Minggu, 22 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bulog Sub Divre Indramayu terus menggenjot pengadaan gabah maupun beras. Namun, sejumlah pemilik pabrik penggilingan beras (PB) mengaku enggan menjual berasnya ke Bulog akibat adanya syarat ketat kualitas beras dan lebih rendahnya harga dibanding pasaran.
"Beras yang diterima Bulog ada syarat-syaratnya, susah (untuk dipenuhi)," ujar salah seorang pengelola PB Eka Wijaya di Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Cimang.
Adapun syarat beras yang diterima masuk ke gudang Bulog di antaranya tingkat kadar air yang mencapai 14 persen dan bulir pecah 20 persen. Padahal, hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Indramayu pada bulan lalu, membuat tanaman padi yang siap panen di sejumlah daerah menjadi rusak. Akibatnya, kualitas gabah yang dihasilkan pun menjadi rendah.
Selain itu, lanjut Cimang, harga beras yang diterima Bulog pun hanya Rp 7.300 per kg, atau sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Sedangkan harga di pasaran, masih lebih tinggi, yakni di kisaran lebih dari Rp 8.000 per kg. "Jadi ya lebih baik saya jual ke pasaran," tutur Cimang.
Seorang pemilik penggilingan beras, Sutatang, mengakui adanya keengganan dari sejumlah pengelola dan pemilik penggilingan beras untuk memasukkan berasnya ke gudang Bulog. Dia menjelaskan, mereka enggan karena ada syarat kualitas beras yang ketat dan harganya lebih rendah dibanding pasaran.
Untuk meningkatkan minat para petani dan pemilik penggilingan beras agar menjual berasnya ke Bulog, Sutatang berharap agar Bulog meningkatkan harga pembelian beras. Dengan demikian, harga Bulog tidak lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/05/22/o7kj73318-pemilik-penggilingan-enggan-jual-berasnya-ke-bulog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar