesar Rp.25,17 trilyun,” jelas Agus.
Sementara itu, Deputi Menko PMK Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Tubagus Achmad Choesni mengatakan, penyaluran Raskin sampai pada akhir tahun 2015 yang lalu rata rata realisasi penyaluran secara nasional mencapai 2,76 juta ton atau 98,94 % dari pagu tahun 2015 sebesar 2,79 juta ton.
“Bantuan beras bersubsidi dari pemerintah kepada masyarakat berpendapatan rendah ini benar benar disalurkan kepada penerima manfaat dan dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin, ” kata Chuesni.
Sosialisasi Regeonal yang berlangsung satu hari tersebut dihadiri Ketua dan anggota Tim Koordinasi (Tikor) Raskin Pusat, para Tikor Raskin Provinsi se Indonesia Timur, para kepala Divre Perum Bulog se Indonesia Timur,para Ketua Tikor Raskin Kabupaten/Kota se Sulsel, para Kepala Subdivre/Kansilog Perum Bulog se Sulsel.
Penulis: Fritz Matic
Editor: Hexa
http://kabarmakassar.com/wagub-bulog-harus-miliki-penggilingan-padi/
Kabar Makassar — Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang minta agar Bulog miliki mesin penggilingan padi sendiri, dengan demikian Bulog berhubungan langsung dengan petani untuk membeli sendiri gabah langsung dari para petani, sehingga harga gabah dan beras tidak gampang dipermainkan oleh pihak pihak tertentu yang hanya mengejar keuntungan sendiri.
“Jadi untuk mengantisipasi terjadinya permainan harga gabah dan beras oleh para pedagang, maka sebaiknya Bulog harus mempunyai mesin penggilingan padi sendiri, jadi Bulog tinggal beli langsung gabah dari petani dengan harga yang wajar,” kata Agus ketika membuka Sosialisasi Regional Kebijakan Program Raskin Tahun 2016 untuk Wilayah Timur Indonesia di Hotel Clarion Makassar, Senin (28/3/2016).
Agus mencontohkan harga beras premium yang beredar di pasaranan untuk wilayah pulau Jawa mencapai Rp.9.300 perkilogram. Sementara harga beras premium yang beredar di pasaran wilayah Provinsi Sulawesi Selatan masih dengan harga Rp.8.300 perkilogram.
Lihat Juga: Rizal Saleh Jabat Sekretaris DPRD Sulsel
“Dari harga perbandingan di Pulau Jawa dengan Sulsel itu, ada selisih harga yang bisa mencapai Rp.800,- perkilonya yang dinikmati pedagang, jadi ketika tidak ada musim panen di pulau Jawa, maka para pedagang dari pulau Jawa datang ke Sulsel untuk membeli beras, karena ketika di pulau jawa tidak panen, maka di Sulsel pasti musim panen,” kata Agus.
Agus menambahkan bahwa konstribusi gabah kering giling (GKG) Sulsel tahun 2015 telah mencapai 5.473.709 ton, dengan nilai ekonomi berdasarkan harga pembelian pemerintah sebesar Rp.4.600,- ” ini berarti bahwa hasil yang di peroleh dari produksi gabah kering tahun 2015 dapat mencapai hasil ekonomi kurang lebih sebesar Rp.25,17 trilyun,” jelas Agus.
Sementara itu, Deputi Menko PMK Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Tubagus Achmad Choesni mengatakan, penyaluran Raskin sampai pada akhir tahun 2015 yang lalu rata rata realisasi penyaluran secara nasional mencapai 2,76 juta ton atau 98,94 % dari pagu tahun 2015 sebesar 2,79 juta ton.
“Bantuan beras bersubsidi dari pemerintah kepada masyarakat berpendapatan rendah ini benar benar disalurkan kepada penerima manfaat dan dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin, ” kata Chuesni.
Sosialisasi Regeonal yang berlangsung satu hari tersebut dihadiri Ketua dan anggota Tim Koordinasi (Tikor) Raskin Pusat, para Tikor Raskin Provinsi se Indonesia Timur, para kepala Divre Perum Bulog se Indonesia Timur,para Ketua Tikor Raskin Kabupaten/Kota se Sulsel, para Kepala Subdivre/Kansilog Perum Bulog se Sulsel.
Penulis: Fritz Matic
Editor: Hexa
http://kabarmakassar.com/wagub-bulog-harus-miliki-penggilingan-padi/
Senin, 28 Maret 2016
Keren...Ternyata Eh Ternyata Bulog DIY Berhasil Serap 2,7 Ton Gabah Selama Panen
Minggu, 27 Maret 2016
Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta hingga 26 Maret 2016 menyerap 2.747 ton gabah kering panen atau 25 persen dari target serapan selama masa panen raya 2016.
"Panen tahun ini agak mundur sehingga serapan masih jauh dari target selama panen raya yang kami canangkan 8.000 ton," kata Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional DIY, Sugit Tedjo Muljono di Yogyakarta, Sabtu (26/3/2016).
Menurut Sugit, sejak awal panen raya serapan gabah kering panen (GKP) paling banyak di Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman mencapai 1.929 ton, diikuti Desa Triharjo, Sleman mencapai 529 ton, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul 151 ton dan Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Gunung Kidul mencapai 137 ton GKP.
Meski masih mencapai 25 persen, menurut Sugit, Bulog DIY tetap optimistis mampu mencapai target serapan beras dan gabah selama masa panen raya yang puncaknya diperkirakan pada April 2016, serta mampu mencapai target tahunan mencapai 62.500 ton beras selama 2016.
Ia mengatakan untuk mengoptimalkan serapan beras dan gabah petani selama panen raya, menurut dia, Bulog DIY memberlakukan kebijakan tidak membatasi pelayanan hingga akhir pekan. "Saat pengadaan serapan kami tidak kenal Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional kapan pun kami siap menjemput di mana ada panenan," kata dia.
Hingga saat ini Bulog DIY memiliki mitra 21 Gabungan Kelompok Tani yang siap memasok hasil panenan ke Bulog. Meski harga pembelian pemerintah (HPP) gabah masih di bawah harga pasaran, ia berharap seluruh petani di DIY dapat memprioritaskan penjualan beras atau gabah kepada Bulog sebab memiliki tujuan untuk kesejahteraan masyarakat luas termasuk petani sendiri.
Ia mengakui hingga kini kemampuan Bulog menyerap beras dan gabah masih terkendala HPP yang dinilai para petani masih di bawah harga penjualan di pasaran yang mencapai Rp3.800 per kg hingga Rp4.000 per kg.
"Meski HPP masih Rp7.300 per kilogram beras, para petani sudah untung sebab telah disubsidi pemerintah melalui pupuk dan bibit," kata dia.
Kendati demikian, Sugit mengatakan Bulog DIY tetap menjaga standar kualitas beras Bulog dengan mencari beras petani yang telah memenuhi standar kualitas dengan ketentuan kadar air maksimum 14 persen, butiran patah 20 persen, menir 2 persen dan derajat sosoh 95 persen.
"Asal berkualitas kami akan beli dengan harga sesuai HPP," kata dia.
Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta hingga 26 Maret 2016 menyerap 2.747 ton gabah kering panen atau 25 persen dari target serapan selama masa panen raya 2016.
"Panen tahun ini agak mundur sehingga serapan masih jauh dari target selama panen raya yang kami canangkan 8.000 ton," kata Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional DIY, Sugit Tedjo Muljono di Yogyakarta, Sabtu (26/3/2016).
Menurut Sugit, sejak awal panen raya serapan gabah kering panen (GKP) paling banyak di Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman mencapai 1.929 ton, diikuti Desa Triharjo, Sleman mencapai 529 ton, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul 151 ton dan Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Gunung Kidul mencapai 137 ton GKP.
Meski masih mencapai 25 persen, menurut Sugit, Bulog DIY tetap optimistis mampu mencapai target serapan beras dan gabah selama masa panen raya yang puncaknya diperkirakan pada April 2016, serta mampu mencapai target tahunan mencapai 62.500 ton beras selama 2016.
Ia mengatakan untuk mengoptimalkan serapan beras dan gabah petani selama panen raya, menurut dia, Bulog DIY memberlakukan kebijakan tidak membatasi pelayanan hingga akhir pekan. "Saat pengadaan serapan kami tidak kenal Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional kapan pun kami siap menjemput di mana ada panenan," kata dia.
Hingga saat ini Bulog DIY memiliki mitra 21 Gabungan Kelompok Tani yang siap memasok hasil panenan ke Bulog. Meski harga pembelian pemerintah (HPP) gabah masih di bawah harga pasaran, ia berharap seluruh petani di DIY dapat memprioritaskan penjualan beras atau gabah kepada Bulog sebab memiliki tujuan untuk kesejahteraan masyarakat luas termasuk petani sendiri.
Ia mengakui hingga kini kemampuan Bulog menyerap beras dan gabah masih terkendala HPP yang dinilai para petani masih di bawah harga penjualan di pasaran yang mencapai Rp3.800 per kg hingga Rp4.000 per kg.
"Meski HPP masih Rp7.300 per kilogram beras, para petani sudah untung sebab telah disubsidi pemerintah melalui pupuk dan bibit," kata dia.
Kendati demikian, Sugit mengatakan Bulog DIY tetap menjaga standar kualitas beras Bulog dengan mencari beras petani yang telah memenuhi standar kualitas dengan ketentuan kadar air maksimum 14 persen, butiran patah 20 persen, menir 2 persen dan derajat sosoh 95 persen.
"Asal berkualitas kami akan beli dengan harga sesuai HPP," kata dia.
Berdebu dan Bau Apek, Warga Bengkalis ini Keluhkan Kualitas Raskin
Minggu, 27 Maret 2016
Bengkalis, (Antarariau.com)- Sebagian warga di Kecamatan Bengkalis, Provinsi Riau, mengeluh dengan kualitas Beras Miskin (Raskin) yang berdebu dan berbau, sehingga dinilai tidak layak konsumsi.
“Berasnya berbau apek, saya sendiri masak berasnya menggunakan daun pandan wangi di dalam nasi saat memasak agar bau apaknya tidak terasa, jika tidak menggunakan daun pandan, baunya tersa apak sekali,” kata warga Kelurahan Damon, Ibu Anim di Bengkalis, Minggu.
Menurut dia, raskin yang diperolehnya tersebut selain apak juga banyak debu, dan jelantahnya alias debu padi berasnya.
“Karena hanya hidup berdua dengan suami, dan penghasilan tidak ada, walaupun berasnya kurang bagus kita tetap bersyukur, dan diharapkan 2016 dengan bupati baru ini raskin bertambah banyak dan berkualitas baik,” katanya.
Bukan hanya Ibu Anim yang mengeluh dengan kualitas beras miskin di daerah itu, warga Desa Ketam Putih, yang akrab disapa Amah ini juga mengeluhkan hal yang sama.
“Ia untuk raskin memang kualitasnya dinilai kurang baik, saya sendiri mencampurkan beras raskin ini dengan beras biasa agar tidak terlalu berbau dan bisa dikonsumsi, memang banyak debu padinya, dan serpihan kulit padi juga ada,” ujar Amah.
Ia mengatakan, untuk membersihkan beras tersebut ia harus menggunakan waktu untuk memilih dan memilah beras tersebut untuk dikonsumsi.
Sementara itu, terkait beras miskin yang dikeluhkan kualitasnya tersebut, masyarakat di daerah itu berharap untuk tahun 2016 ini Bulog lebih mengutamakan kualitas raskin tersebut.
Saat ini, banyak masyarakat yang berharap dengan pembagian beras miskin ini, hal tersebut dikarenakan melemahnya perekonomian masyarakat desa seperti murahnya harga karet, serta semakin mahalnya harga kebutuhan
http://www.antarariau.com/berita/70716/berdebu-dan-bau-apek-warga-bengkalis-ini-keluhkan-kualitas-raskin
Bengkalis, (Antarariau.com)- Sebagian warga di Kecamatan Bengkalis, Provinsi Riau, mengeluh dengan kualitas Beras Miskin (Raskin) yang berdebu dan berbau, sehingga dinilai tidak layak konsumsi.
“Berasnya berbau apek, saya sendiri masak berasnya menggunakan daun pandan wangi di dalam nasi saat memasak agar bau apaknya tidak terasa, jika tidak menggunakan daun pandan, baunya tersa apak sekali,” kata warga Kelurahan Damon, Ibu Anim di Bengkalis, Minggu.
Menurut dia, raskin yang diperolehnya tersebut selain apak juga banyak debu, dan jelantahnya alias debu padi berasnya.
“Karena hanya hidup berdua dengan suami, dan penghasilan tidak ada, walaupun berasnya kurang bagus kita tetap bersyukur, dan diharapkan 2016 dengan bupati baru ini raskin bertambah banyak dan berkualitas baik,” katanya.
Bukan hanya Ibu Anim yang mengeluh dengan kualitas beras miskin di daerah itu, warga Desa Ketam Putih, yang akrab disapa Amah ini juga mengeluhkan hal yang sama.
“Ia untuk raskin memang kualitasnya dinilai kurang baik, saya sendiri mencampurkan beras raskin ini dengan beras biasa agar tidak terlalu berbau dan bisa dikonsumsi, memang banyak debu padinya, dan serpihan kulit padi juga ada,” ujar Amah.
Ia mengatakan, untuk membersihkan beras tersebut ia harus menggunakan waktu untuk memilih dan memilah beras tersebut untuk dikonsumsi.
Sementara itu, terkait beras miskin yang dikeluhkan kualitasnya tersebut, masyarakat di daerah itu berharap untuk tahun 2016 ini Bulog lebih mengutamakan kualitas raskin tersebut.
Saat ini, banyak masyarakat yang berharap dengan pembagian beras miskin ini, hal tersebut dikarenakan melemahnya perekonomian masyarakat desa seperti murahnya harga karet, serta semakin mahalnya harga kebutuhan
http://www.antarariau.com/berita/70716/berdebu-dan-bau-apek-warga-bengkalis-ini-keluhkan-kualitas-raskin
Takaran Raskin di Lebak Susut Hingga 1 Kilogram
Minggu, 27 Maret 2016
LEBAK, (NEWSmedia) - Masyarakat penerima bantuan beras miskin (raskin) mempertanyakan takaran raskin yang disalurkan, Kamis (24/3/2016) oleh Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang dengan ukuran 15 kilogram berkurang alias menyusut. Penyusutan takaran raskin tersebut mencapai satu kilogram.
Ahmad, Ketua RT 02/02 Kampung Lebak Saninten, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung mengungkapkan, meski kualitas raskin saat ini sudah cuku baik, namun ia mempertanyakan berkurangnya takaran faskin pada ukuran karung 15 kilogram. Kata Ahmad, rata-rata penyusutan takaran mencapai satu kilogram.
"Diperkirakan susutnya timbangan sisi raskin pada karung 15 kilogram karena banyak ditusuk gancu. Terlihat jelas karungnya banyak bekas tusukan. Tapi mungkin jug ada permainan timbangan dari gudang bulog, sehingga berkurang," kata Ahmad, Minggu (27/3/2016).
Berkurangnya takaran atau isi karung raskin diketahui saat warga membantu membungkus beras raskin untuk dibagikan ke warga. Biasanya setiap kepala keluarga mendapatkan 5 liter beras, dan per 12 karung yang masing-masingnya berisi beras 15 kilogram, bisa dibagi untuk 48 kepala keluarga. Namun kali ini hanya mendapatkan 43 kantong
"Untuk membuktikan benar tidaknya ada 15 kilogram, saya dan warga menimbang bebearapa karung yang masih utuh, dan memang rata-rata perkarungnya susut setengah sampai satu kilogram. Kalau benar full 15 kilohram biasanya dapat 48 sampai 49 bungkus, tapi karena isi timbangan kurang, hanya dapat 43 bungkus," ujarnya.
Ahmad menduga penyusutan isi raskin pada karung ukuran 15 kilogram tersebut, sudah lama terjadi. "Kami berharap ke depan tidak ada lagi raskin yang takarannya menyusut, sehingga pembagian ke warga penerima manfaat bisa merata dan adil," ujar Ahmad.
Sementara itu, Kepala Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang, Lukman membantah ada penyusuran pada isi raskin tahun 2016.
"Saya baru mendengar. Di kecamatan mana itu terjadi penyusutan, dan tanggung jawab bulog hanya sampai ke titik distribusi, yakni desa atau kelurahan. Selama masyarakat dan petugas raskin di desa/kelurahan tidak mengeluh, artinya itu baik baik saja," kilah Lukman.(Gun/01)
http://newsmedia.co.id/takaran-raskin-di-lebak-susut-hingga-1-kilogram/
LEBAK, (NEWSmedia) - Masyarakat penerima bantuan beras miskin (raskin) mempertanyakan takaran raskin yang disalurkan, Kamis (24/3/2016) oleh Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang dengan ukuran 15 kilogram berkurang alias menyusut. Penyusutan takaran raskin tersebut mencapai satu kilogram.
Ahmad, Ketua RT 02/02 Kampung Lebak Saninten, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung mengungkapkan, meski kualitas raskin saat ini sudah cuku baik, namun ia mempertanyakan berkurangnya takaran faskin pada ukuran karung 15 kilogram. Kata Ahmad, rata-rata penyusutan takaran mencapai satu kilogram.
"Diperkirakan susutnya timbangan sisi raskin pada karung 15 kilogram karena banyak ditusuk gancu. Terlihat jelas karungnya banyak bekas tusukan. Tapi mungkin jug ada permainan timbangan dari gudang bulog, sehingga berkurang," kata Ahmad, Minggu (27/3/2016).
Berkurangnya takaran atau isi karung raskin diketahui saat warga membantu membungkus beras raskin untuk dibagikan ke warga. Biasanya setiap kepala keluarga mendapatkan 5 liter beras, dan per 12 karung yang masing-masingnya berisi beras 15 kilogram, bisa dibagi untuk 48 kepala keluarga. Namun kali ini hanya mendapatkan 43 kantong
"Untuk membuktikan benar tidaknya ada 15 kilogram, saya dan warga menimbang bebearapa karung yang masih utuh, dan memang rata-rata perkarungnya susut setengah sampai satu kilogram. Kalau benar full 15 kilohram biasanya dapat 48 sampai 49 bungkus, tapi karena isi timbangan kurang, hanya dapat 43 bungkus," ujarnya.
Ahmad menduga penyusutan isi raskin pada karung ukuran 15 kilogram tersebut, sudah lama terjadi. "Kami berharap ke depan tidak ada lagi raskin yang takarannya menyusut, sehingga pembagian ke warga penerima manfaat bisa merata dan adil," ujar Ahmad.
Sementara itu, Kepala Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang, Lukman membantah ada penyusuran pada isi raskin tahun 2016.
"Saya baru mendengar. Di kecamatan mana itu terjadi penyusutan, dan tanggung jawab bulog hanya sampai ke titik distribusi, yakni desa atau kelurahan. Selama masyarakat dan petugas raskin di desa/kelurahan tidak mengeluh, artinya itu baik baik saja," kilah Lukman.(Gun/01)
http://newsmedia.co.id/takaran-raskin-di-lebak-susut-hingga-1-kilogram/
Sabtu, 26 Maret 2016
Menko Darmin Ingin Bulog Beli Gabah Bukan Beras
Jum'at, 25 Maret 2016
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution hari ini menggelar rapat bersama Bulog untuk membahas pangan. Rapat koordinasi ini dilakukan mengingat beberapa daerah di Indonesia telah memasuki musim panen.
"Kita mengevaluasi seperti apa ini. Apakah ini karena musim hujan lalu petani berani ramai-ramai jual hasil panennya apa karena over produksi," kata Darmin saat ditemui di kantornya, Kamis (24/3/2016) malam.
Darmin memperkirakan, saat ini total hasil panen raya di Indonesia melebihi total panen pada periode yang sama tahun lalu. Untuk itu, Darmin menegaskan kepada Bulog agar tidak kecolongan dalam membeli gabah langsung kepada petani.
"Dari angka yang ada saya kira sedikit berada di atas periode yang sama tahun lalu. Sehingga pada waktu panen di musim hujan Bulog siap untuk beli gabah, bukan beras. Kalau beras kita mudah untuk membelinya. Tapi gabah ini," ungkap Darmin.
Darmin pun mengharapkan agar Bulog tak kalah dengan para tengkulak dalam membeli gabah dengan para petani. Sehingga, harga beras dapat tetap normal pada saat panen raya. "Kita mau Bulog dapat membeli gabah dari petani. Sehingga NTP (Nilai Tukar Petani)-nya meningkat," tandasnya.
(mrt)
http://economy.okezone.com/read/2016/03/25/320/1345470/menko-darmin-ingin-bulog-beli-gabah-bukan-beras
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution hari ini menggelar rapat bersama Bulog untuk membahas pangan. Rapat koordinasi ini dilakukan mengingat beberapa daerah di Indonesia telah memasuki musim panen.
"Kita mengevaluasi seperti apa ini. Apakah ini karena musim hujan lalu petani berani ramai-ramai jual hasil panennya apa karena over produksi," kata Darmin saat ditemui di kantornya, Kamis (24/3/2016) malam.
Darmin memperkirakan, saat ini total hasil panen raya di Indonesia melebihi total panen pada periode yang sama tahun lalu. Untuk itu, Darmin menegaskan kepada Bulog agar tidak kecolongan dalam membeli gabah langsung kepada petani.
"Dari angka yang ada saya kira sedikit berada di atas periode yang sama tahun lalu. Sehingga pada waktu panen di musim hujan Bulog siap untuk beli gabah, bukan beras. Kalau beras kita mudah untuk membelinya. Tapi gabah ini," ungkap Darmin.
Darmin pun mengharapkan agar Bulog tak kalah dengan para tengkulak dalam membeli gabah dengan para petani. Sehingga, harga beras dapat tetap normal pada saat panen raya. "Kita mau Bulog dapat membeli gabah dari petani. Sehingga NTP (Nilai Tukar Petani)-nya meningkat," tandasnya.
(mrt)
http://economy.okezone.com/read/2016/03/25/320/1345470/menko-darmin-ingin-bulog-beli-gabah-bukan-beras
Warga Mukomuko keluhkan rastra berbau busuk
Mukomuko (Antara) - Warga miskin di Desa Agung Jaya, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan kualitas beras sejahtera (Rastra) yang diterimanya, berbau busuk sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
"Mayoritas beras yang diterima oleh warga miskin berbau busuk. Warga di sini tidak ada yang berani mengkonsumsinya," kata Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Agung Jaya, Kecamatan Air Manjuto, Sapari Pasaribu, di Mukomuko, Kamis.
Menurutnya, beras tersebut berbau busuk bukan karena terkena air hujan pada saat pembagian beras itu pada Selasa (22/3), tetapi kualitas beras tersebut yang tidak bagus.
Ia mengatakan, selama hidupnya baru sekarang melihat jenis beras seperti ini. Berbagai macam jenis beras dicampurkan dalam satu karung dengan berat 15 kilogram.
Ia mengatakan, kalau saja warga mengetahui kualitas beras pada saat pembagian, kemungkinan tidak ada warga yang mau menebus beras tersebut.
Ia menjelaskan, pembagian bantuan beras murah pada saat ini tidak sama dengan pembagian beras sebelumnya. Dulu warga bisa membuka karung beras, sekarang warga di rumah.
Kepala Perwakilan Badan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Kabupaten Mukomuko Ismail mengatakan kondisi beras sejahtera yang dibagikan kepada warga miskin di daerah itu kurang bagus karena beras tersebut terkena air hujan.
Tetapi, katanya, pihaknya sudah mengganti beras tersebut dengan beras yang bagus. Seperti beras yang diterima warga miskin di Desa Sido Mulyo.
Selain itu, katanya, pihaknya juga sudah mengganti beras warga Desa Agung Jaya sebanyak 15 karung yang berisi masing-masing seberat 15 kilogram beras.
"Kami sudah sampaikan kepada desa agar segera melaporkan bila ada beras warga yang kurang bagus. Kami siap menggantinya," ujarnya lagi. ***4***
"Mayoritas beras yang diterima oleh warga miskin berbau busuk. Warga di sini tidak ada yang berani mengkonsumsinya," kata Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Agung Jaya, Kecamatan Air Manjuto, Sapari Pasaribu, di Mukomuko, Kamis.
Menurutnya, beras tersebut berbau busuk bukan karena terkena air hujan pada saat pembagian beras itu pada Selasa (22/3), tetapi kualitas beras tersebut yang tidak bagus.
Ia mengatakan, selama hidupnya baru sekarang melihat jenis beras seperti ini. Berbagai macam jenis beras dicampurkan dalam satu karung dengan berat 15 kilogram.
Ia mengatakan, kalau saja warga mengetahui kualitas beras pada saat pembagian, kemungkinan tidak ada warga yang mau menebus beras tersebut.
Ia menjelaskan, pembagian bantuan beras murah pada saat ini tidak sama dengan pembagian beras sebelumnya. Dulu warga bisa membuka karung beras, sekarang warga di rumah.
Kepala Perwakilan Badan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Kabupaten Mukomuko Ismail mengatakan kondisi beras sejahtera yang dibagikan kepada warga miskin di daerah itu kurang bagus karena beras tersebut terkena air hujan.
Tetapi, katanya, pihaknya sudah mengganti beras tersebut dengan beras yang bagus. Seperti beras yang diterima warga miskin di Desa Sido Mulyo.
Selain itu, katanya, pihaknya juga sudah mengganti beras warga Desa Agung Jaya sebanyak 15 karung yang berisi masing-masing seberat 15 kilogram beras.
"Kami sudah sampaikan kepada desa agar segera melaporkan bila ada beras warga yang kurang bagus. Kami siap menggantinya," ujarnya lagi. ***4***
Jumat, 25 Maret 2016
Kodim Klaten Desak Bulog Segera Serap Gabah dari Petani
Jumat, 25 Maret 2016
Laporan Reporter Tribun Jogja Padhang Pranoto
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kodim 0723 Klaten mendesak Badan Urusan Logistik (Bulog) segera merealisasikan upaya serap gabah (sergab) petani.
Pasalnya, hingga masa panen musim tanam I (MT I), belum ada kontrak sergab yang dilakukan oleh gudang bulog terutama di Klaten.
"Saya memang mendesak hal itu (penyerapan gabah). Bahkan saya mengutus pasiter saya untuk menanyakan kontrak kepada Bulog Surakarta terkait sergab berulang kali," ucap Komandan Kodim 0723/Klaten, Letkol (inf) Bayu Jagat, seusai panen raya padi di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Kamis (24/3/2016).
Menurutnya, program sergab merupakan perintah langsung dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sewaktu panen raya di Kabupaten Sragen, beberapa waktu lalu.
Di samping itu, penyerapan gabah dianggap sebagai upaya perlindungan kepada petani, agar harga tebasan gabah tak dipermainkan oleh tengkulak. Bahkan menurutnya untuk program tersebut, pemerintah pusat menggelontorkan dana sekitar Rp 26 triliun.
Ia mengatakan, di Klaten memiliki tiga gudang bulog, yakni Karanwuni, Karanganom Mudal dan Delanggu. Namun demikian, ia mengucapkan untuk kontrak Sergab belum berjalan dengan benar.
"Kalau untuk gudang Karangwuni sampai sekarang belum. Kemungkinan minggu depan akan ada kontrak serap gabah. Tapi kalau untuk dua gudang lainnya belum tahu. Namun kami minta untuk segera saja dilakukan. Soalnya berdasarkan peraturan, sekarang bulog bisa menyerap gabah, bukan hanya beras," ungkap Bayu.
Ditambahkannya, agar Bulog juga melakukan program Sergab kepada para petani secara langsung. Hal itu terkait dengan jenis gabah yang bisa diserap oleh Bulog, sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP).
Sementara itu, Kepala Gudang Bulog Karangwuni Santoso mengakui hal tersebut. Pihaknya hingga kini belum bisa menyerap gabah petani, karena belum ada kontrak.
Namun demikian, dirinya mengaku tak bisa bergerak secara otonom, karena fasilitasnya itu menginduk pada Divisi regional (Divre) Surakarta.
"Untuk gudang kami, hingga kini masih nol serapan gabah untuk Masa Tanam I. Untuk kontrak serapan gabah kemungkinan akan dilakukan pada minggu depan, menganut pada Divre Surakarta, karena kami ada dibawah mereka," katanya.
Dirinya menegaskan, untuk gudang bulog di Karangwuni, tak berhak melaksanakan kontrak kecuali atas perintah Bulog Divre Surakarta. Selain itu, untuk target penyerapan gabah, juga bergantung pada jatah yang dibagikan oleh Bulog Solo Raya.
Adapun untuk jatah yang dimiliki oleh Bulog Divre Surakarta sekitar 100.000 ton. Nantinya jatah tersebut akan dibagi-bagi kepada semua gudang yang ada di semua wilayah eks karisidenan surakarta.
Dijelaskan Santoso kapasitas gudang bulog Karangwuni-Klaten adalah 24 ribu ton. Sedangkan untuk gudang Banaran-Delanggu 7000 ton dan gudang Karanganom Mudal (By Pass) adalah 3.500 ton.
"Meskipun demikian, untuk satuan kerja (satker) penyerapan hasil panen padi, serta mengolah gabah (menjadi beras) sudah mulai bekerja. Dan itu cakupannya adalah Solo. Kalau kami tenaganya terbatas," tuturnya. (*)
http://jogja.tribunnews.com/2016/03/25/kodim-klaten-desak-bulog-segera-serap-gabah-dari-petani?page=3
Laporan Reporter Tribun Jogja Padhang Pranoto
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kodim 0723 Klaten mendesak Badan Urusan Logistik (Bulog) segera merealisasikan upaya serap gabah (sergab) petani.
Pasalnya, hingga masa panen musim tanam I (MT I), belum ada kontrak sergab yang dilakukan oleh gudang bulog terutama di Klaten.
"Saya memang mendesak hal itu (penyerapan gabah). Bahkan saya mengutus pasiter saya untuk menanyakan kontrak kepada Bulog Surakarta terkait sergab berulang kali," ucap Komandan Kodim 0723/Klaten, Letkol (inf) Bayu Jagat, seusai panen raya padi di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Kamis (24/3/2016).
Menurutnya, program sergab merupakan perintah langsung dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sewaktu panen raya di Kabupaten Sragen, beberapa waktu lalu.
Di samping itu, penyerapan gabah dianggap sebagai upaya perlindungan kepada petani, agar harga tebasan gabah tak dipermainkan oleh tengkulak. Bahkan menurutnya untuk program tersebut, pemerintah pusat menggelontorkan dana sekitar Rp 26 triliun.
Ia mengatakan, di Klaten memiliki tiga gudang bulog, yakni Karanwuni, Karanganom Mudal dan Delanggu. Namun demikian, ia mengucapkan untuk kontrak Sergab belum berjalan dengan benar.
"Kalau untuk gudang Karangwuni sampai sekarang belum. Kemungkinan minggu depan akan ada kontrak serap gabah. Tapi kalau untuk dua gudang lainnya belum tahu. Namun kami minta untuk segera saja dilakukan. Soalnya berdasarkan peraturan, sekarang bulog bisa menyerap gabah, bukan hanya beras," ungkap Bayu.
Ditambahkannya, agar Bulog juga melakukan program Sergab kepada para petani secara langsung. Hal itu terkait dengan jenis gabah yang bisa diserap oleh Bulog, sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP).
Sementara itu, Kepala Gudang Bulog Karangwuni Santoso mengakui hal tersebut. Pihaknya hingga kini belum bisa menyerap gabah petani, karena belum ada kontrak.
Namun demikian, dirinya mengaku tak bisa bergerak secara otonom, karena fasilitasnya itu menginduk pada Divisi regional (Divre) Surakarta.
"Untuk gudang kami, hingga kini masih nol serapan gabah untuk Masa Tanam I. Untuk kontrak serapan gabah kemungkinan akan dilakukan pada minggu depan, menganut pada Divre Surakarta, karena kami ada dibawah mereka," katanya.
Dirinya menegaskan, untuk gudang bulog di Karangwuni, tak berhak melaksanakan kontrak kecuali atas perintah Bulog Divre Surakarta. Selain itu, untuk target penyerapan gabah, juga bergantung pada jatah yang dibagikan oleh Bulog Solo Raya.
Adapun untuk jatah yang dimiliki oleh Bulog Divre Surakarta sekitar 100.000 ton. Nantinya jatah tersebut akan dibagi-bagi kepada semua gudang yang ada di semua wilayah eks karisidenan surakarta.
Dijelaskan Santoso kapasitas gudang bulog Karangwuni-Klaten adalah 24 ribu ton. Sedangkan untuk gudang Banaran-Delanggu 7000 ton dan gudang Karanganom Mudal (By Pass) adalah 3.500 ton.
"Meskipun demikian, untuk satuan kerja (satker) penyerapan hasil panen padi, serta mengolah gabah (menjadi beras) sudah mulai bekerja. Dan itu cakupannya adalah Solo. Kalau kami tenaganya terbatas," tuturnya. (*)
http://jogja.tribunnews.com/2016/03/25/kodim-klaten-desak-bulog-segera-serap-gabah-dari-petani?page=3
Bulog Diminta Fokus pada Gabah Dibanding Beras
Kamis, 24 Maret 2016
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginstruksikan kepada Perum Bulog pada 2016 lebih fokus terhadap penyimpanan gabah dibandingkan dengan penyimpanan beras.
Selama ini, kata Deputi Bidang Usaha Agro dan Industri Farmasi Wahyu Kucoro, Perum Bulog hanya fokus terhadap penyimpanan beras. Jika itu terus dilakukan maka sulit untuk meningkatkan kualitas beras yang akan disalurkan.
"Selama ini nyimpennya beras, sesuai perintah pak presiden, kita tingkatkan kualitas dengan mencoba perbanyak penyimpanan gabah," kata Wahyu di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (24/3/2016).
Wahyu menyebutkan, Kementerian BUMN akan menginstruksikan penyimpanan gabah lebih dominan dari total kapasitas gudang Bulog yang tersebar di Indonesia. Adapun, total kapasitas gudang penyimpanan beras milik Bulog mencapai empat juta ton.
Hingga saat ini, lanjut Wahyu, jumlah penyerapan beras petani yang dilakukan oleh Perum Bulog masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kapasitas gudang Bulog. Di mana, hanya mampu menyerap 40 ribu ton.
Oleh karena itu, tegas Wahyu, Kementerian BUMN akan mengizinkan Perum Bulog untuk melakukan investasi yang besar guna meningkatkan penyimpanan gabah yang lebih dominan dibandingkan dengan beras.
"Kita akan coba investasi besar di Bulog untuk beberapa alat itu, karena ini tuntutan," tandasnya.(rai)
(rhs)
http://economy.okezone.com/read/2016/03/24/320/1344745/bulog-diminta-fokus-pada-gabah-dibanding-beras
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginstruksikan kepada Perum Bulog pada 2016 lebih fokus terhadap penyimpanan gabah dibandingkan dengan penyimpanan beras.
Selama ini, kata Deputi Bidang Usaha Agro dan Industri Farmasi Wahyu Kucoro, Perum Bulog hanya fokus terhadap penyimpanan beras. Jika itu terus dilakukan maka sulit untuk meningkatkan kualitas beras yang akan disalurkan.
"Selama ini nyimpennya beras, sesuai perintah pak presiden, kita tingkatkan kualitas dengan mencoba perbanyak penyimpanan gabah," kata Wahyu di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (24/3/2016).
Wahyu menyebutkan, Kementerian BUMN akan menginstruksikan penyimpanan gabah lebih dominan dari total kapasitas gudang Bulog yang tersebar di Indonesia. Adapun, total kapasitas gudang penyimpanan beras milik Bulog mencapai empat juta ton.
Hingga saat ini, lanjut Wahyu, jumlah penyerapan beras petani yang dilakukan oleh Perum Bulog masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kapasitas gudang Bulog. Di mana, hanya mampu menyerap 40 ribu ton.
Oleh karena itu, tegas Wahyu, Kementerian BUMN akan mengizinkan Perum Bulog untuk melakukan investasi yang besar guna meningkatkan penyimpanan gabah yang lebih dominan dibandingkan dengan beras.
"Kita akan coba investasi besar di Bulog untuk beberapa alat itu, karena ini tuntutan," tandasnya.(rai)
(rhs)
http://economy.okezone.com/read/2016/03/24/320/1344745/bulog-diminta-fokus-pada-gabah-dibanding-beras
Kamis, 24 Maret 2016
Wow, Bobol Gudang Bulog, Juru Timbang Raibkan Beras Rp7,1 M!
Kamis, 24 Maret 2016
Korupsi Semarang dilakukan seorang juru timbang dan kepala gudang Bulog sehingga mencatatkan kerugian yang nilainya terbilang spektakuler, Rp7,1 miliar.
Semarangpos.com, SEMARANG — Angka spektakuler terkait kerugian yang disebabkan kasus korupsi Semarang dicatatkan juru timbang Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Kota Semarang, Agus Priyanto. Kejaksaan menakasir kerugian yang ditimbulkan Agus Priyanto dalam kasus dugaan penggelapan persediaan beras yang mencapai 864 ton mencapai Rp7,1 miliar.
Asisten intelijen Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah Yakob Hendrik di Semarang, Selasa (22/3/2016), mengatakan tersangka kasus korupsi Semarang itu merupakan hasil pengembangan pelaku sebelumnya yang sudah ditahan terlebih dahulu. Sebelum ditahan untuk 20 hari ke depan, tersangka Agus sempat menjalani pemeriksaan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi. “Tersangka ini melanggar SOP dalam melaksanakan tugasnya,” katanya.
Sebelumnya, 3 Maret 2016, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah menahan mantan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Semarang, Sudarmono. Kasus dugaan korupsi Semarang dengan modus operandi penggelapan 864 ton beras Bulog dengan nilai total sekitar Rp7,1 miliar tersebut terungkap pada 2015 lalu.
Penggelapan ratusan ton beras tersebut diduga berawal dari serah terima jabatan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon dari tersangka kepada pejabat baru. Pejabat baru tersebut kemudian meminta dilakukan pengecekan stok yang ada yang ternyata ditemukan kekurangan fisik hingga 93.942 kg beras.
Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, diketahui terdapat selisih persediaan sebanyak 864.273 kg. Dengan harga jual beras senilai Rp8.325/kg, maka diperoleh nilai kerugian akibat selisih persediaan tersebut sekitar Rp7,1 miliar.
http://m.semarangpos.com/2016/03/24/korupsi-semarang-wow-bobol-gudang-bulog-juru-timbang-raibkan-beras-rp71-m-703893
Korupsi Semarang dilakukan seorang juru timbang dan kepala gudang Bulog sehingga mencatatkan kerugian yang nilainya terbilang spektakuler, Rp7,1 miliar.
Semarangpos.com, SEMARANG — Angka spektakuler terkait kerugian yang disebabkan kasus korupsi Semarang dicatatkan juru timbang Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Kota Semarang, Agus Priyanto. Kejaksaan menakasir kerugian yang ditimbulkan Agus Priyanto dalam kasus dugaan penggelapan persediaan beras yang mencapai 864 ton mencapai Rp7,1 miliar.
Asisten intelijen Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah Yakob Hendrik di Semarang, Selasa (22/3/2016), mengatakan tersangka kasus korupsi Semarang itu merupakan hasil pengembangan pelaku sebelumnya yang sudah ditahan terlebih dahulu. Sebelum ditahan untuk 20 hari ke depan, tersangka Agus sempat menjalani pemeriksaan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi. “Tersangka ini melanggar SOP dalam melaksanakan tugasnya,” katanya.
Sebelumnya, 3 Maret 2016, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah menahan mantan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Semarang, Sudarmono. Kasus dugaan korupsi Semarang dengan modus operandi penggelapan 864 ton beras Bulog dengan nilai total sekitar Rp7,1 miliar tersebut terungkap pada 2015 lalu.
Penggelapan ratusan ton beras tersebut diduga berawal dari serah terima jabatan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon dari tersangka kepada pejabat baru. Pejabat baru tersebut kemudian meminta dilakukan pengecekan stok yang ada yang ternyata ditemukan kekurangan fisik hingga 93.942 kg beras.
Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, diketahui terdapat selisih persediaan sebanyak 864.273 kg. Dengan harga jual beras senilai Rp8.325/kg, maka diperoleh nilai kerugian akibat selisih persediaan tersebut sekitar Rp7,1 miliar.
http://m.semarangpos.com/2016/03/24/korupsi-semarang-wow-bobol-gudang-bulog-juru-timbang-raibkan-beras-rp71-m-703893
Harga Gabah Anjlok, Petani Sidrap Salahkan Bulog
Rabu, 23 Maret 2016
TRIBUNSIDRAP. COM, PANGKAJENE - petani di Tanru Tedong, Sidrap, menyayangkan anjloknya harga gabah di Sidrap.
Petani pun ramai-ramai menyalahkan Bulog.
Petani menganggap Bulog tidak mampu mengamankan harga dasar pembelian gabah di tingkat petani. Akibatnya pedagang mitra Bulog seenaknya menentukan harga gabah.
Perwakilan petani asal Tanru Tedong, Dais Labanci, mengklaim pedagang mitra Bulog hanya membeli Gabah Kering Panen (KGP) sebanyak Rp4.200 perkilogram.
"Enak saja yah pedagang mitra bulog hanya mengambil gabah milik petani di lapangan hanya seharga Rp4.200 perkilogram, sementara dia jual lagi ke Bulog seharga Rp3.700 perkilogram," kata Dais Labanci, Rabu (23/3/2016).
Dais Labanci yang juga mantan anggota DPRD Sidrap itu, mengatakan, bulog harus turun tangan menertibkan pembelian gabah oleh mitranya itu.
"Bulog harus memantau itu di lapangan, kasihan petani kalau gabahnya hanya dibeli murah sementara biaya pengolahannya tinggi," ujar Dais Labanci.
Menyikapi hal itu, Kasub Bulog Sidrap, M. Taufik, menyarankan petani untuk menyampaikan langsung keluhannya tersebut ke pedagang yang bersangkutan.
"Silakan tanyakan langsung ke pedagangnya apakah harga pembelina gabah itu sudah cocok atau bagaimamana. Yang jelasnya, patokan harga bulog sesuai berdasar pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP)," kata Taufik.
Berdasarkan HPP, kata Taufik, harga pembelian GKP dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25 persen dan kadar ham/kotoran maksimum 10 persen adalah Rp3.700 per kilogram di petani, atau Rp 3.750 per kilogram di penggilingan
Begitu juga, harga pembelian GKP dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen dan kadar ham/kotoran maksimum 3 persen adalah Rp4.600 per kilogram di penggilingan, atau Rp4.650 per kilogram di gudang Perum Bulog
Sedangkan harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimun 2 persen, dan derajat sosoh minimum 95 persen adalah Rp7.300 per kilogram di gudang Perum Bulog.
http://makassar.tribunnews.com/2016/03/23/harga-gabah-anjlok-petani-sidrap-salahkan-bulog?page=2
TRIBUNSIDRAP. COM, PANGKAJENE - petani di Tanru Tedong, Sidrap, menyayangkan anjloknya harga gabah di Sidrap.
Petani pun ramai-ramai menyalahkan Bulog.
Petani menganggap Bulog tidak mampu mengamankan harga dasar pembelian gabah di tingkat petani. Akibatnya pedagang mitra Bulog seenaknya menentukan harga gabah.
Perwakilan petani asal Tanru Tedong, Dais Labanci, mengklaim pedagang mitra Bulog hanya membeli Gabah Kering Panen (KGP) sebanyak Rp4.200 perkilogram.
"Enak saja yah pedagang mitra bulog hanya mengambil gabah milik petani di lapangan hanya seharga Rp4.200 perkilogram, sementara dia jual lagi ke Bulog seharga Rp3.700 perkilogram," kata Dais Labanci, Rabu (23/3/2016).
Dais Labanci yang juga mantan anggota DPRD Sidrap itu, mengatakan, bulog harus turun tangan menertibkan pembelian gabah oleh mitranya itu.
"Bulog harus memantau itu di lapangan, kasihan petani kalau gabahnya hanya dibeli murah sementara biaya pengolahannya tinggi," ujar Dais Labanci.
Menyikapi hal itu, Kasub Bulog Sidrap, M. Taufik, menyarankan petani untuk menyampaikan langsung keluhannya tersebut ke pedagang yang bersangkutan.
"Silakan tanyakan langsung ke pedagangnya apakah harga pembelina gabah itu sudah cocok atau bagaimamana. Yang jelasnya, patokan harga bulog sesuai berdasar pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP)," kata Taufik.
Berdasarkan HPP, kata Taufik, harga pembelian GKP dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25 persen dan kadar ham/kotoran maksimum 10 persen adalah Rp3.700 per kilogram di petani, atau Rp 3.750 per kilogram di penggilingan
Begitu juga, harga pembelian GKP dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen dan kadar ham/kotoran maksimum 3 persen adalah Rp4.600 per kilogram di penggilingan, atau Rp4.650 per kilogram di gudang Perum Bulog
Sedangkan harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimun 2 persen, dan derajat sosoh minimum 95 persen adalah Rp7.300 per kilogram di gudang Perum Bulog.
http://makassar.tribunnews.com/2016/03/23/harga-gabah-anjlok-petani-sidrap-salahkan-bulog?page=2
Bulog Minta Lahan Gudang
Rabu, 23 Maret 2016
Puluhan ton gula rafinasi tersusun rapi dalam gudang milik Toko Lam Sitangang (1)MUKOMUKO, BE – Kepala Bulog Bengkulu,Imran Rasydy Abdullah menegaskan, siap untuk membangun gudang Bulog di Kabupaten Mukomuko. Asalkan, lahan untuk pembangunan tersebut telah disiapkan Pemerintah Daerah (Pemda).
“Anggaran pembangunan gudang Bulog kita siapkan dan Pemda menyiapkan lahan,” katanya. Lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan gudang bulog sekitar 1 hingga 2 hektar dengan kapasitas 500 hingga 1000 ton. Dikarenakan, di daerah ini belum ada gudang pihaknya untuk sementara menggunakan bangunan yang dipinjamkan Pemda Mukomuko.
“Untuk sementara kami gunakan fasilitas milik Pemda, sehingga Bulog dapat mendistribusikan raskin setiap bulannya di daerah ini,” demikian Imran.
Terpisah, Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan Setdakab Mukomuko, Syafriadi ketika dikonfirmasi Bengkulu Ekspress menyampaikan, Pemda Mukomuko telah berencana untuk menyiapkan lahan. Salah satunya diperuntukan lokasi pembangunan gudang Bulog dan tim akan segera dibentuk. Tugas tim untuk mencari lokasi ataupun lahan untuk pembangunan tersebut.
Untuk anggaran telah diplotkan di APBD Murni 2016 ini.
“Tidak hanya lahan untuk Bulog, juga akan dilakukan pembebasan untuk lahan fasilitas umum lainnya untuk kepentingan masyarakat dan daerah,” lanjutnya. (900)
http://bengkuluekspress.com/bulog-minta-lahan-gudang/
Puluhan ton gula rafinasi tersusun rapi dalam gudang milik Toko Lam Sitangang (1)MUKOMUKO, BE – Kepala Bulog Bengkulu,Imran Rasydy Abdullah menegaskan, siap untuk membangun gudang Bulog di Kabupaten Mukomuko. Asalkan, lahan untuk pembangunan tersebut telah disiapkan Pemerintah Daerah (Pemda).
“Anggaran pembangunan gudang Bulog kita siapkan dan Pemda menyiapkan lahan,” katanya. Lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan gudang bulog sekitar 1 hingga 2 hektar dengan kapasitas 500 hingga 1000 ton. Dikarenakan, di daerah ini belum ada gudang pihaknya untuk sementara menggunakan bangunan yang dipinjamkan Pemda Mukomuko.
“Untuk sementara kami gunakan fasilitas milik Pemda, sehingga Bulog dapat mendistribusikan raskin setiap bulannya di daerah ini,” demikian Imran.
Terpisah, Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan Setdakab Mukomuko, Syafriadi ketika dikonfirmasi Bengkulu Ekspress menyampaikan, Pemda Mukomuko telah berencana untuk menyiapkan lahan. Salah satunya diperuntukan lokasi pembangunan gudang Bulog dan tim akan segera dibentuk. Tugas tim untuk mencari lokasi ataupun lahan untuk pembangunan tersebut.
Untuk anggaran telah diplotkan di APBD Murni 2016 ini.
“Tidak hanya lahan untuk Bulog, juga akan dilakukan pembebasan untuk lahan fasilitas umum lainnya untuk kepentingan masyarakat dan daerah,” lanjutnya. (900)
http://bengkuluekspress.com/bulog-minta-lahan-gudang/
Rabu, 23 Maret 2016
Juru Timbang Gudang Bulog, Ditahan
Rabu, 23 Maret 2016
SEMARANG (KRjogja.com)- Diduga menggelapkan persediaan beras sekitar 864 ton, Kejaksaan Tingggi Jawa Tengah (Kejati Jateng) menahan AP, juru timbang Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Kota Semarang.
"Tersangka ini merupakan hasil pengembangan pelaku sebelumnya yang sudah ditahan terlebih dahulu", demikian dikatakan Asisten intelijen Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah Yakob Hendrik di Semarang, Selasa.
Dikatakan, sebelum ditahan untuk 20 hari ke depan, AP sempat menjalani pemeriksaan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi."Tersangka melanggar SOP dalam melaksanakan tugasnya," tegas Yakob setraya menambahkan, sebelumnya pada 3 Maret 2016, Kejati Jateng menahan Sud, mantan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Semarang.
Penggelapan beras Bulog sekitar 864 ton dengan nilai total sekitar Rp 7,1 miliar tersebut terungkap pada 2015.Dugaan penggelapan ratusan ton beras tersebut berawal dari serah terima jabatan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon dari tersangka ke pejabat yang baru.
Pejabat baru tersebut kemudian meminta dilakukan pengecekan stok yang ada yang ternyata ditemukan kekurangan fisik sebanyak 93.942 kilogram.Setelah dihitung secara keseluruhan, terdapat selisih persediaan 864.273 kilogram senilai Rp 7,1 miliar dari harga jual Rp 8.325 per kilogram. (Cry)
http://krjogja.com/web/news/read/294692/Juru_Timbang_Gudang_Bulog_Ditahan
SEMARANG (KRjogja.com)- Diduga menggelapkan persediaan beras sekitar 864 ton, Kejaksaan Tingggi Jawa Tengah (Kejati Jateng) menahan AP, juru timbang Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Kota Semarang.
"Tersangka ini merupakan hasil pengembangan pelaku sebelumnya yang sudah ditahan terlebih dahulu", demikian dikatakan Asisten intelijen Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah Yakob Hendrik di Semarang, Selasa.
Dikatakan, sebelum ditahan untuk 20 hari ke depan, AP sempat menjalani pemeriksaan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi."Tersangka melanggar SOP dalam melaksanakan tugasnya," tegas Yakob setraya menambahkan, sebelumnya pada 3 Maret 2016, Kejati Jateng menahan Sud, mantan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, Semarang.
Penggelapan beras Bulog sekitar 864 ton dengan nilai total sekitar Rp 7,1 miliar tersebut terungkap pada 2015.Dugaan penggelapan ratusan ton beras tersebut berawal dari serah terima jabatan Kepala Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon dari tersangka ke pejabat yang baru.
Pejabat baru tersebut kemudian meminta dilakukan pengecekan stok yang ada yang ternyata ditemukan kekurangan fisik sebanyak 93.942 kilogram.Setelah dihitung secara keseluruhan, terdapat selisih persediaan 864.273 kilogram senilai Rp 7,1 miliar dari harga jual Rp 8.325 per kilogram. (Cry)
http://krjogja.com/web/news/read/294692/Juru_Timbang_Gudang_Bulog_Ditahan
Komisi I Tawarkan Opsi BPK Lakukan Audit Bulog Sumenep
Selasa, 22 Maret, 2016
PortalMadura.Com, Sumenep – Komisi I DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur akan menawarkan opsi kepada badan pemeriksa keuangan (BPK) untuk melakukan audit terhadap Bulog termasuk Sumenep, jika memang terjadi penitipan uang tebusan raskin ke bank disejumlah daerah.
“Kalau memang benar-benar terjadi penitipan uang raskin ke bank disejumlah daerah, maka kami akan memberikan kesempatan bagi BPK untuk melakukan audit terhadap Bulog,” kata ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, Selasa (22/3/2016).
Menurutnya, selain BPK untuk melakukan audit, ia juga akan memberi kesempatan bagi komisi pemberantasan korupsi (KPK) untuk menjalankan tugasnya dalam penegakan hukum.
“Tidak berlebihan jika kami juga akan memberi kesempatan bagi KPK untuk menjalankan tugasnya menegakkan hukum,” ucapnya.
Sesuai data yang diperoleh Komisi I DPRD Sumenep, uang sebesar Rp3,8 miliar yang dititipkan di BRI itu dilakukan oleh Muji Hariyanto selaku Korlap Raskin Perum BULOG Subdivre Madura untuk wilayah Kabupaten Sumenep ke Rekening penampungan BRI Cabang Sumenep atas nama Giro penampungan PU No Rek 009501000071305.
Uang itu disetor dua kali yakni pada tanggal 22 Januari 2016 sejumlah uang Rp2.175.032.000 atau Rp2,1 miliar. Tanggal 25 Januari 2016 uang Rp1.657.000.000 atau Rp1,6 miliar. Total dana yang dititipkan ke Rekening penampungan BRI Cabang Sumenep senilai Rp3.832.032.000 atau Rp3,8 miliar.
Sebelumnya, Komisi I DPRD Sumenep melakukan sidak ke Bulog setempat. Mengingat, Kepala Bulog Sumenep, Ainul Fatah diduga menyelewengkan kekuasaannya yakni menyimpan uang tebusan raskin untuk jatah bulan Juni hingga Desember dan raskin ke 13-14 pada tahun 2015. Dana itu untuk raskin sebanyak 2.300 ton di 123 desa.
Kepala Bulog Sumenep, Ainul Fatah terkesan menutup-nutupi uang miliaran rupiah yang disimpan di BRI itu dengan alibi tidak tahu karena yang menyetorkan ke bank itu korlap raskin Bulog Sumenep atas perintah Bulog pusat. (arifin/choir)
http://portalmadura.com/komisi-i-tawarkan-opsi-bpk-lakukan-audit-bulog-sumenep-47109
PortalMadura.Com, Sumenep – Komisi I DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur akan menawarkan opsi kepada badan pemeriksa keuangan (BPK) untuk melakukan audit terhadap Bulog termasuk Sumenep, jika memang terjadi penitipan uang tebusan raskin ke bank disejumlah daerah.
“Kalau memang benar-benar terjadi penitipan uang raskin ke bank disejumlah daerah, maka kami akan memberikan kesempatan bagi BPK untuk melakukan audit terhadap Bulog,” kata ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, Selasa (22/3/2016).
Menurutnya, selain BPK untuk melakukan audit, ia juga akan memberi kesempatan bagi komisi pemberantasan korupsi (KPK) untuk menjalankan tugasnya dalam penegakan hukum.
“Tidak berlebihan jika kami juga akan memberi kesempatan bagi KPK untuk menjalankan tugasnya menegakkan hukum,” ucapnya.
Sesuai data yang diperoleh Komisi I DPRD Sumenep, uang sebesar Rp3,8 miliar yang dititipkan di BRI itu dilakukan oleh Muji Hariyanto selaku Korlap Raskin Perum BULOG Subdivre Madura untuk wilayah Kabupaten Sumenep ke Rekening penampungan BRI Cabang Sumenep atas nama Giro penampungan PU No Rek 009501000071305.
Uang itu disetor dua kali yakni pada tanggal 22 Januari 2016 sejumlah uang Rp2.175.032.000 atau Rp2,1 miliar. Tanggal 25 Januari 2016 uang Rp1.657.000.000 atau Rp1,6 miliar. Total dana yang dititipkan ke Rekening penampungan BRI Cabang Sumenep senilai Rp3.832.032.000 atau Rp3,8 miliar.
Sebelumnya, Komisi I DPRD Sumenep melakukan sidak ke Bulog setempat. Mengingat, Kepala Bulog Sumenep, Ainul Fatah diduga menyelewengkan kekuasaannya yakni menyimpan uang tebusan raskin untuk jatah bulan Juni hingga Desember dan raskin ke 13-14 pada tahun 2015. Dana itu untuk raskin sebanyak 2.300 ton di 123 desa.
Kepala Bulog Sumenep, Ainul Fatah terkesan menutup-nutupi uang miliaran rupiah yang disimpan di BRI itu dengan alibi tidak tahu karena yang menyetorkan ke bank itu korlap raskin Bulog Sumenep atas perintah Bulog pusat. (arifin/choir)
http://portalmadura.com/komisi-i-tawarkan-opsi-bpk-lakukan-audit-bulog-sumenep-47109
Kejati Jateng Tahan Tersangka Baru Kasus Bulog
Selasa, 22 Maret 2016
Semarang, Obsessionnews – Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah (Jateng) kembali menahan seorang tersangka sebagai juru timbang atas proyek kasus dugaan korupsi stock opname beras Bulog di Gudang Mangkang Kulon Sub Divre Semarang 2015 yang bernama Agus Priyanto.
“Ada penahanan lagi tersangkanya berinisial AP, tadi diperiksa dari jam 10.00. Dalam perkara itu untuk proses penimbangan diketahui tidak sesuai prosedur standar bulog sehingga terjadi kekurangan stok 864.273.33 kilogram,” kata Asisten Intelijen Kejati Jateng, Yakob Hendrik P, Selasa (22/3/2016).
Agus Priyanto kini ditahan bersama mantan Kepala Gudang Bulog Baru (KGBB) Mangkang Kulon Sub Divre Semarang, Sudarmono, tersangka lain dalam kasus ini yang telah ditahan sebelumnya.
Keduanya dijerat pasal 2 ayat (1) jo pasal 18 Undang-Undang Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dan ditambah Undang-Undang Nomor 20/2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dan pasal 3 undang-undang yang sama.
”Mengenai perhitungan kerugian atas perkara itu diperoleh dari total kekurangan stock beras sebanyak 864.273,33 kg dikalikan harga jual beras Rp 8.325 per kilogram,” papar dia.
Terkait perkara Sudarmono yang ditahan penyidik Kejati Jateng sejak Kamis (3/3/2016) lalu, pihaknya memastikan berkas perkara bersangkutan akan selesai dan diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum yanh kemudian dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang dalam waktu dekat.
“Untuk tersangka S, berkas perkaranya masih tahap pemberkasan dan akan kita lengkapi berkasnya. Setelah selesai nanti diserahkan penuntut umum untuk diteliti,” imbuh Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Jateng, Sugeng Riyadi.
Seperti diketahui, pada April 2015 lalu, tersangka Sudarmono selaku kepala gudang ditugaskan menjadi Asdiv Pratama I Bidang Perencanaan Divisi Regional Jawa Tengah Perum Bulog berdasarkan SK Mutasi Nomor KD-109/DS102/04/2015.
Posisinya sebagai kepala gudang digantikan Agus Sudarno. Namun, saat serah terima dengan kepala gudang yang baru, dilakukan stock opname beras dan ditemukan adanya kekurangan fisik beras sebanyak 93.942,1 kg.
Atas temuan awal tersebut, dilakukan over staple terhadap Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon. Hasilnya terdapat selisih atau kekurangan jumlah stock opname beras.
Dari penghitungan yang dilakukan, kekurangan jumlah stock opname mencapai 864.273,33 kg atau 864,273 ton beras. Sehingga Perum Bulog atau gudang Bulog Baru Mangkang Kulon telah dirugikan sebesar Rp 7,195 miliar. (Yusuf IH)
https://obsessionnews.com/kejati-jateng-tahan-tersangka-baru-kasus-bulog/
Semarang, Obsessionnews – Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah (Jateng) kembali menahan seorang tersangka sebagai juru timbang atas proyek kasus dugaan korupsi stock opname beras Bulog di Gudang Mangkang Kulon Sub Divre Semarang 2015 yang bernama Agus Priyanto.
“Ada penahanan lagi tersangkanya berinisial AP, tadi diperiksa dari jam 10.00. Dalam perkara itu untuk proses penimbangan diketahui tidak sesuai prosedur standar bulog sehingga terjadi kekurangan stok 864.273.33 kilogram,” kata Asisten Intelijen Kejati Jateng, Yakob Hendrik P, Selasa (22/3/2016).
Agus Priyanto kini ditahan bersama mantan Kepala Gudang Bulog Baru (KGBB) Mangkang Kulon Sub Divre Semarang, Sudarmono, tersangka lain dalam kasus ini yang telah ditahan sebelumnya.
Keduanya dijerat pasal 2 ayat (1) jo pasal 18 Undang-Undang Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dan ditambah Undang-Undang Nomor 20/2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dan pasal 3 undang-undang yang sama.
”Mengenai perhitungan kerugian atas perkara itu diperoleh dari total kekurangan stock beras sebanyak 864.273,33 kg dikalikan harga jual beras Rp 8.325 per kilogram,” papar dia.
Terkait perkara Sudarmono yang ditahan penyidik Kejati Jateng sejak Kamis (3/3/2016) lalu, pihaknya memastikan berkas perkara bersangkutan akan selesai dan diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum yanh kemudian dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang dalam waktu dekat.
“Untuk tersangka S, berkas perkaranya masih tahap pemberkasan dan akan kita lengkapi berkasnya. Setelah selesai nanti diserahkan penuntut umum untuk diteliti,” imbuh Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Jateng, Sugeng Riyadi.
Seperti diketahui, pada April 2015 lalu, tersangka Sudarmono selaku kepala gudang ditugaskan menjadi Asdiv Pratama I Bidang Perencanaan Divisi Regional Jawa Tengah Perum Bulog berdasarkan SK Mutasi Nomor KD-109/DS102/04/2015.
Posisinya sebagai kepala gudang digantikan Agus Sudarno. Namun, saat serah terima dengan kepala gudang yang baru, dilakukan stock opname beras dan ditemukan adanya kekurangan fisik beras sebanyak 93.942,1 kg.
Atas temuan awal tersebut, dilakukan over staple terhadap Gudang Bulog Baru Mangkang Kulon. Hasilnya terdapat selisih atau kekurangan jumlah stock opname beras.
Dari penghitungan yang dilakukan, kekurangan jumlah stock opname mencapai 864.273,33 kg atau 864,273 ton beras. Sehingga Perum Bulog atau gudang Bulog Baru Mangkang Kulon telah dirugikan sebesar Rp 7,195 miliar. (Yusuf IH)
https://obsessionnews.com/kejati-jateng-tahan-tersangka-baru-kasus-bulog/
Gubernur dan Danrem Buat Bulog Tak Berkutik
Selasa, 22 Maret 2016
Bulog Diminta Berhenti Membodohi Warga NTB
MATARAM – Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi kembali membongkar kebobrokan Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB.
Dikatakan Gubernur, Provinsi NTB merupakan satu dari delapan provinsi penyangga pangan nasional. Para petani NTB sangat hebat karena telah mengenal sawah secara turun-temurun. Tetapi sampai saat ini nasib petani tidak kunjung membaik bahkan menjadi salah satu kelompok yang paling banyak memberikan kontribusi pada angka kemiskinan.
Dalam Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi IV di Ruang Rapat Utama (RRU) Kantor Gubernur Senin kemarin (21/3), sebelum berbicara panjang lebar Gubernur mengingatkan bahwa dirinya tidak ada masalah apapun secara pribadi dengan pihak Bulog. “Saya ingin katakan bahwa tidak ada masalah pribadi saya dengan Bulog, tapi ini tentang rakyat dan kesejahteraan para petani,” tegasnya.
Hadir dari pihak Bulog yaitu Direktur Pengadaan Bulog Pusat Wahyu dan Kepala Divre Bulog NTB W Kuswinhartomo. Gubernur panjang lebar berbicara tentang penyerapan hasil panen padi petani yang rendah dan nasib petani jagung di Dompu.
Dalam kesempatan tersebut Bulog diminta berhenti membodohi masyarakat NTB. Jangan lagi ada cerita tidak mau membeli beras petani karena kualitas yang rendah dan harga diluar jangkauan. “Tolonglah kita kerja yang bener, jangan serap rendah hasil panen terus nanti stok habis jadi alasan masukkan beras luar daerah,” pintanya.
Di depan semua pihak, Gubernur mengakui dirinya masih tidak percaya dengan kinerja Bulog. Pasalnya selama ini telah nyata-nyata ada permainan yang sengaja dilakukan. Produksi NTB sangat melimpah tetapi Bulog malah ingin memasukkan beras dari luar daerah. Hal ini tentu saja sangat memalukan dan terlihat sekali aroma permainan pihak Bulog.
Tidak hanya itu, Gubernur juga menyinggung kalau selama ini Bulog lebih dekat dengan para pengusaha atau pedagang dan bukan dekat dengan petani. “Saya akan tetap melarang Bulog memasukkan beras luar daerah ke NTB, karena pada kenyataannya kitalah yang mengirim beras ke luar daerah. Kok ini malah beras luar mau dimasukkan, apa-apaan coba maksudnya,” kesal Gubernur.
Selain masalah beras, janji Presiden Joko Widodo kepada petani jagung di Dompu tahun lalu diungkit kembali. Saat itu, Presiden di depan ratusan petani yang disaksikan oleh beberapa menteri dan anggota DPR-RI memerintahkan Bulog menyerap jagung petani. Di tempat tersebut Presiden memutuskan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk jagung basah pipilan atau baru panen Rp 2.000 per kilogram dan jagung pipilan kering Rp 2.700 per kilogram.“Ini jelas bukan salah Presiden, tapi ini salah jajarannya,” ucap Gubernur.
Bulog yang sangat diharapkan mau membeli jagung petani tetapi kenyataannya jauh dari perkiraan. Bulog sama sekali tidak membeli jagung petani seperti perintah Presiden, meskipun membeli namun dengar harga yang sangat tidak layak. “Karena Bulog tidak mau beli akhirnya harga jagung turun, petani menderita. Tapi kenapa Bulog malah mau impor jagung dengan harga yang mahal ? Sekali lagi saya tidak ada masalah pribadi dengan Bulog, tapi kenapa Bulog seperti ini membuat rakyat saya menderita ?,” kata Gubernur.
Tidak hanya Gubernur, di hadapan Komisi IV DPR-RI Danrem 162/WB Kolonel Czi Lalu Rudy Irham Srigede juga ikut mempermalukan Bulog.
Rudi membongkar permainan dan kebohongan Bulog Divre NTB. Ia mengaku sangat kecewa dengan permainan kotor di Bulog NTB, ditambah lagi untuk menyerap beras 100 ribu ton saja tidak becus.
Dituturkan, dirinya pernah mengajak Bulog keliling mencari gabah dan beras. Namun pihak Bulog tidak mau membeli dengan alasan harus dibawa ke gudang Bulog terlebih dahulu, tetapi sampai di gudang dengan berbagai alasan beras tersebut batal dibeli. “Saya jelas malu juga, beras petani sudah kita bawa ke gudang malah batal dibeli dengan alasan teralu basah. Terus mau sih dibeli tapi dengan harga yang rendah, ini kan konyol,” ujarnya.
Tidak berhenti sampai disitu, Danrem pernah bertemu dengan Menteri Pertanian dan juga pihak Bulog pusat. Kepala Divre NTB dipanggil dan diperintahkan untuk menyerap hasil panen petani. Saat itu Kadivre siap melaksanakan perintah, tetapi setelah menteri pergi semua menjadi berubah dan Bulog NTB tetap tidak mau membeli.
Selain itu, permainan Bulog seringkali menggunakan alasan kualitas beras petani di bawah standar. Hal ini tentunya sangat aneh dikarenakan beras petani NTB selalu dipuji oleh pihak luar. “Pernah tahun lalu, beras Sumbawa kan sangat bagus tuh. Saya perintahkan jajaran saya untuk menahan setiap beras yang mau keluar NTB, tapi saat Bulog dipanggil malah tidak mau beli dengan alasan kualitasnya rendah. Padahal beras itu dibeli oleh Bulog di Jawa, ini kan jelas sengaja tidak mau beli. Parahnya lagi, Bulog bisa tidak membeli hanya karena perbedaan harga Rp 50 saja. Pernah itu 1900 hektar padi siap panen tapi Bulog tidak mau beli,” tuturnya.
Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu yang diberikan waktu menjawab tidak bisa berkelit. Untuk membela diri saja tidak mampu, akhirnya Wahyu menggunakan kesempatan yang diberikan untuk memberikan pemaparan hasil pembelian Bulog NTB tahun 2015 lalu. Ia hanya berjanji akan berusaha bekerja lebih baik lagi dan memerintahkan Kadivre Bulog NTB untuk menyerap beras petani. “Saya akan perintahkan jajaran saya untuk bekerja lebih baik lagi,” katanya.
Begitu juga dengan persoalan petani jagung di Dompu, ia tidak menjamin akan membeli jagung petani tahun ini. Nasib petani jagung di Dompu bisa saja akan seperti tahun lalu karena Bulog tidak berkenan membeli seperti perintah Presiden. “Maaf saya tidak bisa jamin tahun ini akan lebih baik karena tidak ada payung hukum kami membeli jagung dengan HPP,” jawabnya yang membuat Gubernur memotong ucapannya tersebut. Gubernur sendiri terlihat semakin kecewa dan marah terhadap Bulog.
Pimpinan rombongan Komisi IV DPR-RI, Herman Khaeron memberikan apresiasi yang sangat tinggi atas sikap kritis Gubernur. Ia kini menyaksikan langsung bagaimana kemarahan Gubernur dengan kinerja Bulog yang membuat petani di NTB sengsara. “Saya pastikan ini akan menjadi agenda utama kami setelah kembali dari NTB, semua penyampaian Pak Gubernur sangat mendasar dan penting. Ini pertama kalinya dalam kunker saya terasa begitu bermakna dan mendengar sesuatu yang luar biasa dari seorang Gubernur,” ujarnya. (zwr)
http://www.radarlombok.co.id/gubernur-dan-danrem-buat-bulog-tak-berkutik.html
Bulog Diminta Berhenti Membodohi Warga NTB
MATARAM – Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi kembali membongkar kebobrokan Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB.
Dikatakan Gubernur, Provinsi NTB merupakan satu dari delapan provinsi penyangga pangan nasional. Para petani NTB sangat hebat karena telah mengenal sawah secara turun-temurun. Tetapi sampai saat ini nasib petani tidak kunjung membaik bahkan menjadi salah satu kelompok yang paling banyak memberikan kontribusi pada angka kemiskinan.
Dalam Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi IV di Ruang Rapat Utama (RRU) Kantor Gubernur Senin kemarin (21/3), sebelum berbicara panjang lebar Gubernur mengingatkan bahwa dirinya tidak ada masalah apapun secara pribadi dengan pihak Bulog. “Saya ingin katakan bahwa tidak ada masalah pribadi saya dengan Bulog, tapi ini tentang rakyat dan kesejahteraan para petani,” tegasnya.
Hadir dari pihak Bulog yaitu Direktur Pengadaan Bulog Pusat Wahyu dan Kepala Divre Bulog NTB W Kuswinhartomo. Gubernur panjang lebar berbicara tentang penyerapan hasil panen padi petani yang rendah dan nasib petani jagung di Dompu.
Dalam kesempatan tersebut Bulog diminta berhenti membodohi masyarakat NTB. Jangan lagi ada cerita tidak mau membeli beras petani karena kualitas yang rendah dan harga diluar jangkauan. “Tolonglah kita kerja yang bener, jangan serap rendah hasil panen terus nanti stok habis jadi alasan masukkan beras luar daerah,” pintanya.
Di depan semua pihak, Gubernur mengakui dirinya masih tidak percaya dengan kinerja Bulog. Pasalnya selama ini telah nyata-nyata ada permainan yang sengaja dilakukan. Produksi NTB sangat melimpah tetapi Bulog malah ingin memasukkan beras dari luar daerah. Hal ini tentu saja sangat memalukan dan terlihat sekali aroma permainan pihak Bulog.
Tidak hanya itu, Gubernur juga menyinggung kalau selama ini Bulog lebih dekat dengan para pengusaha atau pedagang dan bukan dekat dengan petani. “Saya akan tetap melarang Bulog memasukkan beras luar daerah ke NTB, karena pada kenyataannya kitalah yang mengirim beras ke luar daerah. Kok ini malah beras luar mau dimasukkan, apa-apaan coba maksudnya,” kesal Gubernur.
Selain masalah beras, janji Presiden Joko Widodo kepada petani jagung di Dompu tahun lalu diungkit kembali. Saat itu, Presiden di depan ratusan petani yang disaksikan oleh beberapa menteri dan anggota DPR-RI memerintahkan Bulog menyerap jagung petani. Di tempat tersebut Presiden memutuskan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk jagung basah pipilan atau baru panen Rp 2.000 per kilogram dan jagung pipilan kering Rp 2.700 per kilogram.“Ini jelas bukan salah Presiden, tapi ini salah jajarannya,” ucap Gubernur.
Bulog yang sangat diharapkan mau membeli jagung petani tetapi kenyataannya jauh dari perkiraan. Bulog sama sekali tidak membeli jagung petani seperti perintah Presiden, meskipun membeli namun dengar harga yang sangat tidak layak. “Karena Bulog tidak mau beli akhirnya harga jagung turun, petani menderita. Tapi kenapa Bulog malah mau impor jagung dengan harga yang mahal ? Sekali lagi saya tidak ada masalah pribadi dengan Bulog, tapi kenapa Bulog seperti ini membuat rakyat saya menderita ?,” kata Gubernur.
Tidak hanya Gubernur, di hadapan Komisi IV DPR-RI Danrem 162/WB Kolonel Czi Lalu Rudy Irham Srigede juga ikut mempermalukan Bulog.
Rudi membongkar permainan dan kebohongan Bulog Divre NTB. Ia mengaku sangat kecewa dengan permainan kotor di Bulog NTB, ditambah lagi untuk menyerap beras 100 ribu ton saja tidak becus.
Dituturkan, dirinya pernah mengajak Bulog keliling mencari gabah dan beras. Namun pihak Bulog tidak mau membeli dengan alasan harus dibawa ke gudang Bulog terlebih dahulu, tetapi sampai di gudang dengan berbagai alasan beras tersebut batal dibeli. “Saya jelas malu juga, beras petani sudah kita bawa ke gudang malah batal dibeli dengan alasan teralu basah. Terus mau sih dibeli tapi dengan harga yang rendah, ini kan konyol,” ujarnya.
Tidak berhenti sampai disitu, Danrem pernah bertemu dengan Menteri Pertanian dan juga pihak Bulog pusat. Kepala Divre NTB dipanggil dan diperintahkan untuk menyerap hasil panen petani. Saat itu Kadivre siap melaksanakan perintah, tetapi setelah menteri pergi semua menjadi berubah dan Bulog NTB tetap tidak mau membeli.
Selain itu, permainan Bulog seringkali menggunakan alasan kualitas beras petani di bawah standar. Hal ini tentunya sangat aneh dikarenakan beras petani NTB selalu dipuji oleh pihak luar. “Pernah tahun lalu, beras Sumbawa kan sangat bagus tuh. Saya perintahkan jajaran saya untuk menahan setiap beras yang mau keluar NTB, tapi saat Bulog dipanggil malah tidak mau beli dengan alasan kualitasnya rendah. Padahal beras itu dibeli oleh Bulog di Jawa, ini kan jelas sengaja tidak mau beli. Parahnya lagi, Bulog bisa tidak membeli hanya karena perbedaan harga Rp 50 saja. Pernah itu 1900 hektar padi siap panen tapi Bulog tidak mau beli,” tuturnya.
Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu yang diberikan waktu menjawab tidak bisa berkelit. Untuk membela diri saja tidak mampu, akhirnya Wahyu menggunakan kesempatan yang diberikan untuk memberikan pemaparan hasil pembelian Bulog NTB tahun 2015 lalu. Ia hanya berjanji akan berusaha bekerja lebih baik lagi dan memerintahkan Kadivre Bulog NTB untuk menyerap beras petani. “Saya akan perintahkan jajaran saya untuk bekerja lebih baik lagi,” katanya.
Begitu juga dengan persoalan petani jagung di Dompu, ia tidak menjamin akan membeli jagung petani tahun ini. Nasib petani jagung di Dompu bisa saja akan seperti tahun lalu karena Bulog tidak berkenan membeli seperti perintah Presiden. “Maaf saya tidak bisa jamin tahun ini akan lebih baik karena tidak ada payung hukum kami membeli jagung dengan HPP,” jawabnya yang membuat Gubernur memotong ucapannya tersebut. Gubernur sendiri terlihat semakin kecewa dan marah terhadap Bulog.
Pimpinan rombongan Komisi IV DPR-RI, Herman Khaeron memberikan apresiasi yang sangat tinggi atas sikap kritis Gubernur. Ia kini menyaksikan langsung bagaimana kemarahan Gubernur dengan kinerja Bulog yang membuat petani di NTB sengsara. “Saya pastikan ini akan menjadi agenda utama kami setelah kembali dari NTB, semua penyampaian Pak Gubernur sangat mendasar dan penting. Ini pertama kalinya dalam kunker saya terasa begitu bermakna dan mendengar sesuatu yang luar biasa dari seorang Gubernur,” ujarnya. (zwr)
http://www.radarlombok.co.id/gubernur-dan-danrem-buat-bulog-tak-berkutik.html
Selasa, 22 Maret 2016
Panen Melimpah, Alat Pengering Bulog Rusak
Selasa, 22 Maret 2016
MADIUN – Panen kali ini sangat bagus ,banyak yang beli gabah .sayang serapan kami terbatas akibat alat pengering rusak,” terang kepala bulog sub divre Madiun Rahmad Syahroni Putra (21/3).sehingga serapan kami baru dua persen dan upaya yang kami lakukan selain menggunakan metode lama bekerjasama dengan mitra pengadaan, maupun pengoperasian unit pengolahan gabah dan beras ,ada empat tim satker pengadaan aktif jemput bola ke sawah.
“kami keliling membawa angkutan untuk membawa gabah petani dari sawah,” terangnya.Sesuai harga pembelian pemerintah (HPP), gabah kering panen dengan kadar air 25 persen rp.3700 per kilogram .sekitar 15 petugas dari empat tim hanya mampu menyerap 100 ton GKP per hari.sedangkan targetnya 200 ton GKP.”Banyak kendala di lapangan .gabah memang melimpah ,tapi tidak semua petani menjualnya,” katannya.
Dikabupaten ngawi saat ini sedang panen raya.namun ,tidak semua hasil panen di jual.sebagian petani menyimpan untuk musim panen berikutnya .”bisa jadi untuk cadangan pangan atau di jual kalau mereka butuh uang,” imbuhnya.sejak turun sebulan terakhir ,satker pengadaan baru menyerap 1200 ton gabah dari total target 2016 60 ribu ton setara beras.minimnya serapan ,lantaran bulog harus bersaing dengan pembeli swasta dan kendala lainnya.
“saat harga terjangkau,sarana pengering kami rusak berat.setelah bisa di perbaiki ,harga pasar sudah naik.sementara kami tidak bisa beli di atas HPP,” tegasnya. Tiga sarana pengering masing masing berkapasitas 42 ton .satu unit rusak berat dan satu unit lainnya rusak ringan dan sudah dioperasikan kembali.mesti begitu ,dia optimistis bisa memenuhi target pada musim panen kedua nanti.sesuai atmosfer pasar,para petani akan mengeluarkan gabah atau beras mereka menjelang musim panen kedua.”Diperkirakan akan terjadi pada juni atau juli .itu sudah masuk musim panen kedua nanti,”ujarnya.
http://suarajatimpost.com/panen-melimpah-alat-pengering-bulog-rusak/
MADIUN – Panen kali ini sangat bagus ,banyak yang beli gabah .sayang serapan kami terbatas akibat alat pengering rusak,” terang kepala bulog sub divre Madiun Rahmad Syahroni Putra (21/3).sehingga serapan kami baru dua persen dan upaya yang kami lakukan selain menggunakan metode lama bekerjasama dengan mitra pengadaan, maupun pengoperasian unit pengolahan gabah dan beras ,ada empat tim satker pengadaan aktif jemput bola ke sawah.
“kami keliling membawa angkutan untuk membawa gabah petani dari sawah,” terangnya.Sesuai harga pembelian pemerintah (HPP), gabah kering panen dengan kadar air 25 persen rp.3700 per kilogram .sekitar 15 petugas dari empat tim hanya mampu menyerap 100 ton GKP per hari.sedangkan targetnya 200 ton GKP.”Banyak kendala di lapangan .gabah memang melimpah ,tapi tidak semua petani menjualnya,” katannya.
Dikabupaten ngawi saat ini sedang panen raya.namun ,tidak semua hasil panen di jual.sebagian petani menyimpan untuk musim panen berikutnya .”bisa jadi untuk cadangan pangan atau di jual kalau mereka butuh uang,” imbuhnya.sejak turun sebulan terakhir ,satker pengadaan baru menyerap 1200 ton gabah dari total target 2016 60 ribu ton setara beras.minimnya serapan ,lantaran bulog harus bersaing dengan pembeli swasta dan kendala lainnya.
“saat harga terjangkau,sarana pengering kami rusak berat.setelah bisa di perbaiki ,harga pasar sudah naik.sementara kami tidak bisa beli di atas HPP,” tegasnya. Tiga sarana pengering masing masing berkapasitas 42 ton .satu unit rusak berat dan satu unit lainnya rusak ringan dan sudah dioperasikan kembali.mesti begitu ,dia optimistis bisa memenuhi target pada musim panen kedua nanti.sesuai atmosfer pasar,para petani akan mengeluarkan gabah atau beras mereka menjelang musim panen kedua.”Diperkirakan akan terjadi pada juni atau juli .itu sudah masuk musim panen kedua nanti,”ujarnya.
http://suarajatimpost.com/panen-melimpah-alat-pengering-bulog-rusak/
Endus Mafia Rastra, DPRD Sumenep Sidak Gudang Bulog
Senin, 21 Maret 2016
SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Komisi I DPRD Sumenep melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke gudang bulog setempat, Senin (21/3). Hal itu dilakukan karena beras untuk kesejahteraan rakyat (rastra) pada 2015 tidak tersalurkan, padahal beberapa kepala desa sudah menyetor uang penebusan sebesar Rp 3,8 miliar.
Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, memaparkan tidak ingin ada penyalahgunaan wewenang dalam persoalan distribusi rastra itu. Dia ingin memastikan apakah penyimpanan uang penebusan yang cukup banyak itu bisa dibenarkan atau tidak.
“Kami sudah pegang bukti uang penebusan itu yang tersimpan di salah satu bank, dan kami akan konfirmasi langsung ke Kepala Bulog Pusat dan Kementerian Sosial,” ujarnya.
Darul memastikan akan melakukan konfirmasi langsung Kepala Bulog Pusat dan Kementrian Sosial, karena dia mengendus ada indikasi dalam distribusi rastra yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah daerah tidak berpangku tangan.
“Mestinya kan barang tiba duluan baru bayar, bukan bayar duluan tapi malah barang tidak ada,” ungkap Darul.
Dia berjanji akan menelusuri aroma indikasi itu. Bahkan jika perlu, dia memastikan akan mendorong pembentukan pansus untuk memperjelas semuanya.
Sementara Kepala Gudang Bulog Sumenep, Ainul Fatah, enggan memberikan penjelasan. Tapi dia mengaku uang penebusan itu disimpan di salah satu bank atas perintah Bulog Pusat. (mat/rev)
http://www.bangsaonline.com/berita/20747/endus-mafia-rastra-dprd-sumenep-sidak-gudang-bulog
Komisi I DPRD Sumenep saat sidak di gudang Bulog. foto: rahmatullah/ BANGSAONLINE
SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Komisi I DPRD Sumenep melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke gudang bulog setempat, Senin (21/3). Hal itu dilakukan karena beras untuk kesejahteraan rakyat (rastra) pada 2015 tidak tersalurkan, padahal beberapa kepala desa sudah menyetor uang penebusan sebesar Rp 3,8 miliar.
Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, memaparkan tidak ingin ada penyalahgunaan wewenang dalam persoalan distribusi rastra itu. Dia ingin memastikan apakah penyimpanan uang penebusan yang cukup banyak itu bisa dibenarkan atau tidak.
“Kami sudah pegang bukti uang penebusan itu yang tersimpan di salah satu bank, dan kami akan konfirmasi langsung ke Kepala Bulog Pusat dan Kementerian Sosial,” ujarnya.
Darul memastikan akan melakukan konfirmasi langsung Kepala Bulog Pusat dan Kementrian Sosial, karena dia mengendus ada indikasi dalam distribusi rastra yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah daerah tidak berpangku tangan.
“Mestinya kan barang tiba duluan baru bayar, bukan bayar duluan tapi malah barang tidak ada,” ungkap Darul.
Dia berjanji akan menelusuri aroma indikasi itu. Bahkan jika perlu, dia memastikan akan mendorong pembentukan pansus untuk memperjelas semuanya.
Sementara Kepala Gudang Bulog Sumenep, Ainul Fatah, enggan memberikan penjelasan. Tapi dia mengaku uang penebusan itu disimpan di salah satu bank atas perintah Bulog Pusat. (mat/rev)
http://www.bangsaonline.com/berita/20747/endus-mafia-rastra-dprd-sumenep-sidak-gudang-bulog
Bulog Jakarta-Banten akan serap 79.000 ton beras
Senin, 21 Maret 2016
LEBAK. Perusahaan Umum Badan Logistik (Bulog) Devisi Regional DKI Jakarta-Banten optimistis mampu mencapai target penyerapan sebanyak 79.000 ton setara beras pada 2016.
"Kami yakin target penyerapan beras sebanyak itu bisa direalisasikan dengan koordinasi yang baik, perencanaan juga kerja keras," kata Wakil Kepala Perum Bulog Divre DKI Jakarta-Banten Ernyn Tora di Lebak, Senin (21/3).
Selama ini, di berbagai daerah di Provinsi Banten sudah memasuki musim panen raya hingga berlangsung sampai April mendatang.
Mereka para petani yang panen padi sejak tanam Januari 2016,sehingga menyumbangkan ketahanan pangan di daerah itu.
Karena itu, Perum Bulog terus berkoordinasi, perencanaan juga kerja keras dengan Dinas Pertanian, Kodim dan kelompok-kelompok tani.
Selain itu juga menerjunkan petugas satuan kerja (Satker) tersebar di tiga unit untuk menampung gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yakni gabah kering pungut Rp 3.650 per kilogram (kg). Sedangkan gabah kering giling (GKG) Rp 4.600/kg dan beras Rp 7.300/kg.
Penetapan harga gabah itu berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2015.
Bahkan, saat ini harga gabah di Kabupaten Lebak melebihi HPP dengan harga Rp 3.800/kg GKP dan Rp 5.000/kg GKG.
"Kami siap menampung gabah/beras hasil petani berapa pun itu jumlahnya. Namun harus sesuai inpres, dengan kader 14%, sosoh 95%, broken 2% serta menir 2%," katanya.
Menurut dia, saat ini curah hujan di wilayah Provinsi Banten cukup tinggi sehingga berdampak terhadap kualitas gabah/beras.
Untuk itu, Perum Bulog telah mengoptimalkan Mesin Pengering Padi (Mesin Box Dryer) di Kecamatan Ciruas dan Malingping.
Selain itu juga kerja sama dengan PT Pertani untuk memanfaatkan mesin pengering padi di Kecamatan Warunggunung.
"Kami khawatirkn curah hujan itu berdampak terhadap kualitas gabah di bawah standar Bulog," katanya.
Ia menyebutkan, Perum Bulog DKI Jakarta dan Banten pengadaan sebanyak 79.000 ton setara beras bisa terealisasi dengan melibatkan Dinas Pertanian setempat, Kodim dan kelompok-kelompok tani.
Dari 79.000 ton itu diantaranya dari petani Kabupaten Lebak sekitar 45% atau 35.000 ton setara beras.
Penyerapan gabah petani itu untuk cadangan beras nasional (CBN).
"Kami terus bekerja keras agar panen padi itu bisa terserap Bulog sehingga dapat mensejahterakan petani," katanya.
Kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional Lebak-Pandeglang Lukman mengatakan pihaknya yakin target penyerapan beras sebanyak 35.000 ton bisa tercapai melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian dan kelompok tani.
Selama ini, produktivitas panen padi di Kabupaten Lebak dan Pandeglang cukup bagus secara kualitas maupun kuantitas sehingga memberikan sumbangan besar bagi ketersedian beras untuk program masyarakat sejahtera atau rastra.
Saat ini Lebak-Pandeglang ditetapkan sebagai daerah lumbung pangan di Provinsi Banten.
Produksi beras di daerah itu mampu menyumbangkan ketersedian pangan.
"Kami akan melakukan penyerapan gabah agar hasil panen petani terserap untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional," katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Malingpig Kabupaten Lebak Ombi mengaku petani di sini siap ditampung Perum Bulog karena panen padi hingga ribuan hektar.
Saat ini, harga gabah melebihi HPP karena kualitasnya cukup bagus dengan mengoptimalkan mesin pengeringan padi.
"Kami berharap Perum Bulog bisa menampung semua gabah petani yang panen itu," katanya.
LEBAK. Perusahaan Umum Badan Logistik (Bulog) Devisi Regional DKI Jakarta-Banten optimistis mampu mencapai target penyerapan sebanyak 79.000 ton setara beras pada 2016.
"Kami yakin target penyerapan beras sebanyak itu bisa direalisasikan dengan koordinasi yang baik, perencanaan juga kerja keras," kata Wakil Kepala Perum Bulog Divre DKI Jakarta-Banten Ernyn Tora di Lebak, Senin (21/3).
Selama ini, di berbagai daerah di Provinsi Banten sudah memasuki musim panen raya hingga berlangsung sampai April mendatang.
Mereka para petani yang panen padi sejak tanam Januari 2016,sehingga menyumbangkan ketahanan pangan di daerah itu.
Karena itu, Perum Bulog terus berkoordinasi, perencanaan juga kerja keras dengan Dinas Pertanian, Kodim dan kelompok-kelompok tani.
Selain itu juga menerjunkan petugas satuan kerja (Satker) tersebar di tiga unit untuk menampung gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yakni gabah kering pungut Rp 3.650 per kilogram (kg). Sedangkan gabah kering giling (GKG) Rp 4.600/kg dan beras Rp 7.300/kg.
Penetapan harga gabah itu berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2015.
Bahkan, saat ini harga gabah di Kabupaten Lebak melebihi HPP dengan harga Rp 3.800/kg GKP dan Rp 5.000/kg GKG.
"Kami siap menampung gabah/beras hasil petani berapa pun itu jumlahnya. Namun harus sesuai inpres, dengan kader 14%, sosoh 95%, broken 2% serta menir 2%," katanya.
Menurut dia, saat ini curah hujan di wilayah Provinsi Banten cukup tinggi sehingga berdampak terhadap kualitas gabah/beras.
Untuk itu, Perum Bulog telah mengoptimalkan Mesin Pengering Padi (Mesin Box Dryer) di Kecamatan Ciruas dan Malingping.
Selain itu juga kerja sama dengan PT Pertani untuk memanfaatkan mesin pengering padi di Kecamatan Warunggunung.
"Kami khawatirkn curah hujan itu berdampak terhadap kualitas gabah di bawah standar Bulog," katanya.
Ia menyebutkan, Perum Bulog DKI Jakarta dan Banten pengadaan sebanyak 79.000 ton setara beras bisa terealisasi dengan melibatkan Dinas Pertanian setempat, Kodim dan kelompok-kelompok tani.
Dari 79.000 ton itu diantaranya dari petani Kabupaten Lebak sekitar 45% atau 35.000 ton setara beras.
Penyerapan gabah petani itu untuk cadangan beras nasional (CBN).
"Kami terus bekerja keras agar panen padi itu bisa terserap Bulog sehingga dapat mensejahterakan petani," katanya.
Kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional Lebak-Pandeglang Lukman mengatakan pihaknya yakin target penyerapan beras sebanyak 35.000 ton bisa tercapai melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian dan kelompok tani.
Selama ini, produktivitas panen padi di Kabupaten Lebak dan Pandeglang cukup bagus secara kualitas maupun kuantitas sehingga memberikan sumbangan besar bagi ketersedian beras untuk program masyarakat sejahtera atau rastra.
Saat ini Lebak-Pandeglang ditetapkan sebagai daerah lumbung pangan di Provinsi Banten.
Produksi beras di daerah itu mampu menyumbangkan ketersedian pangan.
"Kami akan melakukan penyerapan gabah agar hasil panen petani terserap untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional," katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Malingpig Kabupaten Lebak Ombi mengaku petani di sini siap ditampung Perum Bulog karena panen padi hingga ribuan hektar.
Saat ini, harga gabah melebihi HPP karena kualitasnya cukup bagus dengan mengoptimalkan mesin pengeringan padi.
"Kami berharap Perum Bulog bisa menampung semua gabah petani yang panen itu," katanya.
Komisi II Minta Bulog Jaga Kualitas Raskin
Senin, 21 Maret 2016
MAJALENGKA – Beras miskin (raskin) merupakan salah satu upaya memberikan kelonggaran atau kemudahan bagi masyarakat miskin guna mendapatkan bahan makanan pokok dengan harga yang relatif terjangkau. Para penyalur tidak bisa sembarangan menaikkan harga sepihak.
Anggota Komisi II DPRD Majalengka H Humed SAg menjelaskan harga yang dijual kepada warga tidak boleh melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan aturan, harga raskin Rp1.600 per kilogram karena disubsidi pemerintah sehingga harganya murah.
“Kalau ada yang menjual di atas itu (Rp1.600 per kilogram, red) di luar tanggung jawab bulog. Kalau menaikkan harga, penyalur harus mendapat persetujuan dari RT, RW, dan aparat desa setempat,” tegasnya.
Menurut politisi PKS ini, jumlah raskin di Majalengka saat ini untuk kurang lebih 99.579 rumah tangga sasaran (RTS). Sedangkan pasokan raskin di Majalengka saat ini 147 ton per tahun. Setelah pihaknya mengontrol langsung ke gudang Bulog, stoknya cukup aman dan ketersediaan saat ini cukup untuk disalurkan sampai tiga bulan kedepan.
Dia menambahkan, saat ini penyaluran raskin di Majalengka sangat baik dan hampir dibayar tepat waktu. Hanya ada satu desa di Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka yang masih menunggak dan itu berimbas pada desa yang lainnya. Bahkan Majalengka sempat mendapat reward dari pemerintah provinsi atas keberhasilan membayar raskin tepat waktu.
Anggota Komisi II lainnya, Dony Rambitan menambahkan jika pihaknya sudah berpesan untuk meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) agar memperbaiki kualitas raskin agar lebih baik lagi. Sehingga beras yang dikonsumsi masyarakat miskin lebih layak dan manusiawi, karena beberapa waktu lalu pihaknya sempat mendapat laporan mengenai rendahnya kualitas raskin.
“Kalau memang ada warga yang menemukan raskin dalam kualitas buruk, segera melapor kepada pemerintah desa setempat dan informasinya pihak Bulog akan menyanggupi dan mengupayakan untuk bisa ditukarkan dengan beras yang lebih baik lagi kualitasnya,” imbuhnya. (azs)
MAJALENGKA – Beras miskin (raskin) merupakan salah satu upaya memberikan kelonggaran atau kemudahan bagi masyarakat miskin guna mendapatkan bahan makanan pokok dengan harga yang relatif terjangkau. Para penyalur tidak bisa sembarangan menaikkan harga sepihak.
Anggota Komisi II DPRD Majalengka H Humed SAg menjelaskan harga yang dijual kepada warga tidak boleh melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan aturan, harga raskin Rp1.600 per kilogram karena disubsidi pemerintah sehingga harganya murah.
“Kalau ada yang menjual di atas itu (Rp1.600 per kilogram, red) di luar tanggung jawab bulog. Kalau menaikkan harga, penyalur harus mendapat persetujuan dari RT, RW, dan aparat desa setempat,” tegasnya.
Menurut politisi PKS ini, jumlah raskin di Majalengka saat ini untuk kurang lebih 99.579 rumah tangga sasaran (RTS). Sedangkan pasokan raskin di Majalengka saat ini 147 ton per tahun. Setelah pihaknya mengontrol langsung ke gudang Bulog, stoknya cukup aman dan ketersediaan saat ini cukup untuk disalurkan sampai tiga bulan kedepan.
Dia menambahkan, saat ini penyaluran raskin di Majalengka sangat baik dan hampir dibayar tepat waktu. Hanya ada satu desa di Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka yang masih menunggak dan itu berimbas pada desa yang lainnya. Bahkan Majalengka sempat mendapat reward dari pemerintah provinsi atas keberhasilan membayar raskin tepat waktu.
Anggota Komisi II lainnya, Dony Rambitan menambahkan jika pihaknya sudah berpesan untuk meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) agar memperbaiki kualitas raskin agar lebih baik lagi. Sehingga beras yang dikonsumsi masyarakat miskin lebih layak dan manusiawi, karena beberapa waktu lalu pihaknya sempat mendapat laporan mengenai rendahnya kualitas raskin.
“Kalau memang ada warga yang menemukan raskin dalam kualitas buruk, segera melapor kepada pemerintah desa setempat dan informasinya pihak Bulog akan menyanggupi dan mengupayakan untuk bisa ditukarkan dengan beras yang lebih baik lagi kualitasnya,” imbuhnya. (azs)
Bulog Diminta Segera Serap Gabah dan Beras Petani
Senin, 21 Maret 2016
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura (Dispertan PH) Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro meminta Badan Usaha Logistik (Bulog) Sub Divre II Pati segera membeli gabah petani.
"Berapapun harganya, kami minta Bulog segera menyerap gabah dari petani," kata Suryo saat di Pati beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Bulog belum menyerap gabah dari petani karena harga di pasaran masih tinggi. Bulog merasa keberatan untuk membeli gabah dari petani.
Menurutnya, Bulog mempunyai Sergap yakni serap gabah petani dengan tujuan agar petani dapat menjual gabah mereka ke Bulog dengan harga setimpal.
"Beberapa waktu lalu kami bertemu dengan Kepala Bulog Divre Jawa Tengah. Mereka pun bertekad menyerap gabah dari petani sebanyak-banyaknya," tandasnya.
Beberapa waktu lalu, Kepala Bulog Sub Divre II Pati, Ahmad Kholisun menyatakan Bulog belum menyerap gabah kering atau beras dari petani karena harga di pasaran masih tinggi.
"Dari awal tahun kemarin, Bulog belum melakukan penyerapan dari petani. Harga gabah dan padi di pasaran masih terlalu tinggi," ucapnya.
Saat ini, harga gabah kering panen di pasaran mencapai Rp 4.100 hingga Rp 4.300 per kilogram. Namun, petani menginginkan harga gabah kering panen di atas Rp 4.500 per kilogram. (*)
http://jateng.tribunnews.com/2016/03/21/bulog-diminta-segera-serap-gabah-dan-beras-petani
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura (Dispertan PH) Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro meminta Badan Usaha Logistik (Bulog) Sub Divre II Pati segera membeli gabah petani.
"Berapapun harganya, kami minta Bulog segera menyerap gabah dari petani," kata Suryo saat di Pati beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Bulog belum menyerap gabah dari petani karena harga di pasaran masih tinggi. Bulog merasa keberatan untuk membeli gabah dari petani.
Menurutnya, Bulog mempunyai Sergap yakni serap gabah petani dengan tujuan agar petani dapat menjual gabah mereka ke Bulog dengan harga setimpal.
"Beberapa waktu lalu kami bertemu dengan Kepala Bulog Divre Jawa Tengah. Mereka pun bertekad menyerap gabah dari petani sebanyak-banyaknya," tandasnya.
Beberapa waktu lalu, Kepala Bulog Sub Divre II Pati, Ahmad Kholisun menyatakan Bulog belum menyerap gabah kering atau beras dari petani karena harga di pasaran masih tinggi.
"Dari awal tahun kemarin, Bulog belum melakukan penyerapan dari petani. Harga gabah dan padi di pasaran masih terlalu tinggi," ucapnya.
Saat ini, harga gabah kering panen di pasaran mencapai Rp 4.100 hingga Rp 4.300 per kilogram. Namun, petani menginginkan harga gabah kering panen di atas Rp 4.500 per kilogram. (*)
http://jateng.tribunnews.com/2016/03/21/bulog-diminta-segera-serap-gabah-dan-beras-petani
Senin, 21 Maret 2016
Baru 12 Hari, Bulog Serap 1.500 Ton Gabah
Senin, 21 Maret 2016
Jombang (beritajatim.com) - Musim panen kali ini tidak disia-siakan oleh Bulog Sub Divisi Regional (Divre) Surabaya Selatan (Mojokerto - Jombang). Mereka mengoptimalkan penyerapan gabah dari petani. Walhasil, baru 12 hari turun lapangan, mereka sudah menyerap 1.500 ton gabah.
"Sampai saat ini kita sudah menyerap 1.500 ton gabah dari petani. Jumlah tersebut hanya dari wilayah Jombang, karena untuk Mojokerto belum panen," ujar Norman Susilo, Kepala Bulog Sub Divre Surabaya Selatan, Senin (21/3/2016).
Norman menjelaskan, dalam sehari pihaknya rata-rata menyerap 150 ton gabah. Angka tersebut cukup fantastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada bulan yang sama. Menurut Norman, pada Maret 2015, Bulog belum melakukan penyerapan. "Namun untuk Maret tahun ini sudah terserap 1.500 ton," ujarnya mengulang.
Tingginya penyerapan itu, lanjut Norman, tidak lepas dari kerjasama yang dilakukan Bulog dengan pihak lain. Diantaranya, Gapoktan (gabungan kelompok tani), KTNA (Kontak Tani dan Nelayan Andalan), HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Dinas Pertanian setempat, serta Satgas Bulog.
Disinggung soal harga, Norman mengatakan, pihaknya membeli gabah dari petani sesuai dengan Inpres No 5/2015. Yakni harga pokok pembelian atau HPP gabah kering sawah Rp 3.700 per kilogram. Sedang untuk HPP beras sebesar Rp 7.300 per kilogram. Dengan ketentuan, kadar air 25 persen dan kadar hampa 10 persen. Sementara untuk beras kadar air 14 persen, broken atau rusak 20 persen, serta kadar menir 2 persen.
"Kami optimistis tahun ini mampu memenuhi target penyerapan sebesar 110 ribu ton. Karena pada Maret ini saja kita sudah menyerap 1.500 ton gabah," pungkasnya. [suf/but]
http://m.beritajatim.com/ekonomi/262454/baru_12_hari,_bulog_serap_1.500_ton_gabah.html#.Vu-4RdKLTIU
Jombang (beritajatim.com) - Musim panen kali ini tidak disia-siakan oleh Bulog Sub Divisi Regional (Divre) Surabaya Selatan (Mojokerto - Jombang). Mereka mengoptimalkan penyerapan gabah dari petani. Walhasil, baru 12 hari turun lapangan, mereka sudah menyerap 1.500 ton gabah.
"Sampai saat ini kita sudah menyerap 1.500 ton gabah dari petani. Jumlah tersebut hanya dari wilayah Jombang, karena untuk Mojokerto belum panen," ujar Norman Susilo, Kepala Bulog Sub Divre Surabaya Selatan, Senin (21/3/2016).
Norman menjelaskan, dalam sehari pihaknya rata-rata menyerap 150 ton gabah. Angka tersebut cukup fantastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada bulan yang sama. Menurut Norman, pada Maret 2015, Bulog belum melakukan penyerapan. "Namun untuk Maret tahun ini sudah terserap 1.500 ton," ujarnya mengulang.
Tingginya penyerapan itu, lanjut Norman, tidak lepas dari kerjasama yang dilakukan Bulog dengan pihak lain. Diantaranya, Gapoktan (gabungan kelompok tani), KTNA (Kontak Tani dan Nelayan Andalan), HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Dinas Pertanian setempat, serta Satgas Bulog.
Disinggung soal harga, Norman mengatakan, pihaknya membeli gabah dari petani sesuai dengan Inpres No 5/2015. Yakni harga pokok pembelian atau HPP gabah kering sawah Rp 3.700 per kilogram. Sedang untuk HPP beras sebesar Rp 7.300 per kilogram. Dengan ketentuan, kadar air 25 persen dan kadar hampa 10 persen. Sementara untuk beras kadar air 14 persen, broken atau rusak 20 persen, serta kadar menir 2 persen.
"Kami optimistis tahun ini mampu memenuhi target penyerapan sebesar 110 ribu ton. Karena pada Maret ini saja kita sudah menyerap 1.500 ton gabah," pungkasnya. [suf/but]
http://m.beritajatim.com/ekonomi/262454/baru_12_hari,_bulog_serap_1.500_ton_gabah.html#.Vu-4RdKLTIU
Harga Gabah di Lebak Anjlok
REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Harga gabah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada panen Maret 2016 anjlok sehingga berdampak terhadap pendapatan petani di daerah itu.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat menyerap gabah petani dengan harga patokan pemerintah (HPP) yakni gabah kering panen (GKP) Rp3.600/kg dan gabah kering giling (GKG) Rp4.600/kg dan beras Rp7.300/kg," kata Nanil (50), seorang petani Desa Malabar, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Saat ini, harga gabah di wilayahnya terpuruk sehingga usaha pertanian tidak begitu menguntungkan. Sebab, harga GKP anjlok hingga mencapai Rp2.500/kg dan Rp3.500/kg GKG, sehingga harga tersebut relatif murah dibandingkan dengan HPP yang berlaku.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah daerah dapat menyerap gabah petani dengan menampung HPP. Apabila, gabah petani itu terserap dengan harga HPP tentu bisa menguntungkan bagi petani."Kami petani di sini sejak turun temurun ditampung oleh tengkulak," katanya.
Begitu juga Samian (50), seorang petani warga Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya bingung harga gabah panen di tingkat petani Rp2.500/kg dan harga GKG Rp3.500/kg.
Harga gabah sebesar itu dipastikan pendapatan petani bersih selama empat bulan setelah dipotong biaya produksi cukup kecil antara Rp1,5-2,5 juta/hektare.
"Kami mendesak Bulog bisa menampung gabah petani sehingga usaha pertanian pangan bisa menguntungkan," katanya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan pihaknya pada bulan Maret 2016 diperkirakan panen seluas 19.250 hektare sehingga bisa menyumbangkan ketahanan pangan daerah.
Namun, pihaknya menerima laporan dari petani harga gabah anjlok akibat curah hujan cukup tinggi. Selain itu juga kualitas rendaman gabah di atas 22 persen, sehingga harga gabah menurun dibandingkan HPP tersebut.
Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Perum Bulog agar gabah petani bisa ditampung untuk cadangan beras nasional. "Kami minta petani menjual gabah ke Bulog dan tidak ke tengkulak," katanya.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/20/o4c6u2219-harga-gabah-di-lebak-anjlok
"Kami berharap pemerintah daerah dapat menyerap gabah petani dengan harga patokan pemerintah (HPP) yakni gabah kering panen (GKP) Rp3.600/kg dan gabah kering giling (GKG) Rp4.600/kg dan beras Rp7.300/kg," kata Nanil (50), seorang petani Desa Malabar, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Saat ini, harga gabah di wilayahnya terpuruk sehingga usaha pertanian tidak begitu menguntungkan. Sebab, harga GKP anjlok hingga mencapai Rp2.500/kg dan Rp3.500/kg GKG, sehingga harga tersebut relatif murah dibandingkan dengan HPP yang berlaku.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah daerah dapat menyerap gabah petani dengan menampung HPP. Apabila, gabah petani itu terserap dengan harga HPP tentu bisa menguntungkan bagi petani."Kami petani di sini sejak turun temurun ditampung oleh tengkulak," katanya.
Begitu juga Samian (50), seorang petani warga Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya bingung harga gabah panen di tingkat petani Rp2.500/kg dan harga GKG Rp3.500/kg.
Harga gabah sebesar itu dipastikan pendapatan petani bersih selama empat bulan setelah dipotong biaya produksi cukup kecil antara Rp1,5-2,5 juta/hektare.
"Kami mendesak Bulog bisa menampung gabah petani sehingga usaha pertanian pangan bisa menguntungkan," katanya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan pihaknya pada bulan Maret 2016 diperkirakan panen seluas 19.250 hektare sehingga bisa menyumbangkan ketahanan pangan daerah.
Namun, pihaknya menerima laporan dari petani harga gabah anjlok akibat curah hujan cukup tinggi. Selain itu juga kualitas rendaman gabah di atas 22 persen, sehingga harga gabah menurun dibandingkan HPP tersebut.
Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Perum Bulog agar gabah petani bisa ditampung untuk cadangan beras nasional. "Kami minta petani menjual gabah ke Bulog dan tidak ke tengkulak," katanya.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/20/o4c6u2219-harga-gabah-di-lebak-anjlok
Bulog Perbaiki Semua Mesin Rusak
Senin, 21 Maret 2016
SELURUH mesin penggilingan padi yang ditemukan rusak milik Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sudah diperbaiki.
Mesin rusak itu diduga menjadi salah satu faktor penyebab buruknya kinerja penyerapan beras selama ini.
"Sebetulnya waktu inspeksi mendadak (sidak) Presiden Jokowi, kami sedang memproses peremajaan mesin, tetapi belum semua. Sekarang seluruhnya di Jawa Tengah sudah diperbaiki," ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti saat dihubungi di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, Bulog memiliki 14 unit rice mill di Jawa Tengah yang seluruhnya telah diremajakan.
Tiap unit membutuhkan bujet Rp30 juta hingga Rp50 juta agar berfungsi kembali.
Kerusakan umumnya terjadi pada alat pengering rice mill karena sudah tua.
Alat pengering itu juga semula masih menggunakan solar dan minyak tanah.
Setelah diremajakan, kini alat pengering itu dapat beroperasi menggunakan bahan bakar gas dan sekam yang lebih berkelanjutan.
Total jumlah rice mill milik Bulog, lanjut Djarot, sebanyak 50 unit.
Temuan mesin rusak terungkap saat sidak Presiden Jokowi awal minggu lalu.
Itu juga menjadi instropeksi bagi Bulog untuk memperbaiki kinerjanya.
Djarot pun berjanji untuk lebih memperhatikan unit-unit kerjanya di daerah.
Di sisi lain, Bulog melaporkan penyerapan pangan di sejumlah daerah masih rendah karena harga pembelian pemerintah (HPP) yang rendah.
Di Banyumas, Jawa Tengah, misalnya, pencapaian baru 300 ton dari target 80 ribu ton beras tahun ini.
Pencapain itu masih di bawah 1%.
Di Sulawesi Selatan, Bulog Divre di wilayah itu baru mampu menyerap gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebanyak 300 ton selama 2016.
"Lantaran Januari dan Februari belum ada panen raya, tapi kita yakin, akhir Maret bisa menyerap maksimal. Apalagi, kan sudah masuk musim panen di semua daerah," jelas Abdul Muis, Kepala Bulog Divre Sulselbar.
Meski demikian, pihak Bulog mengaku belum bisa menyerap maksimal.
Padahal, hasil panen petani melimpah sebab harga yang tidak sesuai.
Harga GKP di tingkat petani lebih tinggi di atas harga HPP yang hanya Rp3.700 per kilogram.
Di Sragen, Kebijakan HPP yang diatur Inpres 5/2015 masih menjadi hambatan di lapangan.
Rendahnya penyerapan beras di NTT disebabkan faktor harga yang lebih tinggi dari HPP, yakni Rp11.000 per kg, sementara HPP Rp7.300/kg.
Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, gabah yang diserap Bulog baru 115 ton dari target 50 ribu ton.
http://www.mediaindonesia.com/news/read/35445/bulog-perbaiki-semua-mesin-rusak/2016-03-21
SELURUH mesin penggilingan padi yang ditemukan rusak milik Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sudah diperbaiki.
Mesin rusak itu diduga menjadi salah satu faktor penyebab buruknya kinerja penyerapan beras selama ini.
"Sebetulnya waktu inspeksi mendadak (sidak) Presiden Jokowi, kami sedang memproses peremajaan mesin, tetapi belum semua. Sekarang seluruhnya di Jawa Tengah sudah diperbaiki," ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti saat dihubungi di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, Bulog memiliki 14 unit rice mill di Jawa Tengah yang seluruhnya telah diremajakan.
Tiap unit membutuhkan bujet Rp30 juta hingga Rp50 juta agar berfungsi kembali.
Kerusakan umumnya terjadi pada alat pengering rice mill karena sudah tua.
Alat pengering itu juga semula masih menggunakan solar dan minyak tanah.
Setelah diremajakan, kini alat pengering itu dapat beroperasi menggunakan bahan bakar gas dan sekam yang lebih berkelanjutan.
Total jumlah rice mill milik Bulog, lanjut Djarot, sebanyak 50 unit.
Temuan mesin rusak terungkap saat sidak Presiden Jokowi awal minggu lalu.
Itu juga menjadi instropeksi bagi Bulog untuk memperbaiki kinerjanya.
Djarot pun berjanji untuk lebih memperhatikan unit-unit kerjanya di daerah.
Di sisi lain, Bulog melaporkan penyerapan pangan di sejumlah daerah masih rendah karena harga pembelian pemerintah (HPP) yang rendah.
Di Banyumas, Jawa Tengah, misalnya, pencapaian baru 300 ton dari target 80 ribu ton beras tahun ini.
Pencapain itu masih di bawah 1%.
Di Sulawesi Selatan, Bulog Divre di wilayah itu baru mampu menyerap gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebanyak 300 ton selama 2016.
"Lantaran Januari dan Februari belum ada panen raya, tapi kita yakin, akhir Maret bisa menyerap maksimal. Apalagi, kan sudah masuk musim panen di semua daerah," jelas Abdul Muis, Kepala Bulog Divre Sulselbar.
Meski demikian, pihak Bulog mengaku belum bisa menyerap maksimal.
Padahal, hasil panen petani melimpah sebab harga yang tidak sesuai.
Harga GKP di tingkat petani lebih tinggi di atas harga HPP yang hanya Rp3.700 per kilogram.
Di Sragen, Kebijakan HPP yang diatur Inpres 5/2015 masih menjadi hambatan di lapangan.
Rendahnya penyerapan beras di NTT disebabkan faktor harga yang lebih tinggi dari HPP, yakni Rp11.000 per kg, sementara HPP Rp7.300/kg.
Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, gabah yang diserap Bulog baru 115 ton dari target 50 ribu ton.
http://www.mediaindonesia.com/news/read/35445/bulog-perbaiki-semua-mesin-rusak/2016-03-21
Program Pembelian Beras Banyak Manfaat Tapi ...
Minggu, 20 Maret 2016
Beras Bulog untuk program anyar kurang sosialiasi
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Belum adanya koordinasi mengenai rencana pembelian beras dari petani oleh Bulog diamin oleh Kepala Bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul Priyanta Madya Satmaka.
Dia mengaku baru tahu adanya program itu saat ditanya media, karena selama ini antara Bulog dengan pemkab belum melakukan pertemuan untuk membahas kebijakan itu.
“Belum pernah ada pertemuan. Harusnya ada koordinasi, sehingga program ini bisa tersosialisasikan dengan baik ke masyarakat,” kata Priyanta.
Menurut dia, banyak manfaat yang diperoleh dari program pembelian beras oleh Bulog. Selain memberikan kepastian harga kepada petani, program itu juga sebagai upaya untuk mengurangi jumlah warga miskin, khususnya di Gunungkidul.
“Saya yakin kalau harganya cocok, dan tersosialisasikan dengan baik maka banyak warga yang akan menjual ke Bulog,” ujarnya.
Program pembelian beras oleh Bulog bisa dilihat adanya spanduk yang terpasang di depan Gudang Penyimpanan Bulog di Desa Logandeng, Kecamatan Playen. Di spanduk itu dijelaskan, bahwa kantor itu siap membeli beras dari petani.
Adapun rincian harga yang ditetapkan antara lain, untuk Gabah Kering Panen dihargai Rp3.700 per kilogram, Gabah Kering Giling dibeli Rp4.650 per kg. Sementara itu untuk beras dipatok Rp7.300 per kg.
Kepala Gudang Bulog Logandeng Dani Permana membenarkan bahwa pihaknya mulai melakukan pembelian beras petani. Namun ia tidak mau berkomentar panjang tentang program ini dengan alasan semua harus melalui porsedur di Bulog Divre DIY.
“Kami tidak memiliki kewenangan memberikan pernyataan, karena semua itu langsung ditangani dari Bulog DIY,” kata Dani.
http://www.harianjogja.com/baca/2016/03/20/beras-bulog-program-pembelian-beras-banyak-manfaat-tapi-702561
Beras Bulog untuk program anyar kurang sosialiasi
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Belum adanya koordinasi mengenai rencana pembelian beras dari petani oleh Bulog diamin oleh Kepala Bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul Priyanta Madya Satmaka.
Dia mengaku baru tahu adanya program itu saat ditanya media, karena selama ini antara Bulog dengan pemkab belum melakukan pertemuan untuk membahas kebijakan itu.
“Belum pernah ada pertemuan. Harusnya ada koordinasi, sehingga program ini bisa tersosialisasikan dengan baik ke masyarakat,” kata Priyanta.
Menurut dia, banyak manfaat yang diperoleh dari program pembelian beras oleh Bulog. Selain memberikan kepastian harga kepada petani, program itu juga sebagai upaya untuk mengurangi jumlah warga miskin, khususnya di Gunungkidul.
“Saya yakin kalau harganya cocok, dan tersosialisasikan dengan baik maka banyak warga yang akan menjual ke Bulog,” ujarnya.
Program pembelian beras oleh Bulog bisa dilihat adanya spanduk yang terpasang di depan Gudang Penyimpanan Bulog di Desa Logandeng, Kecamatan Playen. Di spanduk itu dijelaskan, bahwa kantor itu siap membeli beras dari petani.
Adapun rincian harga yang ditetapkan antara lain, untuk Gabah Kering Panen dihargai Rp3.700 per kilogram, Gabah Kering Giling dibeli Rp4.650 per kg. Sementara itu untuk beras dipatok Rp7.300 per kg.
Kepala Gudang Bulog Logandeng Dani Permana membenarkan bahwa pihaknya mulai melakukan pembelian beras petani. Namun ia tidak mau berkomentar panjang tentang program ini dengan alasan semua harus melalui porsedur di Bulog Divre DIY.
“Kami tidak memiliki kewenangan memberikan pernyataan, karena semua itu langsung ditangani dari Bulog DIY,” kata Dani.
http://www.harianjogja.com/baca/2016/03/20/beras-bulog-program-pembelian-beras-banyak-manfaat-tapi-702561
Kejari Bantul Selidiki Dugaan Penyelewengan Raskin di Poncosari
Sabtu, 19 Maret 2016
Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Satu lagi dugaan kasus korupsi yang melibatkan aparatur pemerintahan desa di Bantul tengah diselidiki oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Bantul.
Ekspose terhadap kasus dugaan korupsi tersebut telah dibahas Kejari dalam ekspose yang dilakukan mereka pada Jumat (18/3/2016).
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Kejari Bantul Ketut Sumedana saat dihubungi, namun untuk keterangan lebih lengkap mengenai kasus apa yang mereka ekspose, dirinya mengarahkan pada Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejari Bantul.
"Pada prinsipnya setuju untuk ditingkatkan ke penyidikan," terang Ketut.
Kasi Pidsus Kejari Bantul, Setiono mengungkapkan kasus korupsi yang mereka ekspose adalah dugaan penyelewengan penyaluran raskin (beras untuk rumah tangga miskin) di Desa Poncosari, Srandakan.
Dugaan korupsi tersebut melibatkan aparat desa setempat sebagai penyalur raskin.
"Kita masih penyelidikan jadi belum menetapkan tersangka," ujarnya.
Menurutnya ada dua modus yang diduga menjadi jalan korupsi dalam penyaluran raskin di Poncosari. Pertama penyalur menjual raskin dengan harga di atas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Harga raskin yang seharusnya Rp 1600/kg ternyata dijual di Poncosari dengan harga Rp 1700/kg.
Sedangkan modus kedua, diduga ada beberapa karung raskin yang dibagi-bagi untuk pengurus kelompok penyalur raskin.
"Kasus mulai diselidiki Februari berdasarkan laporan masyarakat," tuturnya.
Kepala Desa Poncosari, Supriyanto mengungkapkan tidak terlibat dalam proses penyaluran raskin. Menurutnya yang menangani penyaluran raskin merupakan Kabag Kesra yang kini juga tengah diopname karena sakit.
Dirinya mengakui memang ada harga raskin yang dinaikkan sekitar Rp 1.000 meski tidak mengetahui alasannya, meski begitu dia mengungkapkan dugaan penggelapan oleh pengurus kelompok penyalur tidaklah benar.
"Miskomunikasi saja, masyarakat miskomunikasi mengira ada raskin yang dibagikan ke pengurus," ujarnya. (tribunjogja.com)
Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Satu lagi dugaan kasus korupsi yang melibatkan aparatur pemerintahan desa di Bantul tengah diselidiki oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Bantul.
Ekspose terhadap kasus dugaan korupsi tersebut telah dibahas Kejari dalam ekspose yang dilakukan mereka pada Jumat (18/3/2016).
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Kejari Bantul Ketut Sumedana saat dihubungi, namun untuk keterangan lebih lengkap mengenai kasus apa yang mereka ekspose, dirinya mengarahkan pada Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejari Bantul.
"Pada prinsipnya setuju untuk ditingkatkan ke penyidikan," terang Ketut.
Kasi Pidsus Kejari Bantul, Setiono mengungkapkan kasus korupsi yang mereka ekspose adalah dugaan penyelewengan penyaluran raskin (beras untuk rumah tangga miskin) di Desa Poncosari, Srandakan.
Dugaan korupsi tersebut melibatkan aparat desa setempat sebagai penyalur raskin.
"Kita masih penyelidikan jadi belum menetapkan tersangka," ujarnya.
Menurutnya ada dua modus yang diduga menjadi jalan korupsi dalam penyaluran raskin di Poncosari. Pertama penyalur menjual raskin dengan harga di atas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Harga raskin yang seharusnya Rp 1600/kg ternyata dijual di Poncosari dengan harga Rp 1700/kg.
Sedangkan modus kedua, diduga ada beberapa karung raskin yang dibagi-bagi untuk pengurus kelompok penyalur raskin.
"Kasus mulai diselidiki Februari berdasarkan laporan masyarakat," tuturnya.
Kepala Desa Poncosari, Supriyanto mengungkapkan tidak terlibat dalam proses penyaluran raskin. Menurutnya yang menangani penyaluran raskin merupakan Kabag Kesra yang kini juga tengah diopname karena sakit.
Dirinya mengakui memang ada harga raskin yang dinaikkan sekitar Rp 1.000 meski tidak mengetahui alasannya, meski begitu dia mengungkapkan dugaan penggelapan oleh pengurus kelompok penyalur tidaklah benar.
"Miskomunikasi saja, masyarakat miskomunikasi mengira ada raskin yang dibagikan ke pengurus," ujarnya. (tribunjogja.com)
Minggu, 20 Maret 2016
Harga Gabah Anjlok, DPR RI Desak Bulog Serap Gabah Petani
Minggu, 20 Maret 2016
Jombang pojokpitu.com, Di tengah upaya melakukan mekanisasi pengelolaan lahan pertanian, harga gabah panen petani cenderung anjlok. Di Jombang saat ini harga gabah kering panen hanya mampu dijual seharga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram. Harga ini masih jauh dari harga pokok pembelian (HPP) pemerintah Rp 3.700 per kilogram.
Pemerintah Kabupaten Jombang saat ini terus meningkatkan mekanisasi pengelolaan lahan pertanian. Seperti saat ini memasuki musim panen dan musim tanam pemerintah melakukan pembagian sejumlah alat pertanian, seperti alat tanam dan panen padi.
Sayangnya, di tengah mekanisasi ini, sejumlah petani mengeluhkan rendahnya harga gabah. Saat ini di sejumlah daerah harga gabah kering panen hanya dibeli dengan harga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram oleh tengkulak. Padahal harga sesuai HPP seharusnya Rp 3.700 per kilogram.
Nyono Suherli Bupati Jombang mengatakan mekanisasi lahan pertanian diyakini bisa memangkas ongkos produksi petani hingga 15 persen, sehingga pemerintah terus berupaya memberikan bantuan peralatan modern kepada seluruh kelompok tani. Soal harga, dia optimis Bulog bisa membeli sesuai ketentuan pemerintah.
Muhammad Suryo Alam anggota dewan Komisi IV yang membidangi pertanian, pangan, maritim dan kehutanan mendesak Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk pro aktif menjemput bola ke petani langsung, sehingga bisa menyerap gabah sesuai harga yang sudah ditentukan.
Anggota DPR RI ini juga mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas produksi pertanian. Caranya, dengan terus membantu memberikan alat pertanian agar petani bisa maju dan bisa meningkatkan tingkat produksi padinya.(end)
http://www.pojokpitu.com/baca.php?idurut=24312&&top=1&&ktg=J%20Pantura&&keyrbk=Peristiwa&&keyjdl=Harga%20Gabah
Jombang pojokpitu.com, Di tengah upaya melakukan mekanisasi pengelolaan lahan pertanian, harga gabah panen petani cenderung anjlok. Di Jombang saat ini harga gabah kering panen hanya mampu dijual seharga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram. Harga ini masih jauh dari harga pokok pembelian (HPP) pemerintah Rp 3.700 per kilogram.
Pemerintah Kabupaten Jombang saat ini terus meningkatkan mekanisasi pengelolaan lahan pertanian. Seperti saat ini memasuki musim panen dan musim tanam pemerintah melakukan pembagian sejumlah alat pertanian, seperti alat tanam dan panen padi.
Sayangnya, di tengah mekanisasi ini, sejumlah petani mengeluhkan rendahnya harga gabah. Saat ini di sejumlah daerah harga gabah kering panen hanya dibeli dengan harga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram oleh tengkulak. Padahal harga sesuai HPP seharusnya Rp 3.700 per kilogram.
Nyono Suherli Bupati Jombang mengatakan mekanisasi lahan pertanian diyakini bisa memangkas ongkos produksi petani hingga 15 persen, sehingga pemerintah terus berupaya memberikan bantuan peralatan modern kepada seluruh kelompok tani. Soal harga, dia optimis Bulog bisa membeli sesuai ketentuan pemerintah.
Muhammad Suryo Alam anggota dewan Komisi IV yang membidangi pertanian, pangan, maritim dan kehutanan mendesak Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk pro aktif menjemput bola ke petani langsung, sehingga bisa menyerap gabah sesuai harga yang sudah ditentukan.
Anggota DPR RI ini juga mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas produksi pertanian. Caranya, dengan terus membantu memberikan alat pertanian agar petani bisa maju dan bisa meningkatkan tingkat produksi padinya.(end)
http://www.pojokpitu.com/baca.php?idurut=24312&&top=1&&ktg=J%20Pantura&&keyrbk=Peristiwa&&keyjdl=Harga%20Gabah
Susah Diterima Bulog, Petani Terpaksa Jual Gabah ke Tengkulak
Sabtu, 19 Maret 2016
Pasuruan (wartabromo) – Petani Pasuruan masih kesulitan memenuhi persyaratan Bulog dalam penyerapan gabah hasil panenan mereka karena persyaratan yang dipatok dianggap terlalu berat. Para petani pun memilih menjual gabah mereka ke tengkulak.
M Mahsun, anggota kelompok Tani asal Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, mengatakan standar gabah yang bisa diserap oleh Bulog terlalu tinggi dan mereka tidak bisa memenuhinya karena keterbatasan alat, berupa mesin pengering atau dryer.
“Bulog lebih memilih membeli gabah kering giling (GKG). Petani kesulitan untuk memenuhinya karena mesin pengering jumlahnya se-Pasuruan sangat terbatas. Kalau mengeringkan dengan cara tradisional, saat ini kami kesulitan dengan keterbatasan lahan untuk menjemur,” kata Mahsun, Sabtu (19/3/2016).
Mahsun mengungkapkan rata-rata petani mengeluhkan keterbatasan lahan untuk menjemur secara tradisional. Waktu yang dibutuhkan untuk menjemur hingga memenuhi syarat GKG juga cukup lama.
Abd Adhim, kelompok tani asal Rembang, menyampaikan hal senada. Kata dia jika dipaksakan pengeringan hingga memenuhi standar harga Bulog, maka petani malah merugi.
“Harga GKG yang dipatok Bulog di Pasuruan, sekitar Rp 4.300/kg, itu terlalu rendah. Kami justru merugi jika memaksa menjualnya ke Bulog. Lebih baik ke tengkulak, nggak usah repot-repot,” tandas Adhim.
Menurut Adhim, kebijakan pemerintah saat ini yang membantu petani dengan pemberian bibit atau benih hingga mempermudah mendapatkan pupuk, hasil akhirnya masih belum bisa membuat petani lebih sejahtera. “Karena pasca panennya nggak dipikirkan,” pungkasnya. (hrj/fyd)
http://www.wartabromo.com/2016/03/19/susah-diterima-bulog-petani-terpaksa-jual-gabah-ke-tengkulak/
Pasuruan (wartabromo) – Petani Pasuruan masih kesulitan memenuhi persyaratan Bulog dalam penyerapan gabah hasil panenan mereka karena persyaratan yang dipatok dianggap terlalu berat. Para petani pun memilih menjual gabah mereka ke tengkulak.
M Mahsun, anggota kelompok Tani asal Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, mengatakan standar gabah yang bisa diserap oleh Bulog terlalu tinggi dan mereka tidak bisa memenuhinya karena keterbatasan alat, berupa mesin pengering atau dryer.
“Bulog lebih memilih membeli gabah kering giling (GKG). Petani kesulitan untuk memenuhinya karena mesin pengering jumlahnya se-Pasuruan sangat terbatas. Kalau mengeringkan dengan cara tradisional, saat ini kami kesulitan dengan keterbatasan lahan untuk menjemur,” kata Mahsun, Sabtu (19/3/2016).
Mahsun mengungkapkan rata-rata petani mengeluhkan keterbatasan lahan untuk menjemur secara tradisional. Waktu yang dibutuhkan untuk menjemur hingga memenuhi syarat GKG juga cukup lama.
Abd Adhim, kelompok tani asal Rembang, menyampaikan hal senada. Kata dia jika dipaksakan pengeringan hingga memenuhi standar harga Bulog, maka petani malah merugi.
“Harga GKG yang dipatok Bulog di Pasuruan, sekitar Rp 4.300/kg, itu terlalu rendah. Kami justru merugi jika memaksa menjualnya ke Bulog. Lebih baik ke tengkulak, nggak usah repot-repot,” tandas Adhim.
Menurut Adhim, kebijakan pemerintah saat ini yang membantu petani dengan pemberian bibit atau benih hingga mempermudah mendapatkan pupuk, hasil akhirnya masih belum bisa membuat petani lebih sejahtera. “Karena pasca panennya nggak dipikirkan,” pungkasnya. (hrj/fyd)
http://www.wartabromo.com/2016/03/19/susah-diterima-bulog-petani-terpaksa-jual-gabah-ke-tengkulak/
Sabtu, 19 Maret 2016
Perbaiki Sistem Kerja Bulog
Sabtu, 19 Maret 2016
MASIH minimnya penyerapan gabah dan beras oleh Perum Bulog dikritisi sejumlah kepala daerah. Bupati Wonogiri Joko Sutopo menyatakan Bulog selalu kalah sigap dengan barisan spekulan atau tengkulak. Hal itu, misalnya, terjadi di musim panen MT I di Wonogiri, Jawa Tengah. Tengkulak begitu leluasa melakukan pembelian gabah petani tanpa ada sikap jelas dari Bulog. Ia pun mengusulkan kepada pemerintah pusat supaya membentuk Bulog di tingkat kabupaten sebagai upaya untuk membatasi gerak tengkulak dan upaya percepatan penyerapan gabah petani. “Kantor subdivre membawahkan gudang-gudang kabupaten. Kepala gudang tidak memiliki otoritas untuk menentukan pembelian, semua dari subdivre. Begitu halnya dalam penetapan HPP (harga pembelian pemerintah), yang menjadi permainan pasar. Semua harus diperbaiki,” kata Joko kepada Media Indonesia, kemarin. Bekas petani dari Selogiri itu juga berpandangan pelibatan tenaga honorer petugas penyuluh lapangan (PPL) untuk menyerap gabah petani tidak tepat. “Ini kok kayak memadamkan kebakaran saja?” sahutnya. Secara terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan Bulog untuk tetap beroperasi pada akhir pekan agar penyerapan gabah dan beras dari petani bisa optimal. “Selama Maret hingga awal April 2016, Bulog harus stand by,” katanya di Semarang.
Kritikan lain datang dari anggota Komisi B DPRD Jateng Riyono. Ia menyebutkan penyerapan gabah dan beras dari petani oleh Bulog selama
2015 hanya 87% dari target 505 ribu ton. “Mereka mungkin lebih senang mengambil gabah-gabah melalui pengepul atau pedagang besar,”
bebernya. Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional Wilayah V Kedu, Jateng, Imron Rosidi, mengatakan penyerapan di wilayahnya belum berjalan maksimal karena sejumlah daerah penghasil beras belum panen. “Saat ini Satuan Kerja Bulog masih keliling nyari beras dan gabah. Jika ada gabah dan beras yang bagus dan harganya sesuai HPP, berapa pun akan kita beli.” Kepala Bulog Divre Sulsel Abdul Muis mengatakan dalam merespons tuntutan kenaikan HPP, pihaknya tetap menunggu rencana penyesuaian HPP yang dijanjikan Mentan. Saat ini Bulog masih berupaya keras bersaing dengan para tengkulak. “Kami menunggu petani menjual gabahnya sesuai dengan harga kita (HPP) Rp3.700 per kg,” jelas Muis.
Beda kualitas
Imanuel Polin, petani di Kupang, NTT, mengatakan, selain perbedaan harga yang cukup jauh sebesar Rp2.700 per kg, ada perbedaan warna dan rasa antara beras Bulog yang terlalu lama ditimbun di gudang dan beras yang dibeli tengkulak dari tempat penggilingan.
Tingginya curah hujan memang menjadi momok menjelang panen raya padi di beberapa daerah. Hujan deras yang mengguyur Cilacap, Jateng, misalnya, mengakibatkan tanggul sepanjang 3 meter di Sungai Cikalong di Desa Mulyasari jebol dan merendam 25 hektare lahan padi.
Karena menyadari hal ini, Bulog Divre Jatim berupaya menjaga kualitas hasil panen dengan keberadaan 33 drying centre atau pusat pengeringan padi di Jatim. (Tim/Ant/N-4)
MASIH minimnya penyerapan gabah dan beras oleh Perum Bulog dikritisi sejumlah kepala daerah. Bupati Wonogiri Joko Sutopo menyatakan Bulog selalu kalah sigap dengan barisan spekulan atau tengkulak. Hal itu, misalnya, terjadi di musim panen MT I di Wonogiri, Jawa Tengah. Tengkulak begitu leluasa melakukan pembelian gabah petani tanpa ada sikap jelas dari Bulog. Ia pun mengusulkan kepada pemerintah pusat supaya membentuk Bulog di tingkat kabupaten sebagai upaya untuk membatasi gerak tengkulak dan upaya percepatan penyerapan gabah petani. “Kantor subdivre membawahkan gudang-gudang kabupaten. Kepala gudang tidak memiliki otoritas untuk menentukan pembelian, semua dari subdivre. Begitu halnya dalam penetapan HPP (harga pembelian pemerintah), yang menjadi permainan pasar. Semua harus diperbaiki,” kata Joko kepada Media Indonesia, kemarin. Bekas petani dari Selogiri itu juga berpandangan pelibatan tenaga honorer petugas penyuluh lapangan (PPL) untuk menyerap gabah petani tidak tepat. “Ini kok kayak memadamkan kebakaran saja?” sahutnya. Secara terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan Bulog untuk tetap beroperasi pada akhir pekan agar penyerapan gabah dan beras dari petani bisa optimal. “Selama Maret hingga awal April 2016, Bulog harus stand by,” katanya di Semarang.
Kritikan lain datang dari anggota Komisi B DPRD Jateng Riyono. Ia menyebutkan penyerapan gabah dan beras dari petani oleh Bulog selama
2015 hanya 87% dari target 505 ribu ton. “Mereka mungkin lebih senang mengambil gabah-gabah melalui pengepul atau pedagang besar,”
bebernya. Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional Wilayah V Kedu, Jateng, Imron Rosidi, mengatakan penyerapan di wilayahnya belum berjalan maksimal karena sejumlah daerah penghasil beras belum panen. “Saat ini Satuan Kerja Bulog masih keliling nyari beras dan gabah. Jika ada gabah dan beras yang bagus dan harganya sesuai HPP, berapa pun akan kita beli.” Kepala Bulog Divre Sulsel Abdul Muis mengatakan dalam merespons tuntutan kenaikan HPP, pihaknya tetap menunggu rencana penyesuaian HPP yang dijanjikan Mentan. Saat ini Bulog masih berupaya keras bersaing dengan para tengkulak. “Kami menunggu petani menjual gabahnya sesuai dengan harga kita (HPP) Rp3.700 per kg,” jelas Muis.
Beda kualitas
Imanuel Polin, petani di Kupang, NTT, mengatakan, selain perbedaan harga yang cukup jauh sebesar Rp2.700 per kg, ada perbedaan warna dan rasa antara beras Bulog yang terlalu lama ditimbun di gudang dan beras yang dibeli tengkulak dari tempat penggilingan.
Tingginya curah hujan memang menjadi momok menjelang panen raya padi di beberapa daerah. Hujan deras yang mengguyur Cilacap, Jateng, misalnya, mengakibatkan tanggul sepanjang 3 meter di Sungai Cikalong di Desa Mulyasari jebol dan merendam 25 hektare lahan padi.
Karena menyadari hal ini, Bulog Divre Jatim berupaya menjaga kualitas hasil panen dengan keberadaan 33 drying centre atau pusat pengeringan padi di Jatim. (Tim/Ant/N-4)
Petani Jombang Keluhkan Rendahnya Harga Gabah
Jumat, 18 Maret 2016
KBR, Jombang - Memasuki musim panen, petani padi di Jombang, Jawa Timur mengeluhkan anjloknya harga gabah ditingkat petani. Harga gabah kini hanya berkisar Rp 2500 - 3000 per kilogramnya. Sedangkan, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terendah dipatok sebesar Rp 3.700.
Salah satu petani di Desa Dapur Kejambon, Fatikin mengaku terpaksa tidak menjual gabah ke Bulog. "Ini jualnya ke tengkulak dulu," kata Fatikin, Jumat (18/03/16).
Selain harga anjlok, hasil panen padi musim ini juga tidak bisa maksimal akibat cuaca buruk. Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir membuat bulir padi rontok sehingga hasilnya menurun drastis dari semestinya. "“Saat ini turun semua. Kalau hasilnya ya seperti ini padinya banyak yang roboh," ujarnya. Sehingga ia berharap ada penaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) padi.
Dia menjelaskan, lahan seluas satu hektar umumnya bisa menghasilkan sekitar 8-9 ton gabah kering sawah. Tetapi pada musim ini petani hanya mampu memanen sekitar 5-6 ton.
http://portalkbr.com/03-2016/petani_jombang_keluhkan_rendahnya_harga_gabah/79501.html
KBR, Jombang - Memasuki musim panen, petani padi di Jombang, Jawa Timur mengeluhkan anjloknya harga gabah ditingkat petani. Harga gabah kini hanya berkisar Rp 2500 - 3000 per kilogramnya. Sedangkan, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terendah dipatok sebesar Rp 3.700.
Salah satu petani di Desa Dapur Kejambon, Fatikin mengaku terpaksa tidak menjual gabah ke Bulog. "Ini jualnya ke tengkulak dulu," kata Fatikin, Jumat (18/03/16).
Selain harga anjlok, hasil panen padi musim ini juga tidak bisa maksimal akibat cuaca buruk. Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir membuat bulir padi rontok sehingga hasilnya menurun drastis dari semestinya. "“Saat ini turun semua. Kalau hasilnya ya seperti ini padinya banyak yang roboh," ujarnya. Sehingga ia berharap ada penaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) padi.
Dia menjelaskan, lahan seluas satu hektar umumnya bisa menghasilkan sekitar 8-9 ton gabah kering sawah. Tetapi pada musim ini petani hanya mampu memanen sekitar 5-6 ton.
http://portalkbr.com/03-2016/petani_jombang_keluhkan_rendahnya_harga_gabah/79501.html
Jumat, 18 Maret 2016
Isi Kurang 2 Kg, Bulog Tarik Beras
Kamis, 17 Maret 2016
KISARAN, WOL – Kantor Sub Divisi Regional Kisaran menarik beras Bulog karena terjadi kekurangan isi akibat kesalahan proses penimbangan, Kamis (17/3). Kasub Divisi Regional Kisaran, Pengadilan Lubis, mengatakan permasalahan beras Bulog yang mengalami kekurangan isi di Kelurahan Tebing Kisaran telah diselesaikan.
“Permasalahan kita selesaikan dengan menurunkan petugas ke lapangan. Beras yang kurang timbangannya telah kita tarik dan diganti,” jelas Lubis.
Kurangnya isi disebabkan banyaknya karung beras yang disalurkan. Untuk Asahan saja, sebanyak 671, 775 Kg setiap bulan. Karena pekerjanya manusia, tentu berpotensi terjadi kesalahan. Namun demikian Bulog tetap bertanggungjawab dengan menarik beras yang beratnya tidak sesuai standar.
“Untuk awal tahun ini hanya di Kelurahan Tebing Kisaran kasus ini ditemukan. Di tempat lain belum kita temukan. Namun demikian, kita tetap lakukan pengecekan ulang,” jelas Lubis.
Kasi Pelayanan Publik Sub Divisi Regional Kisaran, Gabriel Marbun, menambahkan pihaknya selalu melakukan tindakan sesuai prosedur dalam pendistribusian beras. Karena itu, dengan ditemukannya kasus ini pihaknya terus melakukan pengawasan.
“Tahun ini kita baru menyalurkan untuk Januari dan Februari, sedangkan Maret belum menyalurkan beras. Hal ini diakibatkan pembayaran Februari belum selesai,” jelas Marbun lagi.
Sebelumnya, warga Kelurahan Tebing Kisaran berunjukrasa di kantor lurah. Mereka menuntut pendistribusian beras Bulog lebih transparan, karena beras yang dibeli seharga Rp2.000 per kilogram dengan berat 15 Kg hanya berisikan 13 kilogram.(wol/aa/waspada/data2)
http://waspada.co.id/sumut/isi-kurang-2-kg-bulog-tarik-beras/
KISARAN, WOL – Kantor Sub Divisi Regional Kisaran menarik beras Bulog karena terjadi kekurangan isi akibat kesalahan proses penimbangan, Kamis (17/3). Kasub Divisi Regional Kisaran, Pengadilan Lubis, mengatakan permasalahan beras Bulog yang mengalami kekurangan isi di Kelurahan Tebing Kisaran telah diselesaikan.
“Permasalahan kita selesaikan dengan menurunkan petugas ke lapangan. Beras yang kurang timbangannya telah kita tarik dan diganti,” jelas Lubis.
Kurangnya isi disebabkan banyaknya karung beras yang disalurkan. Untuk Asahan saja, sebanyak 671, 775 Kg setiap bulan. Karena pekerjanya manusia, tentu berpotensi terjadi kesalahan. Namun demikian Bulog tetap bertanggungjawab dengan menarik beras yang beratnya tidak sesuai standar.
“Untuk awal tahun ini hanya di Kelurahan Tebing Kisaran kasus ini ditemukan. Di tempat lain belum kita temukan. Namun demikian, kita tetap lakukan pengecekan ulang,” jelas Lubis.
Kasi Pelayanan Publik Sub Divisi Regional Kisaran, Gabriel Marbun, menambahkan pihaknya selalu melakukan tindakan sesuai prosedur dalam pendistribusian beras. Karena itu, dengan ditemukannya kasus ini pihaknya terus melakukan pengawasan.
“Tahun ini kita baru menyalurkan untuk Januari dan Februari, sedangkan Maret belum menyalurkan beras. Hal ini diakibatkan pembayaran Februari belum selesai,” jelas Marbun lagi.
Sebelumnya, warga Kelurahan Tebing Kisaran berunjukrasa di kantor lurah. Mereka menuntut pendistribusian beras Bulog lebih transparan, karena beras yang dibeli seharga Rp2.000 per kilogram dengan berat 15 Kg hanya berisikan 13 kilogram.(wol/aa/waspada/data2)
http://waspada.co.id/sumut/isi-kurang-2-kg-bulog-tarik-beras/
Bulog Lakukan Terobosan Pengadaan Beras
Kamis, 17 Maret 2016
JAKARTA, KOMPAS — Dalam rangka memaksimalkan pengadaan gabah/beras hingga 4,6 juta ton setara beras untuk stabilisasi harga, Perum Bulog melakukan berbagai langkah terobosan. Pemanfaatan sarana pengering gabah termasuk lantai jemur milik sendiri ataupun menyewa menjadi prioritas dalam pengadaan gabah/beras di musim hujan ini.
Hal itu dikemukakan Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, Kamis (17/3/2016), saat dihubungi di Sragen, Jawa Tengah.
Wahyu mengatakan, sesuai permintaan Presiden Joko Widodo, Bulog memaksimalkan pembelian gabah/beras dari produksi dalam negeri. Selama puncak musim panen di musim hujan ini atau periode Maret-Mei 2016, Bulog diminta membeli 3 juta ton setara beras.
Secara umum harga gabah relatif bagus di tingkat petani. Rata-rata di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 per kilogram untuk gabah kering panen.
Memang masih ada harga gabah yang di bawah HPP, tetapi umumnya kualitasnya rendah karena kadar air sangat tinggi.
Bulog terus melakukan pembelian. Strategi yang dilakukan adalah membeli gabah langsung dari petani/kelompok tani. Selanjutnya, gabah dikeringkan sendiri oleh Bulog, baru digiling ke unit penggilingan beras Bulog.
Bulog menjalin kerja sama dengan pemilik alat pengering dan lantai jemur milik BUMN, BUMD, ataupun swasta.
Pada 2016, kerja sama pemanfaatan fasilitas pengering dengan swasta mencapai kapasitas 1.500 ton per hari, BUMN 750 ton, dan BUMD 500 ton. Total kapasitas pengering Bulog hasil kerja sama 2.750 ton per hari.
Agar mudah membeli gabah petani, Bulog menjalin kerja sama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), yang anggotanya petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani.
Bulog juga membentuk satuan kerja (satker) pengadaan gabah/beras di setiap wilayah, kerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.
Informasi peta wilayah panen dari Kementan, kapan bisa dipanen, dan di mana saja padi akan dipanen selalu dikoordinasikan dengan Bulog.
Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi daerah yang terlewat dan gabahnya tidak terserap Bulog. Satker akan langsung membeli gabah dari petani dan kelompok tani.
Di luar itu, Bulog masih melakukan kerja sama pengadaan beras dengan mitra Bulog, misalnya dari penggilingan padi seperti yang selama ini berjalan. Termasuk dengan penggilingan padi skala kecil, menengah, dan besar.
Tahun ini, Perum Bulog menargetkan pengadaan gabah kering giling dari produksi dalam negeri sebanyak 1,25 juta ton, pengadaan beras melalui jalur PSO 3,2 juta ton, dan jalur komersial 800.000 ton. Adapun total target pengadaan 2016 sebanyak 4,6 juta ton setara beras.
Bangun kepercayaan
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Sutarto Alimoeso mengatakan, yang terpenting yang harus dibangun pemerintah adalah membangun kepercayaan di antara para pemangku kepentingan.
Para pengusaha penggilingan padi tetap berkomitmen memasok beras ke Bulog sepanjang secara bisnis perhitungannya masuk.
Kerja sama Bulog dengan para pelaku usaha termasuk penggilingan skala kecil sangat penting. Tujuannya agar Bulog bisa mendapat beras dengan harga sesuai HPP.
Dalam situasi sekarang, yang paling ideal Bulog menjalin kerja sama di awal budidaya dengan petani. Bulog juga masuk dalam on farm, bekerja sama dengan petani sejak dari penanaman. Kalau hanya menunggu panen, sulit mendapat beras. Kalaupun ada, harga cenderung sudah tinggi.
http://print.kompas.com/baca/2016/03/17/Bulog-Lakukan-Terobosan-Pengadaan-Beras
JAKARTA, KOMPAS — Dalam rangka memaksimalkan pengadaan gabah/beras hingga 4,6 juta ton setara beras untuk stabilisasi harga, Perum Bulog melakukan berbagai langkah terobosan. Pemanfaatan sarana pengering gabah termasuk lantai jemur milik sendiri ataupun menyewa menjadi prioritas dalam pengadaan gabah/beras di musim hujan ini.
Hal itu dikemukakan Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, Kamis (17/3/2016), saat dihubungi di Sragen, Jawa Tengah.
Wahyu mengatakan, sesuai permintaan Presiden Joko Widodo, Bulog memaksimalkan pembelian gabah/beras dari produksi dalam negeri. Selama puncak musim panen di musim hujan ini atau periode Maret-Mei 2016, Bulog diminta membeli 3 juta ton setara beras.
Secara umum harga gabah relatif bagus di tingkat petani. Rata-rata di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 per kilogram untuk gabah kering panen.
Memang masih ada harga gabah yang di bawah HPP, tetapi umumnya kualitasnya rendah karena kadar air sangat tinggi.
Bulog terus melakukan pembelian. Strategi yang dilakukan adalah membeli gabah langsung dari petani/kelompok tani. Selanjutnya, gabah dikeringkan sendiri oleh Bulog, baru digiling ke unit penggilingan beras Bulog.
Bulog menjalin kerja sama dengan pemilik alat pengering dan lantai jemur milik BUMN, BUMD, ataupun swasta.
Pada 2016, kerja sama pemanfaatan fasilitas pengering dengan swasta mencapai kapasitas 1.500 ton per hari, BUMN 750 ton, dan BUMD 500 ton. Total kapasitas pengering Bulog hasil kerja sama 2.750 ton per hari.
Agar mudah membeli gabah petani, Bulog menjalin kerja sama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), yang anggotanya petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani.
Bulog juga membentuk satuan kerja (satker) pengadaan gabah/beras di setiap wilayah, kerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.
Informasi peta wilayah panen dari Kementan, kapan bisa dipanen, dan di mana saja padi akan dipanen selalu dikoordinasikan dengan Bulog.
Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi daerah yang terlewat dan gabahnya tidak terserap Bulog. Satker akan langsung membeli gabah dari petani dan kelompok tani.
Di luar itu, Bulog masih melakukan kerja sama pengadaan beras dengan mitra Bulog, misalnya dari penggilingan padi seperti yang selama ini berjalan. Termasuk dengan penggilingan padi skala kecil, menengah, dan besar.
Tahun ini, Perum Bulog menargetkan pengadaan gabah kering giling dari produksi dalam negeri sebanyak 1,25 juta ton, pengadaan beras melalui jalur PSO 3,2 juta ton, dan jalur komersial 800.000 ton. Adapun total target pengadaan 2016 sebanyak 4,6 juta ton setara beras.
Bangun kepercayaan
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Sutarto Alimoeso mengatakan, yang terpenting yang harus dibangun pemerintah adalah membangun kepercayaan di antara para pemangku kepentingan.
Para pengusaha penggilingan padi tetap berkomitmen memasok beras ke Bulog sepanjang secara bisnis perhitungannya masuk.
Kerja sama Bulog dengan para pelaku usaha termasuk penggilingan skala kecil sangat penting. Tujuannya agar Bulog bisa mendapat beras dengan harga sesuai HPP.
Dalam situasi sekarang, yang paling ideal Bulog menjalin kerja sama di awal budidaya dengan petani. Bulog juga masuk dalam on farm, bekerja sama dengan petani sejak dari penanaman. Kalau hanya menunggu panen, sulit mendapat beras. Kalaupun ada, harga cenderung sudah tinggi.
http://print.kompas.com/baca/2016/03/17/Bulog-Lakukan-Terobosan-Pengadaan-Beras
Langganan:
Postingan (Atom)