Senin, 03 Oktober 2016

Bulog Tak Beli Beras Kualitas Baik, Program Sergap Kabupaten Kendal Belum Capai Target

Senin, 3 Oktober 2016

KENDAL, INDONESIANINDUSTRY.com – Program serap gabah petani (Sergap) tahun 2016 di akhir bulan September Kabupaten Kendal yang dilakukan Kodim 0715/Kendal mencapai sebesar 83 persen.

Dandim 0715/Kendal, Letkol Inf Piter Dwi Ardianto, mengatakan, pihaknya ditarget untuk melakukan pembelian gabah petani di Kendal melalui program Sergap ini sebesar 42 ribu ton. Belum tercapainya target disebabkan Bulog hanya membeli beras dengan kualitas menengah. Padahal, banyak petani yang menanam padi dengan kualitas baik, sehingga tidak bisa terbeli.

“Bulog tidak menerima beras dengan kualitas baik, karena harganya terlalu tinggi, sehingga tidak bisa dibeli,” kata Piter saat panen padi Demplot di Kelurahan Bugangin, Kamis (29/9).

Panen padi Demplot di Kel Buganin Kendal merupakan kerjasama dengan sebuah perusahaan pupuk hayati EvaGrow. Petani menggunakan pupuk hayati EvaGrow sebagai pengganti pupuk kimia. Hasil panen ternyata meningkat cukup baik, antara 20-50 persen. Kualitas padi juga baik dan lebih sehat, karena tidak menggunakan pupuk kimia.

Ketua Kelompok Tani Rahayu, H Tardi mengatakan, tanaman padinya mengalami peningkatan yang cukup baik. Panen kali ini bisa mencapai hasil panen rata-rata di atas 10 ton per hektar, padahal biasanya hanya 8 ton per hektar.

“Lahan yang di Kel.Ngilir kemarin hasilnya 11,89 ton per hektar dan yang di Kel Jetis panennya 10,10 ton per hektar,”katanya.

Pada kesempatan tersebut, Dandim Piter berharap agar para petani selalu terbuka dengan hal yang baru.

“Saya harap para petani selalu terbuka dengan temuan teknologi baru, karena ternyata bisa menghasilkan panen yang meningkat,”himbaunya.

Piter juga meminta kepada perusahaan supaya melakukan kerjasama Demplot kepada banyak kelompok petani, supaya Inovasi untuk petani lebih baik untuk kesejahteraan petani. Dengan banyak kerjasama Demplot kepada kelompok tani di berbagai lokasi, maka akan semakin memberikan kepercayaan bagi para petani untuk menggunakan pupuk hayati yang diproduksinya.

“Tiap daerah itu kondisinya berbeda, sehingga harus dicoba di banyak tempat,” pungkasnya. (Hariyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar