Kamis, 13 Oktober 2016

Dirut Bulog Jelaskan Distribusi Gula ke Sumbar di Kasus Irman Gusman

Rabu, 12 Oktober 2016

Jakarta - Dirut Bulog Djarot Kusumayakti telah menjalani pemeriksaan di KPK selama 10 jam lebih. Ia diperiksa sebagai saksi atas kasus suap gula impor yang menjerat mantan Ketua DPD Irman Gusman.

Djarot mengatakan dalam pemeriksaan tersebut penyidik KPK hanya melakukan konfirmasi terkait beberapa hal. Ia enggan menjelaskan lebih detail terkait materi pemeriksaan yang ditanyakan kepadanya.

"Kalau materi pemeriksaan bisa ditanyakan langsung ya. Tapi kurang lebih klarifikasi beberapa hal," ujar Djarot usai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (12/10/2016).

Berdasarkan hasil sadapan KPK, Irman diketahui mengontak petinggi Bulog dengan maksud agar kuota impor gula 3 ribu ton untuk Jakarta dialihkan ke Sumbar. Dalam percakapan itu, Irman langsung menyebut nama Xaveriandy Sutanto sebagai pihak yang bisa dipercaya untuk menyalurkan gula impor di Sumbar.

Terhadap hal tersebut, Djarot mengaku tidak tahu bahwa Xaveriandy adalah orang yang sedang bermasalah karena kasus kepemilikan gula ilegal karena tak memiliki label SNI. Maka gudang miliknya yang ada di Jalan 22 Jalan By Pass, Kota Tangah, Kota Padang disita Polda Sumatera Barat dengan gula sebanyak 30 ton di dalamnya.

"Jadi pertama, saya tidkak tahu kalau ada police line untuk gudangnya Pak Sutanto. Yang saya tahu hanya, di Sumbar jadi salah satu daerah yang harga gulanya memang cukup tinggi atau masuk harga ekstrem," kata Djarot.

Ia menambahkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), harga gula di Padang pada periode lebaran tergolong ekstrem karena ada di rentang harga Rp. 16-17 ribu. Saat itu, lanjutnya, Bulog berencana melakukan operasi paaar ke wilayah Sumbar. Namun, rencana itu gagal karena stok gula baru akan datang pada tanggal 20 Juli.

"Cuma problemnya saat itu, saya pun belum punya gula. Karena gula di gudang kami, di Jakarta itu tanggal 20 Juli. Sehingga kami tidak dapat melakukan banyak hal," ucap Djarot.

"Tapi yang kami lakukan adalah mempersiapkan diri, mencari siapa distributor yang bisa membantu mempercepat gula di sana, maupun juga toko-toko binaan yang ada," tambahnya.

Terkait distribusi gula, Djarot mengatakan ada aturan internal yang dapat dilakukan. Di antaranya ialah dengan cara langsung melakukan operasi pinggir jalan, bisa melalui retailer dan bisa melalui toko serba ada.

Menurutnya, perintah distribusi itu datang dari Menteri Perdagangan apabila ditemukan harga ekstrem di semua wilayah Indonesia. Atas dasar tersebut, ia menolak bila dikatakan ada kuota dalam distribusi gula impor.

"Sehingga saya ingin simpulkan, satu, tak ada kuota. Dua, kita akan kirim ke semua wilayah yang ada kenaikan ektremnya. Salah satunya Padang," kata Djarot.

Lantas Djarot menjelaskan keputusannya memberikan distribusi gula ke Sumbar. Djarot menyebut, telepon Irman Gusman kepadanya adalah hal yang kebetulan.

"Kalau telepon, Pak Irman dilakukan sekitar tanggal 20-an. Tanpa ditelepon Lak Irman pun, saya tidak bisa kirim. 'Wong' saya gulanya baru siap tanggal 20 (Juli). Kalau kebetulan beliau telepon tanggal 20, kemudian kami salurkan tanggal 29, itu karena memang harus segera disalurkan," aku Djarot.

"Pertanyaannya, kenapa gula baru siap tanggal 20 baru disalurkan tanggal 29 ke Padang? Karena memang Padang mengajukannya baru tanggal 25. Kenapa pengajuan tanggal 25 baru disalurkan tanggal 29? Karena pembayaran yang dilakukan oleh CV SB baru tanggal 29," tambahnya.

http://news.detik.com/berita/d-3319382/dirut-bulog-jelaskan-distribusi-gula-ke-sumbar-di-kasus-irman-gusman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar