Kamis, 19 Mei 2016
MAJALENGKA,(PR).- Bulog Cirebon belum bisa menyerap gabah milik petani dengan alasan harga masih di atas Harga Pokok Penjualan (HPP) pemerintah yang hanya Rp 3.700 per kg untuk Gabah Kering Simpan (GKS), sementara di tingkat petani sudah di atas Rp 4.000 per kg.
Sementara itu sejumlah petani di Majalengka kini mengeluhkan rendahnya harga gabah yang hanya Rp 400.000 hingga Rp 440.000 per kuintal, kondisi tersebut sudah cukup lama setelah panen MT satu selesai. Malah kini petani pun sulit menjual gabah karena bandar yang biasa berkeliling justru banyak yang menolak membeli gabah petani.
Pulung, dari Bulog Cirebon mengatakan pihak Bulog akan menyerap gabah petani bilamana harga di bawah HPP atau sama dengan HPP, serta kadar air 14 persen dengan kadar hampa 3 persen. Namun demikian, menurutnya, petugas dari Bulog akan terus melakukan survei ke lapangan untuk melakukan pengecekan harga di tingkat petani guna memastikan harga gabah di pasaran.
“Kami juga sudah melakukan kerja sama dengan Babinsa dan Kepolisian untuk memantau harga gabah di pasaran di masing-masing daerah, bila harga gabah di tingkat petani jatuh dibawah HPP maka Bulog akan langsung melakukan penyerapan gabah petani,” ungkap Pulung.
Menurutnya, harga gabah kering simpan berdasarkan HPP senilai Rp 3.700 per kg, sehingga bila harga diatas itu maka Bulog tidak mungkin melakukan pembelian gabah petani.
Sementara itu sejumlah petani di Kecamatan Jatitujuh, Majalengka dan Cigasong mengeluhkan anjloknya harga gabah, bahkan menurut mereka cukongpun belakangan ini seolah enggan membeli gabah petani.
Cokong yang biasanya berkeliaran mencari gabah ke petani kini justru jarang terlihat, kalaupun ada yang datang mereka menawarkan harga gabah sangat murah. Cukong baisanya menawarkan gabah barter dengan pupuk disaat petani butuh pupuk untuk tanam ke dua kini enggan melakukan barter gabah.
“Teu payu ayeuna mah gabah teh, nyao pedah goreng meureun parena (Sekarang gabah tidak laku entah mungkin karena gabahnya jelek akibat hama),” ungkap Rohim petani asal Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh.
Diakui Rohim, kadar hampa hasil panen pertama cukup tinggi sehingga banyak cukong yang menolak penjualan gabah petani. 1 kuintal gabah yang biasanya setelah digiling diperoleh beras hingga 60 kg, kini paling hanya diperoleh 45 kg hingga 50 kg.
Tak heran bila banyak cukong yang menolak gabah petani untuk musim tanam pertama, kalaupun bersedia membeli harganya sangat jatuh.
Hal yang sama diungkapkan Sudinta bandar gabah di Desa Tarikolot, Kecamatan Majalengka. Dia emngaku emmbeli gabah dari petani paling tinggi hanya Rp 440.000 per kuintal. Alasannya harga pasaran selama ini masih sangat rendah.
Para petani dan bandar gabah memprediksi harga gabah baru akan naik lagi usai panen kedua, yang kondisi gabahnya relatif bagus dibanding hasil panen pertama. Selain itu panen kedua mendekati musim kemarau yang baisanya hargapun naik. “Panen kadua biasanya rada mahal mah (panen kedua biasanya agak mahal),” ungkap Sudinta.***
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/05/19/bulog-belum-bisa-serap-gabah-milik-petani-369506
Tidak ada komentar:
Posting Komentar