Bisnis.com, BATU - Bulog menyiapkan investasi sebesar Rp2 triliun untuk membangun infrastruktur tahun depan guna menjalankan fungsinya sebagai stabilisator 11 komoditas pangan.
Direktur Pengembangan Bisnis Bulog Imam Subowo mengatakan investasi sebesar itu akan diperoleh dari penyertaan modal negara (PMN) 2017 yang direncanakan dipatok Rp2 triliun.
“Kalau dari sisi ideal, dana sebesar itu memang masih belum mencukupi,” ujarnya disela-sela Peluncuran Layanan e-Warung-Kelompok Usaha Bersama (KUBE)-Program Keluarga Harapan (PKH) Koperasi Masyarakat Indonesia Sejahtera, Penyaluran Banmtuan Sosial dan Subsidi, serta Bantuan Kompensasi eks-Timtim di luar Provinsi NTT di Batu, Jumat (21/10/2016).
Dengan terbatasnya dana PMN, maka pembangunan dan pengadaan infrastruktur untuk penyimpanan dan penggolahan 11 komoditas pangan dilakukan secara bertahap. Yang utama, pembangunan dan pengadaan infrastrutkur yang bersifat mendesak. Selanjutnya dibangun dan diadakan infrasturtur lainnya sesuai dengan tersedianya dana.
Untuk mendekatkan dengan penyalur, maka akan disiapkan unit distribusi yang berada di gudang bulog di tingkat kantor subdivre. Adapun penyalur 11 komoditas bahan pokok, nantinya ditangani Rumah Pangan Kita (RPK), lembaga penyalur yang didirikan Bulog dengan melibatkan masyarakat.
Saat ini, RPK masih menangani 4 komoditas utama, yakni beras, gula, tebung, dan minyak goreng. Ke depan, RPK akan banyak menangani penjualan komoditas sesuai dengan permintaan pasar. Idealnya memasok 11 komoditas, yakni beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, ikan, garam, cabai, ayam, bawang merah, dan bawang putih.
Dia menyontohkan jika masyarakat menginginkan untuk membeli daging di RPK, Bulog akan menyetorkan daging di RPK. Bulog juga akan membangun gudang-dungan komoditas utama di sentra-sentra produksi. Contohnya di Brebes, akan dibangun gudang untuk menyimbang bawang merah.
Bulog juga akan menjalin kemitraan dengan petani dalam memenuhi pasokan komoditas pangan, terutama padi. Diharapkan nanti, petani mempunyai lumbung padi sehingg setiap panen bisa ditempatkan di sana selanjutnya diserap Bulog.
Pemda diharapkan bisa berperan dalam membangun lumbung padi untuk mendukung mempermudah petani menyimpan komoditas tersebut setelah panen.
Dengan cara itu, maka Bulog memotong mata rantai distribusi bahan kebutuhan pangan. Dengan begitu pula, maka harga yang dinikmati masyarakat bisa menjadi wajar dan stabil, tetapi petani maupun peternak dapat menikmati harga yang baik.
Dia menilai, panjangnya mata rantai distribusi barang menjadi penyebab tingginya harga komoditas. “Harga komoditas di tingkat petani dan pedagang terpaut sangat jauh. Ini membuktikan bahwa mata rantai perdagangan terlalu panjang sehingga menyebabkan harga komoditas tertentu menjadi tinggi,” ujarnya.
Jumlah RPK saat ini sudah mencapai 3.200 unit, namun sampai akhir tahun diharapkan berkembang menjadi 10.000 unit. Pada 2017 diharapkan bertambah lagi menjadi 58.000 unit, setidaknya 30.000 unit. “E-Warung nantinya berpotensi untuk dikembangkan menjadi RPK jika kapasitasnya sudah semakin besar,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar