Kamis, 26 Mei 2016

Bulog Habiskan US$300 juta Tiap Tahun untuk Impor Pangan

Rabu, 25 Mei 2016

Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan Umum (Perum) Bulog membutuhkan valuta asing (valas) sekitar US$200 juta sampai US$300 juta per tahun untuk mengimpor bahan pangan demi menjaga pasokan dan stabilitas harga di dalam negeri. Kebutuhan mata uang negara lain tersebut seringkali menyulitkan manajemen yang perusahaannya menghasilkan pendapatan dalam mata uang rupiah.

"Eksposur kami sangat jelas, karena pendapatan kami rupiah, dengan pembukaan impor barang tadi kami akan ditagih dolar," kata Direktur Keuangan Bulog Iryanto Hutagaol di Gedung Bank Indonesia, Rabu (25/5).

Guna memitigasi risiko selisih kurs akibat membengkaknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Bulog memutuskan untuk menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging).

"Jadi kami butuh semacam tata kelola untuk risiko. Pada saat kami merencanakan impor pangan dengan target harga penjualan tertentu, bisa saja harga belinya berubah sewaktu-waktu," katanya.

Tahun ini, pemerintah memutuskan kuota impor jagung pada 2016 dengan volume sekitar 30 persen dari kebutuhan sebanyak 200 ribu ton per bulan atau 2,4 juta ton per tahun yang seluruhnya akan dilakukan oleh Bulog.

Selain kebutuhan valas, Bulog juga masih menggantungkan pendanaannya dari pinjaman bank. Hingga saat ini, Bulog telah mengantungi pinjaman modal kerja senilai Rp40 miliar dari beberapa bank. (gen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar