JAKARTA, suaramerdeka.com – Badan Urusan Logistik (Bulog) harus memperbaiki kualitas beras miskin (raskin). Karena raskin berkualitas sangat buruk, sehingga tak bisa dimakan. Bahkan masih ditemui di lapangan.
Bonang, pemerhati beras dari Protanikita mengatakan, bahwa Bulog harus bertanggungjawab terhadal raskin jelek mutunya. Warga, lanjutnya, tidak akan keberatan dengan kenaikan harga raskin, asal kualitasnya dinaikkan. Ia mengusulkan harga raskin naik menjadi Rp 2.000,- atau Rp 2.500,-/liternya. Saat ini harga raskin per liter hanya Rp 1.600,-.”Saya yakin warga tidak keberatan membayar Rp 2.500,-/liter. Tetapi mutu baik. Dibandingkan harga Rp 1.600,-, tetapi mutu jelek,” ujarnya.
Selain kualitas raskin, Bonang juga ingin ada perbaikan distribusinya. Karena selama ini pembagian raskin dinilai kurang maksimal.”Raskin itu pembagiannya ngaco, banyak yang tidak tepat sasaran. Banyak warga miskin yang tidak dapat,”tambahnya.
Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, pihaknya mengaku sudah menerjunkan sejumlah tim, guna mengecek sejauhmana kebenaran dari informasi tersebut.
(Wahyu Atmadji/ CN40/ SM Network)
http://berita.suaramerdeka.com/bulog-bertanggungjawab-kualitas-raskin/
Selasa, 31 Mei 2016
Masyarakat Liang Nilai Bulog Maluku Tidak Adil
Selasa, 31 Mei 2016
Ambon, Tribun-Maluku.com : Masyarakat Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, merasa diperlakukan tidak adil oleh Kepala Divisi Regional (Divre) Badan Urusan Logistik (Bulog) Maluku Faizal Assagaff soal penyaluran beras miskin (raskin).
Pasalnya, hingga satu minggu menjelang bulan Ramadhan bagi umat Muslim untuk melaksanakan ibadah puasa, tetapi jatah raskin untuk masyarakat Negeri Liang tidak disalurkan oleh Bulog.
Sejumlah tokoh masyarakat dan saniri Negeri Liang yang tergabung dalam Tim Peduli Adat Masyarakat Negeri Liang mengeluhkan terhambatnya penyaluran raskin. Raskin sangat dibutuhkan oleh masyarakat Negeri Liang yang taraf kehidupan ekonominya masih dibawah standar kelayakan.
"Biasanya jatah raskin kita diberikan per empat bulan. Saat beberapa hari lalu, kita ke Bulog untuk meminta jatah raskin untuk bulan Mei hingga Agustus, pihak Bulog Maluku lewat stafnya yaitu Ibu Sri menegaskan Bulog tidak bisa memberikan raskin untuk masyarakat Negeri Liang karena masih ada sisa hutang tahun 2015 sebesar 51 juta rupiah," jelas Yamin Soplestuny, salah satu tokoh masyarakat Negeri Liang di Ambon, Senin (30/5).
Terkait masalah hutang raskin itu, Ibrahim Wael salah satu tokoh pemuda menegaskan itu bukan tanggung jawab dari masyarakat Negeri Liang. Hutang itu terjadi saat masa jabatan Abdul Rajak Oppier selaku penjabat Kepala Desa Negeri Liang yang telah diganti pada tanggal 26 November 2015 lalu.
Ia menuturkan saat itu Oppier mengambil jatah raskin masyarakat Liang untuk bulan Agustus hingga Desember dimana total uangnya mencapai 56 juta rupiah. Namun kenyataannya, Oppier tidak membagikan raskin tersebut ke masyarakat Liang.
“Tidak tahu dikemanakan jatah beras yang diambil saat itu oleh Abdul Rajak. Yang pastinya masyarakat Negeri Liang tidak mendapatkan jatah raskin tersebut. Anehnya, masyarakat tidak merasakan raskin tersebut tetapi harus dibebani hutang. Ini yang kami seluruh warga Liang tidak terima,” ujarnya.
Menurutnya, pihak Bulog harus bijaksana dalam hal ini karena soal hutang raskin itu tanggung jawab pribadi Oppier dan tidak ada sangkut pautnya dengan masyarakat. Seharusnya, Bulog meminta pertanggungjawaban dari Abdul Rajak Oppier karena yang bersangkutan mengambil raskin itu tanpa dibagikan ke masyarakat.
Apalagi, untuk penanganan masalah hutang raskin ini, Bulog telah bekerja sama dengan pihak Kejaksaan lewat MoU. Sehingga, kata dia, harusnya yang dikejar adalah Oppier pribadi dan bukannya memberikan beban kepada masyarakat Negeri Liang.
Karena itu, ia meminta ada kearifan pimpinan Bulog untuk memberikan jatah raskin masyarakat Negeri Liang yang dirasakan sangat menjadi kebutuhan warga terutama jelang ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Sementara itu, Wakil Ketua Saniri Negeri Liang Adam Samual menegaskan apa yang dilakukan oleh Oppier ini sudah masuk ke ranah korupsi karena raskin itu milik negara yang harus dibayarkan.
“Raskin ini milik negara yang dijual dengan harga rendah untuk masyarakat miskin. Jika uang raskin tidak dibayarkan maka itu merugikan negara dan ini masuk ke ranah korupsi. Jadi ini harusnya disikapi oleh pihak kejaksaan dan kami minta supaya hal ini segera diproses hukum,” tegasnya.
Ia juga berharap agar Bulog secara arif bisa segera menyalurkan jatah raskin kepada masyarakat Negeri Liang agar bisa membantu masyarakat dalam pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
http://www.tribun-maluku.com/2016/05/masyarakat-liang-nilai-bulog-maluku-tidak-adil.html
Ambon, Tribun-Maluku.com : Masyarakat Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, merasa diperlakukan tidak adil oleh Kepala Divisi Regional (Divre) Badan Urusan Logistik (Bulog) Maluku Faizal Assagaff soal penyaluran beras miskin (raskin).
Pasalnya, hingga satu minggu menjelang bulan Ramadhan bagi umat Muslim untuk melaksanakan ibadah puasa, tetapi jatah raskin untuk masyarakat Negeri Liang tidak disalurkan oleh Bulog.
Sejumlah tokoh masyarakat dan saniri Negeri Liang yang tergabung dalam Tim Peduli Adat Masyarakat Negeri Liang mengeluhkan terhambatnya penyaluran raskin. Raskin sangat dibutuhkan oleh masyarakat Negeri Liang yang taraf kehidupan ekonominya masih dibawah standar kelayakan.
"Biasanya jatah raskin kita diberikan per empat bulan. Saat beberapa hari lalu, kita ke Bulog untuk meminta jatah raskin untuk bulan Mei hingga Agustus, pihak Bulog Maluku lewat stafnya yaitu Ibu Sri menegaskan Bulog tidak bisa memberikan raskin untuk masyarakat Negeri Liang karena masih ada sisa hutang tahun 2015 sebesar 51 juta rupiah," jelas Yamin Soplestuny, salah satu tokoh masyarakat Negeri Liang di Ambon, Senin (30/5).
Terkait masalah hutang raskin itu, Ibrahim Wael salah satu tokoh pemuda menegaskan itu bukan tanggung jawab dari masyarakat Negeri Liang. Hutang itu terjadi saat masa jabatan Abdul Rajak Oppier selaku penjabat Kepala Desa Negeri Liang yang telah diganti pada tanggal 26 November 2015 lalu.
Ia menuturkan saat itu Oppier mengambil jatah raskin masyarakat Liang untuk bulan Agustus hingga Desember dimana total uangnya mencapai 56 juta rupiah. Namun kenyataannya, Oppier tidak membagikan raskin tersebut ke masyarakat Liang.
“Tidak tahu dikemanakan jatah beras yang diambil saat itu oleh Abdul Rajak. Yang pastinya masyarakat Negeri Liang tidak mendapatkan jatah raskin tersebut. Anehnya, masyarakat tidak merasakan raskin tersebut tetapi harus dibebani hutang. Ini yang kami seluruh warga Liang tidak terima,” ujarnya.
Menurutnya, pihak Bulog harus bijaksana dalam hal ini karena soal hutang raskin itu tanggung jawab pribadi Oppier dan tidak ada sangkut pautnya dengan masyarakat. Seharusnya, Bulog meminta pertanggungjawaban dari Abdul Rajak Oppier karena yang bersangkutan mengambil raskin itu tanpa dibagikan ke masyarakat.
Apalagi, untuk penanganan masalah hutang raskin ini, Bulog telah bekerja sama dengan pihak Kejaksaan lewat MoU. Sehingga, kata dia, harusnya yang dikejar adalah Oppier pribadi dan bukannya memberikan beban kepada masyarakat Negeri Liang.
Karena itu, ia meminta ada kearifan pimpinan Bulog untuk memberikan jatah raskin masyarakat Negeri Liang yang dirasakan sangat menjadi kebutuhan warga terutama jelang ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Sementara itu, Wakil Ketua Saniri Negeri Liang Adam Samual menegaskan apa yang dilakukan oleh Oppier ini sudah masuk ke ranah korupsi karena raskin itu milik negara yang harus dibayarkan.
“Raskin ini milik negara yang dijual dengan harga rendah untuk masyarakat miskin. Jika uang raskin tidak dibayarkan maka itu merugikan negara dan ini masuk ke ranah korupsi. Jadi ini harusnya disikapi oleh pihak kejaksaan dan kami minta supaya hal ini segera diproses hukum,” tegasnya.
Ia juga berharap agar Bulog secara arif bisa segera menyalurkan jatah raskin kepada masyarakat Negeri Liang agar bisa membantu masyarakat dalam pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
http://www.tribun-maluku.com/2016/05/masyarakat-liang-nilai-bulog-maluku-tidak-adil.html
Gudang Penuh, Bulog Pekalongan Batasi Beli Bawang Merah Petani
Senin, 30 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Kantor Bulog Pekalongan yang membawahi wilayah eks Karesidenan Pekalongan, mulai membatasi pembelian bawang merah yang dipanen petani.
''Informasinya, petani bawang di Kabupaten Brebes dan Tegal, sekarang memang sedang musim panen. Namun sejak beberapa hari terakhir, kita sudah membatasi pembelian bawang,'' kata Kepala Bulog Sub Divre Pekalongan, Sumarno Muharif, Senin (30/5).
Menurutnya, pembelian bawang merah hasil panen petani mulai dibatasi karena beberapa faktor. Selain karena pembelian bawang yang dilakukan Bulog sudah cukup banyak, juga karena terbatasnya gudang Bulog yang bisa menampung bawang, dan pihaknya masih belum cukup memiliki pengalaman terjun ke tata niaga bawang merah.
''Saat ini, kita konsentrasi dulu melakukan operasi pasar bawang merah yang sebelumnya kita beli dari petani,'' katanya.
Seperti pada Senin (30/5), Sumarno menyebutkan, pihaknya melakukan operasi pasar (OP) bawang merah di dua pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan. Di kedua pasar tersebut, ada sebanyak dua ton bawang merah yang dijual dengan harga Rp 25 ribu per kg. ''Kita berharap, melalui OP ini harga bawang merah di pasaran bisa berangsur-angsur turun,'' jelasnya.
Dia menyebutkan, untuk kebutuhan OP tersebuit, pihaknya sudah melakukan pembelian bawang merah hasil panen petani di Pantura Jateng bagian barat sejak beberapa bulan terakhir. ''Secara keseluruhan, kita sudah melakukan pembelian bawang merah hasil panen petani sebanyak 10 ton,''ujarnya.
Bawang merah inilah, yang menurut Sumarno, sedang dilepas melalui OP agar stok bawang yang tersimpan di gudang Bulog tidak menjadi terlalu banyak. ''Bagaimana pun kita harus memperhitungkan kondisi bawang yang lebih cepat busuk. Meski kita membelinya dalam keadaan kering, namun waktu simpan bawang merah tidak sama dengan beras atau gabah yang bisa disimpan dalam waktu cukup lama,'' katanya.
Meski demikian, dia mengaku pembelian bawang merah dari hasil panen petani, sebenarnya tidak berhenti sama sekali. ''Namun lebih dibatasi, karena stok yang ada sekarang harus lebih banyak terserap dulu di pasar melalui OP,'' ujarnya.
Untuk itu, dia mengaku, untuk melakukan pembelian bawang merah hasil panen petani, Bulog Pekalongan hanya mematok harga sebesar Rp 18 ribu per kg dalam kondisi kering. Sementara dalam proses penyerapan sebelumnya, Bulog mematok harga pembelian sebesar Rp 20 ribu per kg.
Mengenai harga bawang merah di tingkat petani, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Akur Tani Jaya, Asmawi Aziz mengaku, harga bawang di tingkat petani saat ini memang jauh dari harga pasar. ''Dalam kondisi kering, bawang merah hasil panen petani hanya dihargai Rp 20 ribu per kg,'' ujarnya.
Sedangkan kalau dijual dengan sistem tebas, Asmawi menyebutkan, harganya jauh lebih rendah lagi. Pedagang hanya berani membayar Rp 20 juta untuk hasil panen bawang di lahan seluas 1.500 meter persegi. Padahal lahan seluas itu, bisa menghasilkan bawang merah rata-rata sekitar dua ton. ''Jadi kalau dijual dengan sistem tebas, bawang merah di tingkat petani hanya dihargai Rp 10 ribu per kg,'' katanya.
REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Kantor Bulog Pekalongan yang membawahi wilayah eks Karesidenan Pekalongan, mulai membatasi pembelian bawang merah yang dipanen petani.
''Informasinya, petani bawang di Kabupaten Brebes dan Tegal, sekarang memang sedang musim panen. Namun sejak beberapa hari terakhir, kita sudah membatasi pembelian bawang,'' kata Kepala Bulog Sub Divre Pekalongan, Sumarno Muharif, Senin (30/5).
Menurutnya, pembelian bawang merah hasil panen petani mulai dibatasi karena beberapa faktor. Selain karena pembelian bawang yang dilakukan Bulog sudah cukup banyak, juga karena terbatasnya gudang Bulog yang bisa menampung bawang, dan pihaknya masih belum cukup memiliki pengalaman terjun ke tata niaga bawang merah.
''Saat ini, kita konsentrasi dulu melakukan operasi pasar bawang merah yang sebelumnya kita beli dari petani,'' katanya.
Seperti pada Senin (30/5), Sumarno menyebutkan, pihaknya melakukan operasi pasar (OP) bawang merah di dua pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan. Di kedua pasar tersebut, ada sebanyak dua ton bawang merah yang dijual dengan harga Rp 25 ribu per kg. ''Kita berharap, melalui OP ini harga bawang merah di pasaran bisa berangsur-angsur turun,'' jelasnya.
Dia menyebutkan, untuk kebutuhan OP tersebuit, pihaknya sudah melakukan pembelian bawang merah hasil panen petani di Pantura Jateng bagian barat sejak beberapa bulan terakhir. ''Secara keseluruhan, kita sudah melakukan pembelian bawang merah hasil panen petani sebanyak 10 ton,''ujarnya.
Bawang merah inilah, yang menurut Sumarno, sedang dilepas melalui OP agar stok bawang yang tersimpan di gudang Bulog tidak menjadi terlalu banyak. ''Bagaimana pun kita harus memperhitungkan kondisi bawang yang lebih cepat busuk. Meski kita membelinya dalam keadaan kering, namun waktu simpan bawang merah tidak sama dengan beras atau gabah yang bisa disimpan dalam waktu cukup lama,'' katanya.
Meski demikian, dia mengaku pembelian bawang merah dari hasil panen petani, sebenarnya tidak berhenti sama sekali. ''Namun lebih dibatasi, karena stok yang ada sekarang harus lebih banyak terserap dulu di pasar melalui OP,'' ujarnya.
Untuk itu, dia mengaku, untuk melakukan pembelian bawang merah hasil panen petani, Bulog Pekalongan hanya mematok harga sebesar Rp 18 ribu per kg dalam kondisi kering. Sementara dalam proses penyerapan sebelumnya, Bulog mematok harga pembelian sebesar Rp 20 ribu per kg.
Mengenai harga bawang merah di tingkat petani, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Akur Tani Jaya, Asmawi Aziz mengaku, harga bawang di tingkat petani saat ini memang jauh dari harga pasar. ''Dalam kondisi kering, bawang merah hasil panen petani hanya dihargai Rp 20 ribu per kg,'' ujarnya.
Sedangkan kalau dijual dengan sistem tebas, Asmawi menyebutkan, harganya jauh lebih rendah lagi. Pedagang hanya berani membayar Rp 20 juta untuk hasil panen bawang di lahan seluas 1.500 meter persegi. Padahal lahan seluas itu, bisa menghasilkan bawang merah rata-rata sekitar dua ton. ''Jadi kalau dijual dengan sistem tebas, bawang merah di tingkat petani hanya dihargai Rp 10 ribu per kg,'' katanya.
Hentikan Pembelian Bawang Merah di Petani, Bulog: Ada yang Nakal
Senin, 30 Mei 2016
Jakarta -Sejumlah petani di sentra produksi bawang merah mengaku kesulitan menjual hasil panennya. Ini terjadi lantaran bawang merah yang sedianya bisa diserap oleh Perum Bulog, malah ditolak oleh BUMN logistik pangan tersebut.
Sekretaris Perusahaan Bulog, Djoni Nur Ashari, mengungkapkan perusahaannya terpaksa menyetop pembelian bawang merah karena ada pedagang-pedagang nakal yang bermain dalam pengadaan bawang merah.
"Kita hentikan dulu pembelian bawang dari petani karena ternyata ada yang nakal. Kita tak mau rugi dalam penugasan ini," kata Djoni kepada detikFinance, Senin (30/5/2016).
Menurutnya, praktik nakal para pedagang sampai petani bervariasi. Salah satunya yakni mengoplos bawang basah dengan bawang yang sudah kering. Hal ini membuat berat dan kualitas barang yang dibeli Bulog tak sesuai harapan.
"Contohnya ada yang memasukkan bawang basah, di luar bawangnya kering. Barangnya juga rusak. Begitu kita angkut bawa ke Jakarta, ternyata baru 2 hari sudah rusak. Banyak yang nakal," ujar Djoni.
Menyoal banyaknya aksi spekulan dengan menumpuk bawang agar dibeli Bulog,dirinya tak mau berkomentar.
"Kita nggak mau tahu soal itu. Kita hanya ditugaskan pemerintah, tujuan kita juga hanya mau bantu petani," pungkas Djoni.
Bantah Beli Murah
Yang jelas, banyak petani menolak menjual bawangnya, karena Bulog menawar dengan harga yang terlalu murah, seperti yang terjadi di Brebes dan Nganjuk, Namun, Djoni berujar tak benar jika Bulog menawar harga terlalu rendah pada petani atau pedagang perantara.
Menurutnya, perusahaan telah memiliki standar harga yang menguntungkan Bulog sendiri dan juga petani.
"Yang jelas tugas kita stabilkan harga bawang merah. Macam-macam penentuannya, mulai dari tingkat kekeringan, sudah protolan (tanpa daun), dan lainnya. Masing-masing tak bisa pukul rata," katanya.
Djoni mencontohkan, untuk bawang kualitas super, Bulog mematok harga sebesar Rp 20.000/kg. Bawang tersebut kemudian dijual lagi dengan harga Rp 25.000/kg. Dengan standar harga tersebut, pihaknya telah melakukan pengadaan sebanyak 1.200 ton.
"Dari awal penugasan sampai sekarang kita sudah beli 1.200 ton. Yang sudah kita pasarkan totalnya ada 500 ton. Harga jual kita Rp 25.000/kg," pungkas Djoni.
(hns/hns)
http://finance.detik.com/read/2016/05/30/175559/3221185/4/hentikan-pembelian-bawang-merah-di-petani-bulog-ada-yang-nakal
Jakarta -Sejumlah petani di sentra produksi bawang merah mengaku kesulitan menjual hasil panennya. Ini terjadi lantaran bawang merah yang sedianya bisa diserap oleh Perum Bulog, malah ditolak oleh BUMN logistik pangan tersebut.
Sekretaris Perusahaan Bulog, Djoni Nur Ashari, mengungkapkan perusahaannya terpaksa menyetop pembelian bawang merah karena ada pedagang-pedagang nakal yang bermain dalam pengadaan bawang merah.
"Kita hentikan dulu pembelian bawang dari petani karena ternyata ada yang nakal. Kita tak mau rugi dalam penugasan ini," kata Djoni kepada detikFinance, Senin (30/5/2016).
Menurutnya, praktik nakal para pedagang sampai petani bervariasi. Salah satunya yakni mengoplos bawang basah dengan bawang yang sudah kering. Hal ini membuat berat dan kualitas barang yang dibeli Bulog tak sesuai harapan.
"Contohnya ada yang memasukkan bawang basah, di luar bawangnya kering. Barangnya juga rusak. Begitu kita angkut bawa ke Jakarta, ternyata baru 2 hari sudah rusak. Banyak yang nakal," ujar Djoni.
Menyoal banyaknya aksi spekulan dengan menumpuk bawang agar dibeli Bulog,dirinya tak mau berkomentar.
"Kita nggak mau tahu soal itu. Kita hanya ditugaskan pemerintah, tujuan kita juga hanya mau bantu petani," pungkas Djoni.
Bantah Beli Murah
Yang jelas, banyak petani menolak menjual bawangnya, karena Bulog menawar dengan harga yang terlalu murah, seperti yang terjadi di Brebes dan Nganjuk, Namun, Djoni berujar tak benar jika Bulog menawar harga terlalu rendah pada petani atau pedagang perantara.
Menurutnya, perusahaan telah memiliki standar harga yang menguntungkan Bulog sendiri dan juga petani.
"Yang jelas tugas kita stabilkan harga bawang merah. Macam-macam penentuannya, mulai dari tingkat kekeringan, sudah protolan (tanpa daun), dan lainnya. Masing-masing tak bisa pukul rata," katanya.
Djoni mencontohkan, untuk bawang kualitas super, Bulog mematok harga sebesar Rp 20.000/kg. Bawang tersebut kemudian dijual lagi dengan harga Rp 25.000/kg. Dengan standar harga tersebut, pihaknya telah melakukan pengadaan sebanyak 1.200 ton.
"Dari awal penugasan sampai sekarang kita sudah beli 1.200 ton. Yang sudah kita pasarkan totalnya ada 500 ton. Harga jual kita Rp 25.000/kg," pungkas Djoni.
(hns/hns)
http://finance.detik.com/read/2016/05/30/175559/3221185/4/hentikan-pembelian-bawang-merah-di-petani-bulog-ada-yang-nakal
Mensos Uji Coba Raskin Jadi Voucher Pangan
Senin, 30 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan wacana perubahan beras miskin (raskin) atau beras sejahtera (rastra) menjadi voucher pangan akan diuji coba di 100 titik.
"Uji coba akan dilakukan di 100 titik, karena tidak bisa semua. Terutama di kota-kota besar," kata Mensos, Senin (30/5).
Dia mengatakan, dipilihnya kota-kota besar karena sarana dan prasarana untuk pemberlakuan voucher pangan sudah cukup mendukung seperti banyaknya toko kelontong dan ada lembaga keuangan mikro.
"Terbayang tidak bagaimana kalau di pulau-pulau kecil lewat apa. Jadi kita uji coba di 100 titik dulu," tambah dia.
Selama ini rastra atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan raskin dibagikan dalam bentuk beras kepada warga miskin yang menjadi penerima program subsidi pangan tersebut. Setiap penerima mendapatkan 15 kilogram beras kualitas medium tiap bulan dengan menebus Rp1.600 per kilogram.
Sebelumnya Deputi III Kantor Staf Kepresidenan Denni Puspa Purbasari mengemukakan, pemerintah mewacanakan pengubahan rastra dengan sistem voucher pangan yang dinilai bakal memberikan gizi yang lebih seimbang bagi masyarakat miskin di Tanah Air.
"Raskin ingin kita ubah dengan cara memberdayakan rakyat, khususnya rumah tangga masyakat miskin," katamya.
Menurut dia, konsep voucher pangan tersebut rencananya diberikan dengan nilai tertentu setiap bulan, dan rencananya bisa dibeli untuk pangan apa saja, tetapi secara eksplisit disebutkan beras dan telur.
Ia memastikan akan ada proses registrasi yang layak dan diharapkan pula akan ada banyak pedagang yang berpartisipasi sebagai tempat untuk me-redeem (menukar) voucher yang dimiliki rakyat miskin tersebut.
Dia juga menuturkan, payung hukumnya sedang disiapkan dan diharapkan bakal ada peraturan presiden (Perpres) untuk ini, serta kebijakan ini bakal dipimpin Menko Perekonomian serta dibantu menko-menko lainnya sehingga ini akan menjadi pekerjaan bersama, bukan hanya satu-dua kementerian.
Sumber : antara
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/05/30/o7zaic335-mensos-uji-coba-raskin-jadi-voucher-pangan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan wacana perubahan beras miskin (raskin) atau beras sejahtera (rastra) menjadi voucher pangan akan diuji coba di 100 titik.
"Uji coba akan dilakukan di 100 titik, karena tidak bisa semua. Terutama di kota-kota besar," kata Mensos, Senin (30/5).
Dia mengatakan, dipilihnya kota-kota besar karena sarana dan prasarana untuk pemberlakuan voucher pangan sudah cukup mendukung seperti banyaknya toko kelontong dan ada lembaga keuangan mikro.
"Terbayang tidak bagaimana kalau di pulau-pulau kecil lewat apa. Jadi kita uji coba di 100 titik dulu," tambah dia.
Selama ini rastra atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan raskin dibagikan dalam bentuk beras kepada warga miskin yang menjadi penerima program subsidi pangan tersebut. Setiap penerima mendapatkan 15 kilogram beras kualitas medium tiap bulan dengan menebus Rp1.600 per kilogram.
Sebelumnya Deputi III Kantor Staf Kepresidenan Denni Puspa Purbasari mengemukakan, pemerintah mewacanakan pengubahan rastra dengan sistem voucher pangan yang dinilai bakal memberikan gizi yang lebih seimbang bagi masyarakat miskin di Tanah Air.
"Raskin ingin kita ubah dengan cara memberdayakan rakyat, khususnya rumah tangga masyakat miskin," katamya.
Menurut dia, konsep voucher pangan tersebut rencananya diberikan dengan nilai tertentu setiap bulan, dan rencananya bisa dibeli untuk pangan apa saja, tetapi secara eksplisit disebutkan beras dan telur.
Ia memastikan akan ada proses registrasi yang layak dan diharapkan pula akan ada banyak pedagang yang berpartisipasi sebagai tempat untuk me-redeem (menukar) voucher yang dimiliki rakyat miskin tersebut.
Dia juga menuturkan, payung hukumnya sedang disiapkan dan diharapkan bakal ada peraturan presiden (Perpres) untuk ini, serta kebijakan ini bakal dipimpin Menko Perekonomian serta dibantu menko-menko lainnya sehingga ini akan menjadi pekerjaan bersama, bukan hanya satu-dua kementerian.
Sumber : antara
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/05/30/o7zaic335-mensos-uji-coba-raskin-jadi-voucher-pangan
Senin, 30 Mei 2016
Warga Kalanganyar Keluhkan Kualitas Raskin
SENIN, 30 MEI 2016
RANGKASBITUNG - Kualitas beras untuk rakyat miskin yang diterima warga di Desa Sukamekarsari, Kecamatan Rangkasbitung dikeluhkan. Hal itu terjadi karena raskin yang didistribusikan melalui aparat desa ke masing-masing warga di sejumlah kampung, kualitasnya kurang baik.
Hadi Susanto, Ketua RW 09 Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, membenarkan bila kualitas raskin yang diterima warganya kurang baik. Bahkan secara kasat mata, raskin yang sudah didistribusikan kepada warganya berwarna kekuning-kuningan.
“Saat berasnya mulai didistribusikan, saya sedang di perjalanan. Setibanya di rumah, banyak warga yang melapor kondisi berasnya berwarna kuning. Agar tidak segera dimasak, serta bisa dikembalikan lagi ke pihak Sub Bulog Divre Lebak-Pandeglang, saya diperintahkan agar warga segera mengumpulkan kembali raskin tersebut,” ujar Hadi kepada Banten Raya, Minggu (29/5).
Ditambahkannya, agar kondisi raskin tersebut diketahui pegawai Kecamatan Kalanganyar, Hadi menginformasikannya ke kepala Desa Kalanganyar. “Hari ini (kemarin-red) saya sudah menginformasikan ke kepala desa,”ungkap Hadi Santoso.
Kasubag Sarana dan Pembinaan Perekonomian Rakyat Bidang Administrasi Perekonomian Pemkab Lebak Dani Hendarman mengatakan, bila benar kulitasnya kurang baik, maka raskin yang sudah beradah di Desa Sukamekarsar segera dikumpulkan untuk ditukar ke Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang.
“Bila benar kualitasnya kurang baik, jangan didistribusikan kepada warga Lebih baik disimpan di kantor desa, selanjutnya dilaporkan ke Bulog,” kata Dani Hendarman.Terpisah, Kepala Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang Retno Horison tidak dapat dihubungi. Pesan singkat yang dikirim Banten Raya pun tidak dibalas. (hudaya)
http://bantenraya.com/banten-raya/lebak/20506-warga-karanganyar-keluhkan-kualitas-raskin
RANGKASBITUNG - Kualitas beras untuk rakyat miskin yang diterima warga di Desa Sukamekarsari, Kecamatan Rangkasbitung dikeluhkan. Hal itu terjadi karena raskin yang didistribusikan melalui aparat desa ke masing-masing warga di sejumlah kampung, kualitasnya kurang baik.
Hadi Susanto, Ketua RW 09 Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, membenarkan bila kualitas raskin yang diterima warganya kurang baik. Bahkan secara kasat mata, raskin yang sudah didistribusikan kepada warganya berwarna kekuning-kuningan.
“Saat berasnya mulai didistribusikan, saya sedang di perjalanan. Setibanya di rumah, banyak warga yang melapor kondisi berasnya berwarna kuning. Agar tidak segera dimasak, serta bisa dikembalikan lagi ke pihak Sub Bulog Divre Lebak-Pandeglang, saya diperintahkan agar warga segera mengumpulkan kembali raskin tersebut,” ujar Hadi kepada Banten Raya, Minggu (29/5).
Ditambahkannya, agar kondisi raskin tersebut diketahui pegawai Kecamatan Kalanganyar, Hadi menginformasikannya ke kepala Desa Kalanganyar. “Hari ini (kemarin-red) saya sudah menginformasikan ke kepala desa,”ungkap Hadi Santoso.
Kasubag Sarana dan Pembinaan Perekonomian Rakyat Bidang Administrasi Perekonomian Pemkab Lebak Dani Hendarman mengatakan, bila benar kulitasnya kurang baik, maka raskin yang sudah beradah di Desa Sukamekarsar segera dikumpulkan untuk ditukar ke Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang.
“Bila benar kualitasnya kurang baik, jangan didistribusikan kepada warga Lebih baik disimpan di kantor desa, selanjutnya dilaporkan ke Bulog,” kata Dani Hendarman.Terpisah, Kepala Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang Retno Horison tidak dapat dihubungi. Pesan singkat yang dikirim Banten Raya pun tidak dibalas. (hudaya)
http://bantenraya.com/banten-raya/lebak/20506-warga-karanganyar-keluhkan-kualitas-raskin
Basuki Minta Bulog Perbaiki Kualitas Raskin
SENIN, 30 MEI 2016
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk memperbaiki kualitas beras miskin (raskin). Selama ini masyarakat mengeluhkan kualitas beras yang sangat buruk, sehingga tidak dapat dikonsumsi.
"Raskin kita jelek mutunya, harus kirim surat ke Bulog untuk mempebaiki kualitasnya agar lebih baik," kata Basuki, saat rapat pimpinan (rapim) di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (30/5).
Basuki menilai, warga tidak akan keberatan dengan kenaikan harga raskin, asal kualitasnya dinaikan. Ia mengusulkan harga raskin naik menjadi Rp 2.000 atau Rp 2.500 per liternya. Saat ini harga raskin per liter hanya Rp 1.600 saja.
"Saya yakin warga tidak keberatan membayar Rp 2.500 per liter tapi mutu baik. Dari pada Rp 1.600 tapi mutu jelek," ujarnya.
Selain kualitas raskin, Basuki juga ingin memperbaiki distribusinya. Karena selama ini pembagian raskin dinilai kurang maksimal. Rencananya distribusi akan diserahkan kepada PT Tjipinang Food Station.
"Raskin itu pembagiannya ngaco, banyak yang tidak tepat sasaran. Banyak warga miskin yang tidak dapat. Penyaluran raskin tidak pernah dapat target. Ke depan akan dikendalikan oleh Food Station. Kami ubah polanya," tandasnya.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk memperbaiki kualitas beras miskin (raskin). Selama ini masyarakat mengeluhkan kualitas beras yang sangat buruk, sehingga tidak dapat dikonsumsi.
"Raskin kita jelek mutunya, harus kirim surat ke Bulog untuk mempebaiki kualitasnya agar lebih baik," kata Basuki, saat rapat pimpinan (rapim) di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (30/5).
Basuki menilai, warga tidak akan keberatan dengan kenaikan harga raskin, asal kualitasnya dinaikan. Ia mengusulkan harga raskin naik menjadi Rp 2.000 atau Rp 2.500 per liternya. Saat ini harga raskin per liter hanya Rp 1.600 saja.
"Saya yakin warga tidak keberatan membayar Rp 2.500 per liter tapi mutu baik. Dari pada Rp 1.600 tapi mutu jelek," ujarnya.
Selain kualitas raskin, Basuki juga ingin memperbaiki distribusinya. Karena selama ini pembagian raskin dinilai kurang maksimal. Rencananya distribusi akan diserahkan kepada PT Tjipinang Food Station.
"Raskin itu pembagiannya ngaco, banyak yang tidak tepat sasaran. Banyak warga miskin yang tidak dapat. Penyaluran raskin tidak pernah dapat target. Ke depan akan dikendalikan oleh Food Station. Kami ubah polanya," tandasnya.
Bulog Stop Pembelian
Minggu, 29 Mei 2016
Harga Kontrak Diturunkan secara Sepihak Oleh Bulog
NGANJUK, KOMPAS — Sebanyak 54 ton bawang merah milik petani di Ngajuk, Jawa Timur, menumpuk karena tidak dibeli Bulog. Bawang merah itu seharusnya sudah diberangkatkan ke daerah tujuan sesuai arahan Bulog pada Jumat (27/5). Namun hingga Sabtu (28/5), tidak ada kepastian sehingga pedagang menanggung kerugian.
Sebelum berhenti membeli bawang merah petani, kata Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Jatim, Akad, di Nganjuk, sejak Rabu (25/5), harga kontrak pembelian diturunkan sepihak oleh Bulog dari Rp 20.000 menjadi Rp 18.540 per kilogram (kg).
"Barang sudah dikemas dalam karung masing-masing 50 kg, tetapi tidak jadi berangkat. Padahal itu pembelian terakhir dari Bulog," kata Akad yang bingung mencarikan pembeli lain sebelum bawang itu membusuk.
Menurut Akad, pengadaan bawang merah dengan harga tebus Rp 18.450 per kg merupakan yang kedua kali. Sebelumnya, Rabu sudah dibeli Bulog sebanyak 54 ton diangkut 9 truk.
"Giliran bawang merah siap berangkat sebanyak 54 ton, Bulog tidak mau bayar dan membuat keputusan sepihak. Semua pejabat Bulog tiba-tiba tidak bisa dikontak sehingga kami harus cari pembeli lain," ujar Akad.
Padahal, kata Akad, Jatim telah menyiapkan 617 hektar dari 1.200 hektar lahan tanaman bawang merah yang akan diserap Bulog. Jadi, khusus dari Jatim, Bulog bisa menyerap 6.170 ton atau 10 ton per hektar.
Dibahas Bulog
Menanggapi keluhan petani, Kepala Bulog Divre Jatim Witono mengatakan, Bulog masih rapat membahas terkait operasi pasar bawang merah. Pembelian sementara ini dihentikan sampai ada petunjuk lebih lanjut.
Stok bawang merah yang dipasok dari di Bima (Nusa Tenggara Barat), Brebes (Jawa Tengah) serta Malang, Nganjuk, dan Probolinggo (Jatim) menumpuk di gudang Bulog di Jakarta. Bawang merah itu sulit dipasarkan karena harga terus menurun.
Jadi, sambil menunggu pemasaran stok yang sudah ada, pembelian sesuai instruksi pusat distop. Kendati demikian, pembelian untuk operasi pasar (OP) bawang merah petani di Jatim masih dibeli, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Harga turun
OP bawang merah yang dilakukan di sejumlah wilayah, ditambah adanya panen raya di beberapa daerah sentra penghasil bawang merah, membuat harga turun.
Sekretaris Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Ikhwan Arif, Sabtu, mengatakan, sejak sepekan lalu harga bawang merah cenderung turun. Saat ini, harga bawang merah di tingkat petani Rp 16.000 per kg. Di Pasar Kramat Jati, Jakarta, harga bawang merah sekitar Rp 19.000 per kg. Harga bawang merah antarpulau yang dikirim dari Brebes ke Sumatera sekitar Rp 22.000 per kg.
Harga itu terus turun sejak sepekan lalu yang dikirim ke Pasar Kramat Jati Rp 25.000 per kg, sedangkan harga dari Brebes yang dikirim ke Sumatera atau pulau lain Rp 27.000 per kg.
Di Kabupaten Tegal, harga bawang merah juga berangsur turun pasca pelaksanaan OP. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tegal Bambang Susanto mengatakan, pasca OP harga bawang merah turun dari Rp 40.000 per kg kini sekitar Rp 32.000 per kg.
Penurunan harga juga dirasakan di Serang, Banten. Lasiah (52), pedagang di Pasar Lama, Serang, Sabtu, mengatakan, harga bawang merah saat ini Rp 40.000 per kg. Sebelumnya, Rp 45.000 per kg. "Meski berfluktuasi, harga terus turun sejak dua pekan lalu," katanya.
Harga kebutuhan biasanya naik menjelang bulan puasa. Namun, harga bawang merah turun karena persediaan memadai. Jika hujan sering turun, apalagi banjir melanda sejumlah daerah, bawang mudah busuk. Saat ini, tidak banyak daerah yang dilanda banjir. (ETA/BAY/WIE/COK)
http://print.kompas.com/baca/2016/05/29/Bulog-Stop-Pembelian
Harga Kontrak Diturunkan secara Sepihak Oleh Bulog
NGANJUK, KOMPAS — Sebanyak 54 ton bawang merah milik petani di Ngajuk, Jawa Timur, menumpuk karena tidak dibeli Bulog. Bawang merah itu seharusnya sudah diberangkatkan ke daerah tujuan sesuai arahan Bulog pada Jumat (27/5). Namun hingga Sabtu (28/5), tidak ada kepastian sehingga pedagang menanggung kerugian.
Sebelum berhenti membeli bawang merah petani, kata Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Jatim, Akad, di Nganjuk, sejak Rabu (25/5), harga kontrak pembelian diturunkan sepihak oleh Bulog dari Rp 20.000 menjadi Rp 18.540 per kilogram (kg).
"Barang sudah dikemas dalam karung masing-masing 50 kg, tetapi tidak jadi berangkat. Padahal itu pembelian terakhir dari Bulog," kata Akad yang bingung mencarikan pembeli lain sebelum bawang itu membusuk.
Menurut Akad, pengadaan bawang merah dengan harga tebus Rp 18.450 per kg merupakan yang kedua kali. Sebelumnya, Rabu sudah dibeli Bulog sebanyak 54 ton diangkut 9 truk.
"Giliran bawang merah siap berangkat sebanyak 54 ton, Bulog tidak mau bayar dan membuat keputusan sepihak. Semua pejabat Bulog tiba-tiba tidak bisa dikontak sehingga kami harus cari pembeli lain," ujar Akad.
Padahal, kata Akad, Jatim telah menyiapkan 617 hektar dari 1.200 hektar lahan tanaman bawang merah yang akan diserap Bulog. Jadi, khusus dari Jatim, Bulog bisa menyerap 6.170 ton atau 10 ton per hektar.
Dibahas Bulog
Menanggapi keluhan petani, Kepala Bulog Divre Jatim Witono mengatakan, Bulog masih rapat membahas terkait operasi pasar bawang merah. Pembelian sementara ini dihentikan sampai ada petunjuk lebih lanjut.
Stok bawang merah yang dipasok dari di Bima (Nusa Tenggara Barat), Brebes (Jawa Tengah) serta Malang, Nganjuk, dan Probolinggo (Jatim) menumpuk di gudang Bulog di Jakarta. Bawang merah itu sulit dipasarkan karena harga terus menurun.
Jadi, sambil menunggu pemasaran stok yang sudah ada, pembelian sesuai instruksi pusat distop. Kendati demikian, pembelian untuk operasi pasar (OP) bawang merah petani di Jatim masih dibeli, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Harga turun
OP bawang merah yang dilakukan di sejumlah wilayah, ditambah adanya panen raya di beberapa daerah sentra penghasil bawang merah, membuat harga turun.
Sekretaris Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Ikhwan Arif, Sabtu, mengatakan, sejak sepekan lalu harga bawang merah cenderung turun. Saat ini, harga bawang merah di tingkat petani Rp 16.000 per kg. Di Pasar Kramat Jati, Jakarta, harga bawang merah sekitar Rp 19.000 per kg. Harga bawang merah antarpulau yang dikirim dari Brebes ke Sumatera sekitar Rp 22.000 per kg.
Harga itu terus turun sejak sepekan lalu yang dikirim ke Pasar Kramat Jati Rp 25.000 per kg, sedangkan harga dari Brebes yang dikirim ke Sumatera atau pulau lain Rp 27.000 per kg.
Di Kabupaten Tegal, harga bawang merah juga berangsur turun pasca pelaksanaan OP. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tegal Bambang Susanto mengatakan, pasca OP harga bawang merah turun dari Rp 40.000 per kg kini sekitar Rp 32.000 per kg.
Penurunan harga juga dirasakan di Serang, Banten. Lasiah (52), pedagang di Pasar Lama, Serang, Sabtu, mengatakan, harga bawang merah saat ini Rp 40.000 per kg. Sebelumnya, Rp 45.000 per kg. "Meski berfluktuasi, harga terus turun sejak dua pekan lalu," katanya.
Harga kebutuhan biasanya naik menjelang bulan puasa. Namun, harga bawang merah turun karena persediaan memadai. Jika hujan sering turun, apalagi banjir melanda sejumlah daerah, bawang mudah busuk. Saat ini, tidak banyak daerah yang dilanda banjir. (ETA/BAY/WIE/COK)
http://print.kompas.com/baca/2016/05/29/Bulog-Stop-Pembelian
Bulog Terapkan Serap-Distribusi Bawang Merah Secara Bergulir
MInggu, 29 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog terus melakukan penyerapan dan distribusi untuk komoditas bawang merah secara bergulir. Penyerapan bawang merah menyasar sejumlah sentra produksi meliputi Bima, Malang, Nganjuk, Kendal, Cirebon, dan Garut.
"Penyerapan terus dilakukan sesuai perkembangan harga," kata Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu, Ahad (29/5). Bawang merah petani dibeli dengan harga Rp 20 ribu per kilogram dan dijual kembali ke pasar dengan harga maksimal Rp 25 ribu per kilogram.
Penyebaran bawang merah hasil penyerapan dari petani dilakukan bersama dengan distribusi beras, daging sapi, dan gula pasir. Kegiatan tersebut berlangsung sejak 15 Mei 2016 hingga kini. Wilayah sasaran distribusi bawang yakni Jabodetabek, Surabaya, Semarang, dan Medan.
Operasi Pasar (OP) merupakan bagian dari upaya pemerintah menstabilkan harga. Seperti diketahui, harga bawang merah sempat melonjak di kisaran Rp 45 ribu per kilogram jelang Ramadhan. Data dari infopangan.jakarta.go.id per Ahad (29/5), harga bawang merah rata-rata di Jakarta yakni Rp 40.512 per kilogram atau turun Rp 419 dari harga bawang hari sebelumnya.
Wahyu menyebut, OP Bulog cukup berpengaruh dan berhasil menurunkan harga bawang hingga Rp 40 ribu per kilogram. Namun, instrumen pengendalian harga bukan hanya mengandalkan OP. Impor bawang merupakan salah satu strategi lainnya, tetapi untuk alasannya dapat ditanya langsung kepada pemerintah selaku pemberi mandat.
Ia menegaskan, impor bawang merah sama sekali tidak berkaitan dengan kinerja penyerapan-distribusi bawang oleh Bulog. Kegiatan impor merupakan keputusan pemerintah yang di dalamnya meliputi Kementerian Pertanian, Perdagangan, Perindustrian, BUMN, dan kementerian koordinator. "Dalam menginstruksikan impor, pemerintah baiknya satu suara," ujarnya.
Kapasitas gudang Bulog memadai untuk menyerap bawang. Infrastruktur distribusi pun berupaya dilengkapi agar bawang sampai ke konsumen dengan harga yang stabil. Namun, Bulog tidak menyerap seluruh bawang hasil panen petani.
"Tidak mesti seluruh bawang harus diserap Bulog, sudah ada mekanisme pasar, tapi Bulog harus selalu siap pasokan jika rantai pasok dan distribusi bermasalah," tuturnya. Dengan cara apa pun, ia berharap upaya pemerintah menstabilkan harga bawang berhasil sehingga dapat meredam keresahan di kalangan petani dan konsumen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog terus melakukan penyerapan dan distribusi untuk komoditas bawang merah secara bergulir. Penyerapan bawang merah menyasar sejumlah sentra produksi meliputi Bima, Malang, Nganjuk, Kendal, Cirebon, dan Garut.
"Penyerapan terus dilakukan sesuai perkembangan harga," kata Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu, Ahad (29/5). Bawang merah petani dibeli dengan harga Rp 20 ribu per kilogram dan dijual kembali ke pasar dengan harga maksimal Rp 25 ribu per kilogram.
Penyebaran bawang merah hasil penyerapan dari petani dilakukan bersama dengan distribusi beras, daging sapi, dan gula pasir. Kegiatan tersebut berlangsung sejak 15 Mei 2016 hingga kini. Wilayah sasaran distribusi bawang yakni Jabodetabek, Surabaya, Semarang, dan Medan.
Operasi Pasar (OP) merupakan bagian dari upaya pemerintah menstabilkan harga. Seperti diketahui, harga bawang merah sempat melonjak di kisaran Rp 45 ribu per kilogram jelang Ramadhan. Data dari infopangan.jakarta.go.id per Ahad (29/5), harga bawang merah rata-rata di Jakarta yakni Rp 40.512 per kilogram atau turun Rp 419 dari harga bawang hari sebelumnya.
Wahyu menyebut, OP Bulog cukup berpengaruh dan berhasil menurunkan harga bawang hingga Rp 40 ribu per kilogram. Namun, instrumen pengendalian harga bukan hanya mengandalkan OP. Impor bawang merupakan salah satu strategi lainnya, tetapi untuk alasannya dapat ditanya langsung kepada pemerintah selaku pemberi mandat.
Ia menegaskan, impor bawang merah sama sekali tidak berkaitan dengan kinerja penyerapan-distribusi bawang oleh Bulog. Kegiatan impor merupakan keputusan pemerintah yang di dalamnya meliputi Kementerian Pertanian, Perdagangan, Perindustrian, BUMN, dan kementerian koordinator. "Dalam menginstruksikan impor, pemerintah baiknya satu suara," ujarnya.
Kapasitas gudang Bulog memadai untuk menyerap bawang. Infrastruktur distribusi pun berupaya dilengkapi agar bawang sampai ke konsumen dengan harga yang stabil. Namun, Bulog tidak menyerap seluruh bawang hasil panen petani.
"Tidak mesti seluruh bawang harus diserap Bulog, sudah ada mekanisme pasar, tapi Bulog harus selalu siap pasokan jika rantai pasok dan distribusi bermasalah," tuturnya. Dengan cara apa pun, ia berharap upaya pemerintah menstabilkan harga bawang berhasil sehingga dapat meredam keresahan di kalangan petani dan konsumen.
PKS Bongkar Indikasi Kecurangan Impor Bawang yang Dilakukan Menteri Jokowi
Minggu, 29 Mei 2016
Menteri BUMN Rini Soemarno disebut-sebut paling ngotot impor bawang merah sebanyak 2.500 hingga 5.000 ton. Alasannya demi menstabilkan harga.
Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasludin menyebutkan bahwa Menteri Rini lah yang menganjurkan agar impor bawang merah dibuka. Agar harga bawang merah di pasaran yang kini masih tinggi, bisa turun ke angka normal.
Desakan dari Menteri Rini, kata politisi PKS ini, sudah disampaikan kepada Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam rapat koordinasi terbatas atau Rakortas yang membahas harga pangan.
"Oh iya itu kan hasil rapat terbatas. Dalam hal ini Menteri Rini dapat tugas melakukan impor lewat Perum Bulog," kata Akmal, Sabtu, 28 Mei 2016 seperti dirilis Inilahcom.
Akmal bercerita, dalam rakortas tersebut, Menteri BUMN dan Menko Darmin mendorong Presiden Jokowi untuk membuka keran impor bawang merah. Kalau tidak segera dibuka maka harga bawang merah dikhawatirkan terus naik. Apalagi menjelang Bulan Puasa dan Lebaran, di mana harga barang selalu naik.
Lalu di mana posisi Kementerian Pertanian? Masih kata politisi asal Makassar, Sulawesi Selatan ini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman merasa keberatan dengan rencana tersebut. Lantaran, stok bawang merah di dalam negeri masih cukup.
Perihal naiknya harga bawang merah, lanjut Akmal, bisa jadi bukan disebabkan oleh minimnya persediaan. Namun akibat masih panjangnya rantai distribusi.
"Ini kan jadi tidak ketemu, datanya di mana. Katanya kita harus percaya Badan Pusat Statistik (BPS) yang bilang surplus. Kok sekarang pemerintah yang enggak percaya sama BPS. Berarti memang ada masalah di importasi bawang ini," paparnya.
Akmal mengatakan, dibukanya impor bawang merah, jelas-jelas akan merugikan petani bawang yang jumlahnya lebih dari sejuta orang. Apalagi saat ini, sejumlah daerah memasuki masa panen bawang merah.
"Jelas ini kegagalan pemerintah, tidak memiliki koordinasi yang baik antar instansinya," kata Akmal.
Sebelumnya, Ketua Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dewan Bawang Nasional (Debnas) Amin Kartiawan Danopa mengatakan, Menteri Rini yang paling ngotot terkait kebijakan impor bawang merah
tersebut.
"Terkesan kuat adanya skenario agar bawang merah yang diserap Perum Bulog, volumenya tak banyak. Selanjutnya ada alasan untuk impor. Ini kan jelas-jelas ingin membunuh petani bawang," ungkapnya.
Amin bilang, Menteri Rini-lah yang menetapkan harga pembelian bawang merah dari petani oleh Perum Bulog. Dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas), Debnas mengusulkan harga Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram. Selanjutnya disepakati Rp 25 ribu per kilogram. Tiba-tiba, Menteri Rini memerintahkan Perum Bulog menggunakan harga Rp 20 ribu per kilogram.
"Akibatnya, petani bawang harus merugi besar-besaran. Saat ini, tren harga bawang melorot drastis di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram," papar Amin.
Dalam hal ini, lanjut Amin, campur tangan Menteri Rini di komoditas bawang merah, layak dipertanyakan. Bisa jadi memang ada skenario untuk memuluskan impor bawang.
"Kita sedang kumpulkan data dan informasi terkait hal ini," tegasnya.
Asal tahu saja, produksi bawang merah nasional, berdasarkan catatan Kementerian Pertanian mencapai 241.600 ton. Angka ini diatas kebutuhan nasional sebesar 175.600 ton. Artinya ada surplus stok 66 ribu ton.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pertanian Amran Sulaiman hanya tersenyum saat ditanya soal stok bawang merah yang sudah tiga hari tersimpan di gudang milik Perum Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Susah ini menjawab pertanyaannya," kata Mentan Amran kepada wartawan di Rumah Dinas Gubernur Sumatera Barat, Padang, Sumatera Barat, Jumat, 27 Mei 2016.
Mentan Amran bersyukur jika persediaan bawang merah, ternyata masih tersimpan rapi di gudang Perum Bulog. Selanjutnya dia berjanji tidak akan ceroboh dan berhati-hati agar harga pangan bisa lebih terkendali.
"Bapak Presiden perintahkan supaya berjaga-jaga dan berhati hati. Agar, ketika saudara-saudara kita yang menjalankan ibadah Puasa di Bulan nan Suci Ramadan, bisa lebih tenang dan nyaman. Karena harga bawang merah dijaga tak boleh lebih dari Rp 25 ribu per kilogram," papar Mentan Amran.
Sekedar informasi saja, sebanyak 34 truk yang mengangkut 1.240 ton bawang merah asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah tiba di Gudang Bulog di Kelapa Gading, sejak 25 Mei 2016.
Selain 1.240 ton bawang merah itu, Direktur Jenderal Holtikultura, Spudnik Sujono mengatakan jika masih banyak persediaan bawang merah dari serapan petani yang bakal masuk ke gudang Bulog.
Nah, aneh kan bila pemerintah justru ngotot membuka impor bawang merah sebanyak 2.500 ton hingga 5.000 ton. Mungkinkah impor yang dipaksakan ini terjadi karena fee-nya menarik?
Menteri BUMN Rini Soemarno disebut-sebut paling ngotot impor bawang merah sebanyak 2.500 hingga 5.000 ton. Alasannya demi menstabilkan harga.
Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasludin menyebutkan bahwa Menteri Rini lah yang menganjurkan agar impor bawang merah dibuka. Agar harga bawang merah di pasaran yang kini masih tinggi, bisa turun ke angka normal.
Desakan dari Menteri Rini, kata politisi PKS ini, sudah disampaikan kepada Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam rapat koordinasi terbatas atau Rakortas yang membahas harga pangan.
"Oh iya itu kan hasil rapat terbatas. Dalam hal ini Menteri Rini dapat tugas melakukan impor lewat Perum Bulog," kata Akmal, Sabtu, 28 Mei 2016 seperti dirilis Inilahcom.
Akmal bercerita, dalam rakortas tersebut, Menteri BUMN dan Menko Darmin mendorong Presiden Jokowi untuk membuka keran impor bawang merah. Kalau tidak segera dibuka maka harga bawang merah dikhawatirkan terus naik. Apalagi menjelang Bulan Puasa dan Lebaran, di mana harga barang selalu naik.
Lalu di mana posisi Kementerian Pertanian? Masih kata politisi asal Makassar, Sulawesi Selatan ini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman merasa keberatan dengan rencana tersebut. Lantaran, stok bawang merah di dalam negeri masih cukup.
Perihal naiknya harga bawang merah, lanjut Akmal, bisa jadi bukan disebabkan oleh minimnya persediaan. Namun akibat masih panjangnya rantai distribusi.
"Ini kan jadi tidak ketemu, datanya di mana. Katanya kita harus percaya Badan Pusat Statistik (BPS) yang bilang surplus. Kok sekarang pemerintah yang enggak percaya sama BPS. Berarti memang ada masalah di importasi bawang ini," paparnya.
Akmal mengatakan, dibukanya impor bawang merah, jelas-jelas akan merugikan petani bawang yang jumlahnya lebih dari sejuta orang. Apalagi saat ini, sejumlah daerah memasuki masa panen bawang merah.
"Jelas ini kegagalan pemerintah, tidak memiliki koordinasi yang baik antar instansinya," kata Akmal.
Sebelumnya, Ketua Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dewan Bawang Nasional (Debnas) Amin Kartiawan Danopa mengatakan, Menteri Rini yang paling ngotot terkait kebijakan impor bawang merah
tersebut.
"Terkesan kuat adanya skenario agar bawang merah yang diserap Perum Bulog, volumenya tak banyak. Selanjutnya ada alasan untuk impor. Ini kan jelas-jelas ingin membunuh petani bawang," ungkapnya.
Amin bilang, Menteri Rini-lah yang menetapkan harga pembelian bawang merah dari petani oleh Perum Bulog. Dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas), Debnas mengusulkan harga Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram. Selanjutnya disepakati Rp 25 ribu per kilogram. Tiba-tiba, Menteri Rini memerintahkan Perum Bulog menggunakan harga Rp 20 ribu per kilogram.
"Akibatnya, petani bawang harus merugi besar-besaran. Saat ini, tren harga bawang melorot drastis di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram," papar Amin.
Dalam hal ini, lanjut Amin, campur tangan Menteri Rini di komoditas bawang merah, layak dipertanyakan. Bisa jadi memang ada skenario untuk memuluskan impor bawang.
"Kita sedang kumpulkan data dan informasi terkait hal ini," tegasnya.
Asal tahu saja, produksi bawang merah nasional, berdasarkan catatan Kementerian Pertanian mencapai 241.600 ton. Angka ini diatas kebutuhan nasional sebesar 175.600 ton. Artinya ada surplus stok 66 ribu ton.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pertanian Amran Sulaiman hanya tersenyum saat ditanya soal stok bawang merah yang sudah tiga hari tersimpan di gudang milik Perum Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Susah ini menjawab pertanyaannya," kata Mentan Amran kepada wartawan di Rumah Dinas Gubernur Sumatera Barat, Padang, Sumatera Barat, Jumat, 27 Mei 2016.
Mentan Amran bersyukur jika persediaan bawang merah, ternyata masih tersimpan rapi di gudang Perum Bulog. Selanjutnya dia berjanji tidak akan ceroboh dan berhati-hati agar harga pangan bisa lebih terkendali.
"Bapak Presiden perintahkan supaya berjaga-jaga dan berhati hati. Agar, ketika saudara-saudara kita yang menjalankan ibadah Puasa di Bulan nan Suci Ramadan, bisa lebih tenang dan nyaman. Karena harga bawang merah dijaga tak boleh lebih dari Rp 25 ribu per kilogram," papar Mentan Amran.
Sekedar informasi saja, sebanyak 34 truk yang mengangkut 1.240 ton bawang merah asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah tiba di Gudang Bulog di Kelapa Gading, sejak 25 Mei 2016.
Selain 1.240 ton bawang merah itu, Direktur Jenderal Holtikultura, Spudnik Sujono mengatakan jika masih banyak persediaan bawang merah dari serapan petani yang bakal masuk ke gudang Bulog.
Nah, aneh kan bila pemerintah justru ngotot membuka impor bawang merah sebanyak 2.500 ton hingga 5.000 ton. Mungkinkah impor yang dipaksakan ini terjadi karena fee-nya menarik?
Lagi, Beras Busuk Ditemukan di Kabupaten Lebak
Minggu, 29 Mei 2016
LEBAK, TitikNOL - Janji Badan urusan logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Lebak - Pandeglang, yang menjamin tidak akan ada lagi beras kualitas buruk yang disalurkan kepada masyarakat sebagai penerima hanya isapan jempol belaka.
Faktanya, beras yang disalurkan ke wilayah kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, masih terdapat beras kualitas busuk (berwarna kuning dan bau)
Baca juga: Kualitas Raskin Buruk, Warga di Lebak Ancam Demo Bulog
"Beras itu diterima ibu saya kemarin (Sabtu, 28/5/2016), berasnya berwarna kuning dan bau," ujar Indra, salah seorang warga Komplek BTN Pepabri, Kampung Pariuk, Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, Minggu (29/5/2016) kepada TitikNOL.
Ia menduga, beras kualitas busuk yang diterima keluarganya juga sudah tersalurkan kepada warga lainnya di wilayah RT setempat, dengan jumlah mencapai 33 karung.
Baca juga: Terkait Raskin Busuk, DPRD Lebak akan Sidak Bulog
"Kan beras yang disalurkan untuk di wilayah RT ini, jadi kemungkinan yang diterima warga lainnya tetap sama kualitasnya busuk, karena warga juga banyak membicarakan beras yang diterimanya bau," imbuhnya.
Sementara itu, Renato Horison, Kasub Divre Bulog Lebak - Pandeglang, saat dihubungi, berjanji akan segera melakukan pengecekan ke lokasi yang di infokan masih ada beras kualitas busuk.
"Terimakasih informasinya pak, akan kami segera tindaklanjuti," ujar Renato melalui pesan singkatnya. (Gun/red)
LEBAK, TitikNOL - Janji Badan urusan logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Lebak - Pandeglang, yang menjamin tidak akan ada lagi beras kualitas buruk yang disalurkan kepada masyarakat sebagai penerima hanya isapan jempol belaka.
Faktanya, beras yang disalurkan ke wilayah kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, masih terdapat beras kualitas busuk (berwarna kuning dan bau)
Baca juga: Kualitas Raskin Buruk, Warga di Lebak Ancam Demo Bulog
"Beras itu diterima ibu saya kemarin (Sabtu, 28/5/2016), berasnya berwarna kuning dan bau," ujar Indra, salah seorang warga Komplek BTN Pepabri, Kampung Pariuk, Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, Minggu (29/5/2016) kepada TitikNOL.
Ia menduga, beras kualitas busuk yang diterima keluarganya juga sudah tersalurkan kepada warga lainnya di wilayah RT setempat, dengan jumlah mencapai 33 karung.
Baca juga: Terkait Raskin Busuk, DPRD Lebak akan Sidak Bulog
"Kan beras yang disalurkan untuk di wilayah RT ini, jadi kemungkinan yang diterima warga lainnya tetap sama kualitasnya busuk, karena warga juga banyak membicarakan beras yang diterimanya bau," imbuhnya.
Sementara itu, Renato Horison, Kasub Divre Bulog Lebak - Pandeglang, saat dihubungi, berjanji akan segera melakukan pengecekan ke lokasi yang di infokan masih ada beras kualitas busuk.
"Terimakasih informasinya pak, akan kami segera tindaklanjuti," ujar Renato melalui pesan singkatnya. (Gun/red)
Kualitas Raskin Jelek, Warga Memilih Tidak Dimasak
GENTENG – Warga miskin (gaskin) di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Genteng mengeluhkan beras miskin (raskin) dari Bulog. Sebab, beras yang disalurkan kepada warga miskin (gakin) itu kualitasnya jelek.
Kepala Dusun (Kadus) Maron, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Fatoni, mengatakan pembagian beras untuk raskin kali ini kualitasnya banyak yang jelek. Itu jauh dibanding pembagian sebelumnya.
“Beras yang sekarang jelek. Bagus yang kemarin,” katanya. Beras yang didistribusikan kepada gakin dengan kualitas jelek itu membuat dirinya merasa tidak nyaman. Warga yang menerima juga banyak yang resah. “Warga banyak yang mengeluh mendapat beras jatah yang jelek,” ujarnya.
Fatoni mengaku kalau selama ini tidak pernah mengetahui standar yang asli mengenai beras jatah. Selama ini, warga selalu membandingkan dengan pembagian beras sebelumnya. “Sebenarnya beras jatah itu kayak apa, saya tidak tahu pasti, tapi yang sekarang jelek,” ungkapnya.
Salah satu warga Dusun Maron, Desa Genteng Kulon, Paini, 49, mengatakan beras yang diterima kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Karena kualitas beras dianggap terlalu jelek, terpaksa berasnya tidak akan dimasak.
“Kalau berasnya seperti ini, apa ya dimasak, kalau yang kemarin masih enak,” cetusnya. Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Rudi Latif, mengatakan Bulog yang berwenang terhadap distribusi beras ini diharapkan bisa melakukan upaya maksimal dalam penyaluran beras. Sehingga, beras yang diterima oleh masyarakat itu benar-bran bermanfaat dan digunakan dengan baik.
“Kok kesannya diberi jelek, kalau komplain baru diganti, mbok ya semua dibuat sama,” ucapnya. Dalam pendistribusian raskin kemarin, ternyata tidak semua beras yang dikeluarkan Bulog itu kualitasnya jelek. Di Desa/Kecamatan Tegalsari, raskin yang diterima warga relatif bagus.
“Berasnya agak bagus dibandingkan sebelumnya,” kata Suharjo, ketua RW 4, Dusun Krajan 2, Desa/Kecamatan Tegalsari. Menurut Suharjo, beras yang dikirim dari Bulog untuk gakin itu kualitasnya memang tidak sama. Terkadang, beras itu kualitasnya juga jelek. “Tapi kali ini kualitas beras agak bagus,” sebutnya. (radar)
Kepala Dusun (Kadus) Maron, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Fatoni, mengatakan pembagian beras untuk raskin kali ini kualitasnya banyak yang jelek. Itu jauh dibanding pembagian sebelumnya.
“Beras yang sekarang jelek. Bagus yang kemarin,” katanya. Beras yang didistribusikan kepada gakin dengan kualitas jelek itu membuat dirinya merasa tidak nyaman. Warga yang menerima juga banyak yang resah. “Warga banyak yang mengeluh mendapat beras jatah yang jelek,” ujarnya.
Fatoni mengaku kalau selama ini tidak pernah mengetahui standar yang asli mengenai beras jatah. Selama ini, warga selalu membandingkan dengan pembagian beras sebelumnya. “Sebenarnya beras jatah itu kayak apa, saya tidak tahu pasti, tapi yang sekarang jelek,” ungkapnya.
Salah satu warga Dusun Maron, Desa Genteng Kulon, Paini, 49, mengatakan beras yang diterima kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Karena kualitas beras dianggap terlalu jelek, terpaksa berasnya tidak akan dimasak.
“Kalau berasnya seperti ini, apa ya dimasak, kalau yang kemarin masih enak,” cetusnya. Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Rudi Latif, mengatakan Bulog yang berwenang terhadap distribusi beras ini diharapkan bisa melakukan upaya maksimal dalam penyaluran beras. Sehingga, beras yang diterima oleh masyarakat itu benar-bran bermanfaat dan digunakan dengan baik.
“Kok kesannya diberi jelek, kalau komplain baru diganti, mbok ya semua dibuat sama,” ucapnya. Dalam pendistribusian raskin kemarin, ternyata tidak semua beras yang dikeluarkan Bulog itu kualitasnya jelek. Di Desa/Kecamatan Tegalsari, raskin yang diterima warga relatif bagus.
“Berasnya agak bagus dibandingkan sebelumnya,” kata Suharjo, ketua RW 4, Dusun Krajan 2, Desa/Kecamatan Tegalsari. Menurut Suharjo, beras yang dikirim dari Bulog untuk gakin itu kualitasnya memang tidak sama. Terkadang, beras itu kualitasnya juga jelek. “Tapi kali ini kualitas beras agak bagus,” sebutnya. (radar)
Jumat, 27 Mei 2016
Beras ‘Kutuan’ Terpaksa Dijual Bekasi
Jumat, 27 Mei 2016
RASA kecewa dialami oleh pihak Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara ketika menerima kiriman Beras Miskin (Raskin) dari Bulog. Pasalnya, beras murah tersebut kualitasnya kurang baik.
Selain berwana sedikit gelap, beras tersebut dipenuhi kutu dan semut. Ironisnya, beras sebanyak 781 karung tersebut tidak bisa dikembalikan ke pihak bulog. Padahal, pihak kelurahan sudah membayar lunas beras tersebut.
Dengan kondisi ini, terpaksa pihak kelurahan tetap menjual kepada warga. Beruntung, warga yang berada di 15 RW di Kelurahan Perwira tersebut mau menerima beras yang kurang baik kualitasnya.
“Katanya yang mengirim beras bulog tersebut, kalau sudah sampai di tempat, beras tidak bisa dikembalikan lagi. Ya terpaksa tetap kami bagikan ke warga, karena beras ini sudah diterima sejak jauh hari,” Kepala seksi Ekonomi dan Bangunan (Ekbang) Kelurahan Perwira, Dewi Koriayati.
Dia mengaku, jumlah warga penerima beras tersebut sebanyak 781. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan 15 kg beras. ”Jumlah karung beras sudah disesuaikan dengan penerima. Setiap karung berisi 15 kg beras,” imbuhnya.
Dia mengaku menyayangkan dengan kondisi beras yang kurang layak tersebut. Menurut Dewi, seharusnya pihak bulog memberitahu sebelumnya jika kualitas beras kurang baik. Sehingga, pihak kelurahan tidak kecewa.
“Kami beli cas, tapi ternyataa berasnya kurang bagus dan harganya sama. Kami takut saja warga berburuk sangka kepada kami, padahal memang dari sananya yang mengirim beras yang kurang bagus dan bukan permintaan pihak kelurahan,” ungkapnya.
Dia berharap, warga bisa memaklumi kondisi seperti ini. Dewi juga mengaku akan lebih selektif lagi dalam menerima beras dari bulog. ”Kalau warga tidak ada yang mau membeli juga tidak kenapa-kenapa. Karena tidak bisa kami pungkiri, kualitas berasnya sekarang itu memang kurang bagus,” tandasnya. (cr33)
http://gobekasi.pojoksatu.id/2016/05/27/beras-kutuan-terpaksa-dijual/
RASA kecewa dialami oleh pihak Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara ketika menerima kiriman Beras Miskin (Raskin) dari Bulog. Pasalnya, beras murah tersebut kualitasnya kurang baik.
Selain berwana sedikit gelap, beras tersebut dipenuhi kutu dan semut. Ironisnya, beras sebanyak 781 karung tersebut tidak bisa dikembalikan ke pihak bulog. Padahal, pihak kelurahan sudah membayar lunas beras tersebut.
Dengan kondisi ini, terpaksa pihak kelurahan tetap menjual kepada warga. Beruntung, warga yang berada di 15 RW di Kelurahan Perwira tersebut mau menerima beras yang kurang baik kualitasnya.
“Katanya yang mengirim beras bulog tersebut, kalau sudah sampai di tempat, beras tidak bisa dikembalikan lagi. Ya terpaksa tetap kami bagikan ke warga, karena beras ini sudah diterima sejak jauh hari,” Kepala seksi Ekonomi dan Bangunan (Ekbang) Kelurahan Perwira, Dewi Koriayati.
Dia mengaku, jumlah warga penerima beras tersebut sebanyak 781. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan 15 kg beras. ”Jumlah karung beras sudah disesuaikan dengan penerima. Setiap karung berisi 15 kg beras,” imbuhnya.
Dia mengaku menyayangkan dengan kondisi beras yang kurang layak tersebut. Menurut Dewi, seharusnya pihak bulog memberitahu sebelumnya jika kualitas beras kurang baik. Sehingga, pihak kelurahan tidak kecewa.
“Kami beli cas, tapi ternyataa berasnya kurang bagus dan harganya sama. Kami takut saja warga berburuk sangka kepada kami, padahal memang dari sananya yang mengirim beras yang kurang bagus dan bukan permintaan pihak kelurahan,” ungkapnya.
Dia berharap, warga bisa memaklumi kondisi seperti ini. Dewi juga mengaku akan lebih selektif lagi dalam menerima beras dari bulog. ”Kalau warga tidak ada yang mau membeli juga tidak kenapa-kenapa. Karena tidak bisa kami pungkiri, kualitas berasnya sekarang itu memang kurang bagus,” tandasnya. (cr33)
http://gobekasi.pojoksatu.id/2016/05/27/beras-kutuan-terpaksa-dijual/
Mensos Khofifah: Jika raskin jelek berarti berganti truk di jalan
Jumat, 27 Mei 2016
Merdeka.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menegaskan, pemerintah tak pernah membeli beras berkualitas buruk untuk masyarakat (raskin). Menurutnya, pemerintah membeli beras dengan kualitas standar untuk masyarakat.
"Kita beli kualitas standar loh. Kita enggak pernah beli kualitas jelek," kata Khofifah saat berkunjung ke kantor redaksi merdeka.com, di Tebet, Jakarta, Kamis (26/5).
Oleh karena itu Ketua Umum PP Muslimat NU tersebut mengaku heran jika di lapangan ditemukan raskin dengan kualitas buruk.
"Kalau ada sampai beras enggak bagus berarti ini berganti truk di tengah jalan," katanya.
Khofifah lantas bercerita pernah menemui jumlah jatah raskin di sebuah daerah jauh dari yang seharusnya. Khofifah mengaku pernah berkunjung ke sebuah desa di Banten.
Saat itu Khofifah berkunjung dari rumah ke rumah. Di sebuah rumah dia kaget karena warga mengaku mendapat raskin cuma 5 kg. Padahal seharusnya yang didapat adalah 15 kg.
Kemudian, di rumah yang lain dia semakin kaget karena warga mengaku cuma mendapat 3,5 kg raskin. "Ini yang banyak bikin kepala desa masuk bui," katanya.
[dan]
http://www.merdeka.com/peristiwa/mensos-khofifah-jika-raskin-jelek-berarti-berganti-truk-di-jalan.html
Merdeka.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menegaskan, pemerintah tak pernah membeli beras berkualitas buruk untuk masyarakat (raskin). Menurutnya, pemerintah membeli beras dengan kualitas standar untuk masyarakat.
"Kita beli kualitas standar loh. Kita enggak pernah beli kualitas jelek," kata Khofifah saat berkunjung ke kantor redaksi merdeka.com, di Tebet, Jakarta, Kamis (26/5).
Oleh karena itu Ketua Umum PP Muslimat NU tersebut mengaku heran jika di lapangan ditemukan raskin dengan kualitas buruk.
"Kalau ada sampai beras enggak bagus berarti ini berganti truk di tengah jalan," katanya.
Khofifah lantas bercerita pernah menemui jumlah jatah raskin di sebuah daerah jauh dari yang seharusnya. Khofifah mengaku pernah berkunjung ke sebuah desa di Banten.
Saat itu Khofifah berkunjung dari rumah ke rumah. Di sebuah rumah dia kaget karena warga mengaku mendapat raskin cuma 5 kg. Padahal seharusnya yang didapat adalah 15 kg.
Kemudian, di rumah yang lain dia semakin kaget karena warga mengaku cuma mendapat 3,5 kg raskin. "Ini yang banyak bikin kepala desa masuk bui," katanya.
[dan]
http://www.merdeka.com/peristiwa/mensos-khofifah-jika-raskin-jelek-berarti-berganti-truk-di-jalan.html
Tolak Impor Bawang, Ratusan Petani Siap Protes ke Jakarta
KAMIS, 26 MEI 2016
TEMPO.CO, Brebes - Asosiasi Bawang Merah Indonesia mengancam akan menggelar protes di jalan jika pemerintah tetap mengimpor bawang merah. "Sedang kami siapkan (protes)," ujar Ketua ABMI Juwari di Brebes, Jawa Tengah, Kamis, 26 Mei 2016.
Juwari mengatakan ABMI sedang konsolidasi dengan petani dari berbagai daerah. Pihaknya juga mengirimkan surat pemberitahuan akan menggelar unjuk rasa kepada kepolisian. "Kami sudah kirim surat pemberitahuan," ucapnya.
Saat pemerintah membuka keran impor bawang merah pada 2012, ratusan petani juga menggelar protes. Unjuk rasa yang digelar di jalan Pantai Utara Jawa itu sempat membuat lalu lintas tersendat. Selain itu, petani menggelar unjuk rasa di Kementerian Pertanian, Jakarta. “Kami tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Saat itu petani marah karena harga bawang merah terjun bebas.”
Juwari mempertanyakan keputusan pemerintah mengimpor bawang merah saat pasokan melimpah. Dia merasa dibohongi pemerintah karena pada Senin lalu ABMI mengikuti pertemuan dengan sejumlah pejabat Kementerian Koordinator Perekonomian dan kementerian di bawahnya, termasuk Kementerian Pertanian. Hasil pertemuan itu intinya menolak impor komoditas itu. “Tapi sekarang kenyataannya seperti apa. Kami merasa dikadalin (dibohongi) kalau kayak begini,” ujarnya.
Sekretaris ABMI Ichwan menuturkan pihaknya menyiapkan sepuluh bus untuk memberangkatkan ratusan petani ke Jakarta. ABMI belum menentukan kapan unjuk rasa akan digelar. “Tanggal 1 Juni nanti, kami rapat lagi untuk menentukan waktu demo,” katanya, Rabu kemarin. Peserta unjuk rasa, ucap dia, bukan hanya dari Brebes, tapi juga dari daerah lain, seperti Kendal, Cirebon, Demak, dan Tegal.
Ichwan berujar, keputusan pemerintah mengimpor bawang merah sebanyak 2.500 ton bukan merupakan solusi stabilisasi harga. Menurut dia, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatur harga menjelang Ramadan dan Lebaran ini. “Salah satunya dengan mengatur distribusi bawang merah,” tuturnya.
Pendapat senada disampaikan petani di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, M. Subhan. Dia mengatakan tingginya harga komoditas tersebut saat ini bukan karena stok yang menipis, tapi lantaran panjangnya rantai distribusi. “Pemerintah harus bisa memangkas rantai distribusi bawang merah,” ucap Ketua Kelompok Tani Sumber Pangan Brebes itu.
Subhan dan petani lain siap datang ke Jakarta untuk menyuarakan nasib mereka. “Kami tak ingin harga bawang merah lokal jatuh gara-gara bawang merah impor membanjiri pasar.”
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/26/090774351/tolak-impor-bawang-ratusan-petani-siap-protes-ke-jakarta
TEMPO.CO, Brebes - Asosiasi Bawang Merah Indonesia mengancam akan menggelar protes di jalan jika pemerintah tetap mengimpor bawang merah. "Sedang kami siapkan (protes)," ujar Ketua ABMI Juwari di Brebes, Jawa Tengah, Kamis, 26 Mei 2016.
Juwari mengatakan ABMI sedang konsolidasi dengan petani dari berbagai daerah. Pihaknya juga mengirimkan surat pemberitahuan akan menggelar unjuk rasa kepada kepolisian. "Kami sudah kirim surat pemberitahuan," ucapnya.
Saat pemerintah membuka keran impor bawang merah pada 2012, ratusan petani juga menggelar protes. Unjuk rasa yang digelar di jalan Pantai Utara Jawa itu sempat membuat lalu lintas tersendat. Selain itu, petani menggelar unjuk rasa di Kementerian Pertanian, Jakarta. “Kami tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Saat itu petani marah karena harga bawang merah terjun bebas.”
Juwari mempertanyakan keputusan pemerintah mengimpor bawang merah saat pasokan melimpah. Dia merasa dibohongi pemerintah karena pada Senin lalu ABMI mengikuti pertemuan dengan sejumlah pejabat Kementerian Koordinator Perekonomian dan kementerian di bawahnya, termasuk Kementerian Pertanian. Hasil pertemuan itu intinya menolak impor komoditas itu. “Tapi sekarang kenyataannya seperti apa. Kami merasa dikadalin (dibohongi) kalau kayak begini,” ujarnya.
Sekretaris ABMI Ichwan menuturkan pihaknya menyiapkan sepuluh bus untuk memberangkatkan ratusan petani ke Jakarta. ABMI belum menentukan kapan unjuk rasa akan digelar. “Tanggal 1 Juni nanti, kami rapat lagi untuk menentukan waktu demo,” katanya, Rabu kemarin. Peserta unjuk rasa, ucap dia, bukan hanya dari Brebes, tapi juga dari daerah lain, seperti Kendal, Cirebon, Demak, dan Tegal.
Ichwan berujar, keputusan pemerintah mengimpor bawang merah sebanyak 2.500 ton bukan merupakan solusi stabilisasi harga. Menurut dia, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatur harga menjelang Ramadan dan Lebaran ini. “Salah satunya dengan mengatur distribusi bawang merah,” tuturnya.
Pendapat senada disampaikan petani di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, M. Subhan. Dia mengatakan tingginya harga komoditas tersebut saat ini bukan karena stok yang menipis, tapi lantaran panjangnya rantai distribusi. “Pemerintah harus bisa memangkas rantai distribusi bawang merah,” ucap Ketua Kelompok Tani Sumber Pangan Brebes itu.
Subhan dan petani lain siap datang ke Jakarta untuk menyuarakan nasib mereka. “Kami tak ingin harga bawang merah lokal jatuh gara-gara bawang merah impor membanjiri pasar.”
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/26/090774351/tolak-impor-bawang-ratusan-petani-siap-protes-ke-jakarta
Harga Bahan Pokok Melangit Menjelang Ramadan, Ini Jurus Bulog
KAMIS, 26 MEI 2016
TEMPO.CO, Mojokerto - Untuk menekan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok menjelang Ramadan, Perusahaan Umum Bulog Sub-Divisi Regional Wilayah II Surabaya Selatan, yang meliputi Kota dan Kabupaten Mojokerto serta Jombang, akan menggelar operasi pasar. Bukan hanya itu, Bulog Sub-Divre setempat juga mempercepat penyaluran beras murah untuk masyarakat miskin (raskin).
Kepala Bulog Sub-Divre Wilayah II Surabaya Selatan Nurman Susilo mengatakan serapan gabah petani sejak awal 2016 hingga saat ini sudah mencapai 60 ribu ton gabah kering giling (GKG), baik dari Kota dan Kabupaten Mojokerto maupun Kabupaten Jombang.
"Gabah yang sudah kami beli dari petani sebagian besar sudah diproses untuk raskin dan nanti akan dijual dalam operasi pasar," kata Nurman saat meninjau Unit Pengolahan Gabah dan Beras di Gudang Bulog Sub-Divre Wilayah II Surabaya Selatan di Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Kamis, 26 Mei 2016.
Harga beras saat ini, menurut Nurman, masih relatif stabil. Berbeda dengan harga gula, yang mulai merangkak naik. Operasi tersebut dilakukan atas permintaan dinas perindustrian dan perdagangan dari tiga kota/kabupaten setempat dan akan digelar selama sebulan pada 1-30 Juni 2016.
Bulog setempat telah menyiapkan 200 ton beras kualitas medium dan premium yang akan dijual dalam operasi pasar. Beras medium akan dijual seharga Rp 7.900 per kilogram, sedangkan beras premium akan dilepas Rp 8.750 per kilogram. "Harga tersebut lebih murah daripada harga beras di pasar, yakni Rp 9.000-10.000 per kilogram," ucapnya.
Di setiap kota dan kabupaten, operasi pasar akan digelar di dua titik, antara lain Pasar Tanjung Anyar dan Pasar Prajurit Kulon di Kota Mojokerto, Pasar Mojosari dan Pasar Brangkal di Kabupaten Mojokerto, serta Pasar Peterongan dan Pasar Mojoagung di Kabupaten Jombang.
Selain di pasar, Bulog akan menggunakan kendaraan truk sebagai operasi pasar mobile. "Yang mobile bisa ke kantor kelurahan, kecamatan, atau perumahan sesuai dengan permintaan Dinas Perdagangan," ujarnya.
Selain beras, dalam operasi pasar nanti Bulog akan menjual sejumlah bahan pokok lain, seperti gula 15 ton, tepung terigu 5 ton, minyak goreng 80 ribu liter, serta bawang merah dan bawang putih masing-masing 3 ton. Gula akan dijual seharga Rp 13.500-14.500 per kilogram, minyak goreng Rp 11.500 per liter, dan bawang maksimal Rp 25 ribu per kilogram.
Selain operasi pasar, Bulog Sub-Divre setempat akan mempercepat penyaluran raskin, yang diharapkan bisa menekan kenaikan harga pangan menjelang Ramadan. "Penyaluran raskin untuk Juni-Juli akan dipercepat satu bulan ke depan. Harapannya agar tidak terjadi gejolak harga di pasar, khususnya beras," ujar Nurman. Setiap bulan, jumlah raskin yang disalurkan di Kota dan Kabupaten Mojokerto serta Kabupaten Jombang sebesar 2.500 ton.
ISHOMUDDIN
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/26/151774359/harga-sembako-melangit-menjelang-ramadan-ini-jurus-bulog
TEMPO.CO, Mojokerto - Untuk menekan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok menjelang Ramadan, Perusahaan Umum Bulog Sub-Divisi Regional Wilayah II Surabaya Selatan, yang meliputi Kota dan Kabupaten Mojokerto serta Jombang, akan menggelar operasi pasar. Bukan hanya itu, Bulog Sub-Divre setempat juga mempercepat penyaluran beras murah untuk masyarakat miskin (raskin).
Kepala Bulog Sub-Divre Wilayah II Surabaya Selatan Nurman Susilo mengatakan serapan gabah petani sejak awal 2016 hingga saat ini sudah mencapai 60 ribu ton gabah kering giling (GKG), baik dari Kota dan Kabupaten Mojokerto maupun Kabupaten Jombang.
"Gabah yang sudah kami beli dari petani sebagian besar sudah diproses untuk raskin dan nanti akan dijual dalam operasi pasar," kata Nurman saat meninjau Unit Pengolahan Gabah dan Beras di Gudang Bulog Sub-Divre Wilayah II Surabaya Selatan di Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Kamis, 26 Mei 2016.
Harga beras saat ini, menurut Nurman, masih relatif stabil. Berbeda dengan harga gula, yang mulai merangkak naik. Operasi tersebut dilakukan atas permintaan dinas perindustrian dan perdagangan dari tiga kota/kabupaten setempat dan akan digelar selama sebulan pada 1-30 Juni 2016.
Bulog setempat telah menyiapkan 200 ton beras kualitas medium dan premium yang akan dijual dalam operasi pasar. Beras medium akan dijual seharga Rp 7.900 per kilogram, sedangkan beras premium akan dilepas Rp 8.750 per kilogram. "Harga tersebut lebih murah daripada harga beras di pasar, yakni Rp 9.000-10.000 per kilogram," ucapnya.
Di setiap kota dan kabupaten, operasi pasar akan digelar di dua titik, antara lain Pasar Tanjung Anyar dan Pasar Prajurit Kulon di Kota Mojokerto, Pasar Mojosari dan Pasar Brangkal di Kabupaten Mojokerto, serta Pasar Peterongan dan Pasar Mojoagung di Kabupaten Jombang.
Selain di pasar, Bulog akan menggunakan kendaraan truk sebagai operasi pasar mobile. "Yang mobile bisa ke kantor kelurahan, kecamatan, atau perumahan sesuai dengan permintaan Dinas Perdagangan," ujarnya.
Selain beras, dalam operasi pasar nanti Bulog akan menjual sejumlah bahan pokok lain, seperti gula 15 ton, tepung terigu 5 ton, minyak goreng 80 ribu liter, serta bawang merah dan bawang putih masing-masing 3 ton. Gula akan dijual seharga Rp 13.500-14.500 per kilogram, minyak goreng Rp 11.500 per liter, dan bawang maksimal Rp 25 ribu per kilogram.
Selain operasi pasar, Bulog Sub-Divre setempat akan mempercepat penyaluran raskin, yang diharapkan bisa menekan kenaikan harga pangan menjelang Ramadan. "Penyaluran raskin untuk Juni-Juli akan dipercepat satu bulan ke depan. Harapannya agar tidak terjadi gejolak harga di pasar, khususnya beras," ujar Nurman. Setiap bulan, jumlah raskin yang disalurkan di Kota dan Kabupaten Mojokerto serta Kabupaten Jombang sebesar 2.500 ton.
ISHOMUDDIN
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/26/151774359/harga-sembako-melangit-menjelang-ramadan-ini-jurus-bulog
Operasi Pasar Bulog Sering Ditentang Pemda
Kamis, 26 Mei 2016
MAKASSAR (Pos Kota) – Kendati sangat membantu masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata banyak kepala daerah yang kurang suka jika di daerahnya dilakukan operasi pasar beras. Operasi pasar Bulog sering ditentang Pemda.
Pihak Pemda khawatir jika diadakan operasi pasar di daerahnya maka pemda tersebut akan dianggap gagal dalam mengendalikan harga. Oleh karena itu mereka kurang berkenan.
“Ada kepala daerah yang beranggapan jika Bulog melakukan operasi pasar maka kegiatan tersebut dinilainya sebagai tanda kegagalan pemerintah daerah dalam mengendalikan harga,” kata Kepala Sub Divre Bulog Parepare Mahmud Hentihu, Kamis (26/5/16).
Akibatnya tidak jarang pihak Subdivre Bulog di daerah tertentu kesulitan mendapatkan rekomendasi operasi pasar dari pihak pemda. Seharusnya kepala daerah tidak berpendapat demikian karena Bulog hanya ingin membantu masyarakat mendapatkan barang dengan harga terjangkau dan harga-harga dalam kondisi wajar.
Melalui operasi pasar, Bulog justru membantu pemerintah daerah melakukan stabilisasi harga pangan sehingga inflasi tidak mellambung. Karena itu Mahmud mengusulkan agar untuk melakukan operasi pasar pihaknya cukup mengantongi surat perintah dari Bulog pusat.
Dia berharap agar diberi keleluasaan dalam pelaksanaan operasi pasar beras. Jangan sampai niat baik membantu masyarakat justru terhambat rumitnya birokrasi. Operasi pasar perlu dilakukan dengan cepat untuk menjaga stabilitas harga pangan di daerah tertentu.
Apalagi dalam menghadapi bulan Puasa dan Lebaran mendatang, Bulog Divre Sulawesi Selatang Barat (Sulselbar) berencana untuk melakukan operasi pasar di sejumlah daerah. “Kami memang diminta untuk menjaga agar harga beras tetap stabil saat memasuki Puasa dan menjelang Lebaran,” katanya. (Faisal/win)
MAKASSAR (Pos Kota) – Kendati sangat membantu masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata banyak kepala daerah yang kurang suka jika di daerahnya dilakukan operasi pasar beras. Operasi pasar Bulog sering ditentang Pemda.
Pihak Pemda khawatir jika diadakan operasi pasar di daerahnya maka pemda tersebut akan dianggap gagal dalam mengendalikan harga. Oleh karena itu mereka kurang berkenan.
“Ada kepala daerah yang beranggapan jika Bulog melakukan operasi pasar maka kegiatan tersebut dinilainya sebagai tanda kegagalan pemerintah daerah dalam mengendalikan harga,” kata Kepala Sub Divre Bulog Parepare Mahmud Hentihu, Kamis (26/5/16).
Akibatnya tidak jarang pihak Subdivre Bulog di daerah tertentu kesulitan mendapatkan rekomendasi operasi pasar dari pihak pemda. Seharusnya kepala daerah tidak berpendapat demikian karena Bulog hanya ingin membantu masyarakat mendapatkan barang dengan harga terjangkau dan harga-harga dalam kondisi wajar.
Melalui operasi pasar, Bulog justru membantu pemerintah daerah melakukan stabilisasi harga pangan sehingga inflasi tidak mellambung. Karena itu Mahmud mengusulkan agar untuk melakukan operasi pasar pihaknya cukup mengantongi surat perintah dari Bulog pusat.
Dia berharap agar diberi keleluasaan dalam pelaksanaan operasi pasar beras. Jangan sampai niat baik membantu masyarakat justru terhambat rumitnya birokrasi. Operasi pasar perlu dilakukan dengan cepat untuk menjaga stabilitas harga pangan di daerah tertentu.
Apalagi dalam menghadapi bulan Puasa dan Lebaran mendatang, Bulog Divre Sulawesi Selatang Barat (Sulselbar) berencana untuk melakukan operasi pasar di sejumlah daerah. “Kami memang diminta untuk menjaga agar harga beras tetap stabil saat memasuki Puasa dan menjelang Lebaran,” katanya. (Faisal/win)
Bulog Kejar Pengadaan Beras Domestik 2 Juta Ton
Kamis, 26 Mei 2016
PAREPARE - Perum Bulog optimistis target pengadaan beras dalam negeri sebanyak 2 juta ton hingga Juni 2016 dapat tercapai. Hingga 23 Mei 2016 Bulog telah melakukan pengadaan 1,3 juta ton melalui penyerapan gabah dari petani di seluruh Indonesia.
Sebagai contoh, Bulog Subdivisi Regional (Sub Divre) Parepare, Sulawesi Selatan, hingga 24 Mei 2016 telah menyerap 72.000 ton beras dari hasil panen petani di Parepare dan Pinrang. ”Sekitar 20% dari hasil panen telah kami serap,” ujar Kepala Sub Divre Parepare Bulog Mahmud Arif Hentihu saat ditemui media di Kompleks Pergudangan Modern Bulog Lapadde, Parepare, kemarin.
Menurut Mahmud, harga beli Gabah Kering Panen (GKP) saat ini berkisar Rp4.200- Rp4.500 per kg. Kendati di lapangan masih kerap ditemui petani yang enggan menjual gabahnya ke Bulog ataupun mitranya dengan alasan harga atau akibat telanjur disetir oleh tengkulak, Mahmud mengklaim serapan oleh Bulog pada musim panen pertama 2016 ini sudah sesuai harapan. ”Target kami untuk pengadaan di Sub Divre Parepare selama setahun ini sebanyak 145.000 ton dan sekarang yang masuk itu sudah 52% dari target setahun,” ungkap dia.
Mahmud merinci pengadaan beras sebanyak 145.000 ton tersebut ditujukan untuk public service obligation (PSO) seperti penyaluran beras sejahtera atau rastra (yang dulu dikenal sebagai raskin), operasi pasar beras, dan bencana. Sejak Januari-Mei 2016 Bulog Sub Divre Parepare telah merealisasikan penyaluran rastra sebanyak 2,5 juta ton untuk tiga wilayah yakni Parepare, Barru, dan Pinrang.
”Beras dari Gudang Bulog Lapadde ini juga kerap dikirim ke daerah-daerah yang kekurangan stok beras seperti Maluku, Maluku Utara, dan Kendari. Di Bulog itu disebut Movenas, yaitu pergerakan beras antargudang dari daerah yang surplus ke daerah yang minus,” sebut dia.
Sebelumnya Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan, saat ini stok beras di gudang Bulog sekitar 2,4 juta ton dan akan terus ditambah melalui pengadaan domestik yang ditargetkan sebanyak 2 juta ton hingga Juni. ”Insya Allah tercapai 2 juta ton. Sejumlah daerah masih ada yang panen sehingga penyerapan masih terus dilakukan antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan,” ungkap dia.
Terkait kemungkinan ada operasi pasar beras jelang puasa, Mahmud mengungkapkan bahwa sudah ada sinyal untuk itu. Namun, ia belum bisa menyebutkan jumlah yang akan digelontorkan dan waktu pelaksanaannya. ”Untuk Sulawesi Selatan dan Barat ini memang ada operasi pasar bekerja sama dengan sejumlah instansi. Tapi, kita lihat keadaan dan biasanya juga ada permintaan dari pemerintah daerah dan pusat. Sementara ini mungkin dalam bentuk pasar murah,” tutur dia.
Untuk mengantisipasi kenaikan permintaan bawang merah saat puasa dan Lebaran, Perum Bulog juga telah menyiapkan 1.000 ton stok bawang merah. Ketersediaan bawang merah ini diharapkan bisa menstabilkan harga pada kisaran Rp25.000 per kg selama masa puasa dan Lebaran.
inda susanti
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=2&n=1&date=2016-05-26
PAREPARE - Perum Bulog optimistis target pengadaan beras dalam negeri sebanyak 2 juta ton hingga Juni 2016 dapat tercapai. Hingga 23 Mei 2016 Bulog telah melakukan pengadaan 1,3 juta ton melalui penyerapan gabah dari petani di seluruh Indonesia.
Sebagai contoh, Bulog Subdivisi Regional (Sub Divre) Parepare, Sulawesi Selatan, hingga 24 Mei 2016 telah menyerap 72.000 ton beras dari hasil panen petani di Parepare dan Pinrang. ”Sekitar 20% dari hasil panen telah kami serap,” ujar Kepala Sub Divre Parepare Bulog Mahmud Arif Hentihu saat ditemui media di Kompleks Pergudangan Modern Bulog Lapadde, Parepare, kemarin.
Menurut Mahmud, harga beli Gabah Kering Panen (GKP) saat ini berkisar Rp4.200- Rp4.500 per kg. Kendati di lapangan masih kerap ditemui petani yang enggan menjual gabahnya ke Bulog ataupun mitranya dengan alasan harga atau akibat telanjur disetir oleh tengkulak, Mahmud mengklaim serapan oleh Bulog pada musim panen pertama 2016 ini sudah sesuai harapan. ”Target kami untuk pengadaan di Sub Divre Parepare selama setahun ini sebanyak 145.000 ton dan sekarang yang masuk itu sudah 52% dari target setahun,” ungkap dia.
Mahmud merinci pengadaan beras sebanyak 145.000 ton tersebut ditujukan untuk public service obligation (PSO) seperti penyaluran beras sejahtera atau rastra (yang dulu dikenal sebagai raskin), operasi pasar beras, dan bencana. Sejak Januari-Mei 2016 Bulog Sub Divre Parepare telah merealisasikan penyaluran rastra sebanyak 2,5 juta ton untuk tiga wilayah yakni Parepare, Barru, dan Pinrang.
”Beras dari Gudang Bulog Lapadde ini juga kerap dikirim ke daerah-daerah yang kekurangan stok beras seperti Maluku, Maluku Utara, dan Kendari. Di Bulog itu disebut Movenas, yaitu pergerakan beras antargudang dari daerah yang surplus ke daerah yang minus,” sebut dia.
Sebelumnya Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan, saat ini stok beras di gudang Bulog sekitar 2,4 juta ton dan akan terus ditambah melalui pengadaan domestik yang ditargetkan sebanyak 2 juta ton hingga Juni. ”Insya Allah tercapai 2 juta ton. Sejumlah daerah masih ada yang panen sehingga penyerapan masih terus dilakukan antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan,” ungkap dia.
Terkait kemungkinan ada operasi pasar beras jelang puasa, Mahmud mengungkapkan bahwa sudah ada sinyal untuk itu. Namun, ia belum bisa menyebutkan jumlah yang akan digelontorkan dan waktu pelaksanaannya. ”Untuk Sulawesi Selatan dan Barat ini memang ada operasi pasar bekerja sama dengan sejumlah instansi. Tapi, kita lihat keadaan dan biasanya juga ada permintaan dari pemerintah daerah dan pusat. Sementara ini mungkin dalam bentuk pasar murah,” tutur dia.
Untuk mengantisipasi kenaikan permintaan bawang merah saat puasa dan Lebaran, Perum Bulog juga telah menyiapkan 1.000 ton stok bawang merah. Ketersediaan bawang merah ini diharapkan bisa menstabilkan harga pada kisaran Rp25.000 per kg selama masa puasa dan Lebaran.
inda susanti
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=2&n=1&date=2016-05-26
Kamis, 26 Mei 2016
Bulog Bangun Gudang Singkong di Cianjur
Rabu, 25 Mei 2016
Antarajabar.com - Bulog Subdivre Cianjur, Jabar, akan membangun gudang singkong di Cianjur selatan karena wilayah tersebut dinilai produktif dalam pertanian singkong, bahkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Cianjur menjadikan wilayah selatan sebagai sentra penghasil singkong.
Kepala Bulog Subdivre Cianjur, Drajat Sudrajat, di Cianjur, Rabu, mengatakan, berdasarkan pengamatan pihaknya hasil pertanian singkong di selatan sangat baik dan melimpah. "Kami sudah melakukan kunjungan ke sana, dibandingkan padi, singkon dan jagung lebih subur. Hasil panen melimpah," katanya.
Dia menjelaskan, belum adanya gudang penampungan yang menyerap hasil panen, membuat pihaknya berencana mendirikan gudang ddan rencana tersebut telah disetujui Bulog pusat setelah mengatahui potensi yang ada. "Sudah ada dua lokasi, namun untuk tahap pertama kami akan membangun satu gudang dulu," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Cianjur, Dadan Harmilan, menyatakan setuju dengan rencana tersebut karena pihaknya menilai potensi singkong dan jagung di selatan sangat bagus.
Pihaknya mencatat luas lahan singkong di wilayah selatan mencapai 7.120 hektar dan jagung sebanyak 6.891 hektar, dengan produktivitas sebanyak 113.748 ton per tahun untuk singkong dan 31.741 ton per tahun untuk jagung.
"Harapan kami rencana tersebut segera teralisasi kalau tidak salah Cianjur akan digabung dengan Sukabumi selatan dan Garut selatan sebagai sentra jagung dan singkong," katanya.
Antarajabar.com - Bulog Subdivre Cianjur, Jabar, akan membangun gudang singkong di Cianjur selatan karena wilayah tersebut dinilai produktif dalam pertanian singkong, bahkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Cianjur menjadikan wilayah selatan sebagai sentra penghasil singkong.
Kepala Bulog Subdivre Cianjur, Drajat Sudrajat, di Cianjur, Rabu, mengatakan, berdasarkan pengamatan pihaknya hasil pertanian singkong di selatan sangat baik dan melimpah. "Kami sudah melakukan kunjungan ke sana, dibandingkan padi, singkon dan jagung lebih subur. Hasil panen melimpah," katanya.
Dia menjelaskan, belum adanya gudang penampungan yang menyerap hasil panen, membuat pihaknya berencana mendirikan gudang ddan rencana tersebut telah disetujui Bulog pusat setelah mengatahui potensi yang ada. "Sudah ada dua lokasi, namun untuk tahap pertama kami akan membangun satu gudang dulu," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Cianjur, Dadan Harmilan, menyatakan setuju dengan rencana tersebut karena pihaknya menilai potensi singkong dan jagung di selatan sangat bagus.
Pihaknya mencatat luas lahan singkong di wilayah selatan mencapai 7.120 hektar dan jagung sebanyak 6.891 hektar, dengan produktivitas sebanyak 113.748 ton per tahun untuk singkong dan 31.741 ton per tahun untuk jagung.
"Harapan kami rencana tersebut segera teralisasi kalau tidak salah Cianjur akan digabung dengan Sukabumi selatan dan Garut selatan sebagai sentra jagung dan singkong," katanya.
Bulog Habiskan US$300 juta Tiap Tahun untuk Impor Pangan
Rabu, 25 Mei 2016
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan Umum (Perum) Bulog membutuhkan valuta asing (valas) sekitar US$200 juta sampai US$300 juta per tahun untuk mengimpor bahan pangan demi menjaga pasokan dan stabilitas harga di dalam negeri. Kebutuhan mata uang negara lain tersebut seringkali menyulitkan manajemen yang perusahaannya menghasilkan pendapatan dalam mata uang rupiah.
"Eksposur kami sangat jelas, karena pendapatan kami rupiah, dengan pembukaan impor barang tadi kami akan ditagih dolar," kata Direktur Keuangan Bulog Iryanto Hutagaol di Gedung Bank Indonesia, Rabu (25/5).
Guna memitigasi risiko selisih kurs akibat membengkaknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Bulog memutuskan untuk menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging).
"Jadi kami butuh semacam tata kelola untuk risiko. Pada saat kami merencanakan impor pangan dengan target harga penjualan tertentu, bisa saja harga belinya berubah sewaktu-waktu," katanya.
Tahun ini, pemerintah memutuskan kuota impor jagung pada 2016 dengan volume sekitar 30 persen dari kebutuhan sebanyak 200 ribu ton per bulan atau 2,4 juta ton per tahun yang seluruhnya akan dilakukan oleh Bulog.
Selain kebutuhan valas, Bulog juga masih menggantungkan pendanaannya dari pinjaman bank. Hingga saat ini, Bulog telah mengantungi pinjaman modal kerja senilai Rp40 miliar dari beberapa bank. (gen)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan Umum (Perum) Bulog membutuhkan valuta asing (valas) sekitar US$200 juta sampai US$300 juta per tahun untuk mengimpor bahan pangan demi menjaga pasokan dan stabilitas harga di dalam negeri. Kebutuhan mata uang negara lain tersebut seringkali menyulitkan manajemen yang perusahaannya menghasilkan pendapatan dalam mata uang rupiah.
"Eksposur kami sangat jelas, karena pendapatan kami rupiah, dengan pembukaan impor barang tadi kami akan ditagih dolar," kata Direktur Keuangan Bulog Iryanto Hutagaol di Gedung Bank Indonesia, Rabu (25/5).
Guna memitigasi risiko selisih kurs akibat membengkaknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Bulog memutuskan untuk menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging).
"Jadi kami butuh semacam tata kelola untuk risiko. Pada saat kami merencanakan impor pangan dengan target harga penjualan tertentu, bisa saja harga belinya berubah sewaktu-waktu," katanya.
Tahun ini, pemerintah memutuskan kuota impor jagung pada 2016 dengan volume sekitar 30 persen dari kebutuhan sebanyak 200 ribu ton per bulan atau 2,4 juta ton per tahun yang seluruhnya akan dilakukan oleh Bulog.
Selain kebutuhan valas, Bulog juga masih menggantungkan pendanaannya dari pinjaman bank. Hingga saat ini, Bulog telah mengantungi pinjaman modal kerja senilai Rp40 miliar dari beberapa bank. (gen)
Bulog Belum Maksimal Serap Beras Petani
Rabu, 25 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perum Bulog Sulawesi Tengah hingga kini belum maksimal membeli beras produksi petani untuk memenuhi kebutuhan nasional di daerah itu.
"Kami akui bahwa pengadaan belum maksimal karena harga beras di tingkat petani masih jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP)," kata Kepala Perum Bulog Sulteng Maruf di sela kegiatan operasi pasar murah di Palu, Rabu.
Ia mengatakan selama Januari hingga kini, Bulog Sulteng baru membeli sekitar 1.000 ton beras, jauh dari target yang ditetapkan sebanyak 42.000 ton selama musim panen (MP) 2016.
Menurut dia, dengan kondisi harga yang masih tinggi, Bulog sulit untuk membeli karena petani tentu lebih memilih menjualnya kepada para pedagang yang datang langsung ke tempat-tempat penggilingan padi sampai ke pelosok desa.
Melihat realisasi pengadaan beras lokal berjalan seret, untuk mengamankan stok, Bulog Sulteng terpaksa mendatangkan pasokan beras dari dua daerah surplus beras yaitu Sulsel dan Jatim.
Meski pengadaan berjalan seret, tetapi stok beras di gudang Bulog saat ini masih cukup aman karena dalam waktu dekat akan masuk beras dari luar daerah sebanyak 7.000 ton.
Sekarang ini, Bulog Sulteng menguasai stok di gudang sekitar 9.000 ton.
Maruf juga mengatakan Bulog Sulteng juga tengah melaksanakan kegiatan operasi pasar murah beras, gula pasir dan bawang merah.
"Jika tidak ada hambatan, juga akan menjual minyak goreng karena harga di pasaran umum cenderung naik cukup tinggi menjelang Ramadhan 1437 Hijriah,"katanya.
Selama kegiatan itu dilaksanakan, setiap hari warga yang datang berbelanja berkisar 300-400 orang yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan menjelang puasa dan lebaran.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perum Bulog Sulawesi Tengah hingga kini belum maksimal membeli beras produksi petani untuk memenuhi kebutuhan nasional di daerah itu.
"Kami akui bahwa pengadaan belum maksimal karena harga beras di tingkat petani masih jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP)," kata Kepala Perum Bulog Sulteng Maruf di sela kegiatan operasi pasar murah di Palu, Rabu.
Ia mengatakan selama Januari hingga kini, Bulog Sulteng baru membeli sekitar 1.000 ton beras, jauh dari target yang ditetapkan sebanyak 42.000 ton selama musim panen (MP) 2016.
Menurut dia, dengan kondisi harga yang masih tinggi, Bulog sulit untuk membeli karena petani tentu lebih memilih menjualnya kepada para pedagang yang datang langsung ke tempat-tempat penggilingan padi sampai ke pelosok desa.
Melihat realisasi pengadaan beras lokal berjalan seret, untuk mengamankan stok, Bulog Sulteng terpaksa mendatangkan pasokan beras dari dua daerah surplus beras yaitu Sulsel dan Jatim.
Meski pengadaan berjalan seret, tetapi stok beras di gudang Bulog saat ini masih cukup aman karena dalam waktu dekat akan masuk beras dari luar daerah sebanyak 7.000 ton.
Sekarang ini, Bulog Sulteng menguasai stok di gudang sekitar 9.000 ton.
Maruf juga mengatakan Bulog Sulteng juga tengah melaksanakan kegiatan operasi pasar murah beras, gula pasir dan bawang merah.
"Jika tidak ada hambatan, juga akan menjual minyak goreng karena harga di pasaran umum cenderung naik cukup tinggi menjelang Ramadhan 1437 Hijriah,"katanya.
Selama kegiatan itu dilaksanakan, setiap hari warga yang datang berbelanja berkisar 300-400 orang yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan menjelang puasa dan lebaran.
Rabu, 25 Mei 2016
Dewan Desak Pemkab Awasi Distribusi Raskin
Selasa, 24 Mei 2016
MUARADUA - Kalangan DP - RD Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan menyoroti kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) khususnya Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkab OKU Selatan, terkait pendistribusian beras untuk rumah tangga miskin (raskin).
Ketua Fraksi PPP A Cipto BM meminta pemkab, untuk me - ng awasi kualitas dan kuantitas serta pendistribusian raskin ke tingkat kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten OKU Sela - tan. “Kami banyak men da pat - kan laporan dari masyarakat bahwa beras yang mereka te ri - ma tidak layak untuk dik on - sumsi. Karena berdebu dan juga berulat,” kata Cipto kemarin.
Disebutkannya, Pemkab OKU Selatan khususnya bagian kes ra diminta untuk lebih mem perhatikan hal-hal seperti itu, dan kedepan jangan sampai tidak terpantau lagi kualitas dan kuantitas beras raskin ter - sebut. “Selain itu, hal ter pen - ting adalah beras raskin dari pemerintah, bagi rumah tang - ga miskin di OKU Selatan harus rutin disalurkan setiap bulan - nya,” tandasnya.
Me nyikapi hal tersebut, Kepala Bagian (Kabag) Kesra Pemkab OKU Selatan Misnadi, me lalui Kasubag Kesra Haja r - yan to menjelaskan, apabila se - ringkali terjadi keterlambatan distribusi raskin, akibat sering terhambat kendala dana tala - ng an. “Karena Bulog menen tu - kan sistem pembayaran tunai, atau pun ada uang ada barang. Maka, tingkat kesulitannya adalah dana untuk membayar terlebih dulu, sehingga sering terhambat,” jelasnya.
Sedangkan, masyarakat se - ringkali akan membayar biaya transportasi saat beras sudah diterima. Sementara itu, Ketua RT 01 Lingkungan IX Bumi Agung, OKU Selatan, Muchlisin Abdullah mengatakan, setidaknya dalam dua bulan terakhir ini warga di wilayahnya belum dapat menikmati beras bantuan pemerintah tersebut.
“Terakhir, kami membagikan raskin pada Maret lalu dan bulan ini belum ada tandatanda kapan mau keluar, padahal sudah mulai masuk akhir bulan” keluhnya.
Andriansyah
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=178&date=2016-05-24
MUARADUA - Kalangan DP - RD Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan menyoroti kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) khususnya Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkab OKU Selatan, terkait pendistribusian beras untuk rumah tangga miskin (raskin).
Ketua Fraksi PPP A Cipto BM meminta pemkab, untuk me - ng awasi kualitas dan kuantitas serta pendistribusian raskin ke tingkat kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten OKU Sela - tan. “Kami banyak men da pat - kan laporan dari masyarakat bahwa beras yang mereka te ri - ma tidak layak untuk dik on - sumsi. Karena berdebu dan juga berulat,” kata Cipto kemarin.
Disebutkannya, Pemkab OKU Selatan khususnya bagian kes ra diminta untuk lebih mem perhatikan hal-hal seperti itu, dan kedepan jangan sampai tidak terpantau lagi kualitas dan kuantitas beras raskin ter - sebut. “Selain itu, hal ter pen - ting adalah beras raskin dari pemerintah, bagi rumah tang - ga miskin di OKU Selatan harus rutin disalurkan setiap bulan - nya,” tandasnya.
Me nyikapi hal tersebut, Kepala Bagian (Kabag) Kesra Pemkab OKU Selatan Misnadi, me lalui Kasubag Kesra Haja r - yan to menjelaskan, apabila se - ringkali terjadi keterlambatan distribusi raskin, akibat sering terhambat kendala dana tala - ng an. “Karena Bulog menen tu - kan sistem pembayaran tunai, atau pun ada uang ada barang. Maka, tingkat kesulitannya adalah dana untuk membayar terlebih dulu, sehingga sering terhambat,” jelasnya.
Sedangkan, masyarakat se - ringkali akan membayar biaya transportasi saat beras sudah diterima. Sementara itu, Ketua RT 01 Lingkungan IX Bumi Agung, OKU Selatan, Muchlisin Abdullah mengatakan, setidaknya dalam dua bulan terakhir ini warga di wilayahnya belum dapat menikmati beras bantuan pemerintah tersebut.
“Terakhir, kami membagikan raskin pada Maret lalu dan bulan ini belum ada tandatanda kapan mau keluar, padahal sudah mulai masuk akhir bulan” keluhnya.
Andriansyah
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=178&date=2016-05-24
Pemerintah Impor 2.500 Ton Bawang Merah, Padahal Bulog Punya 1.000 Ton
Selasa, 24 Mei 2016
Impor bawang merah segera dilakukan sebesar 2.500 ton untuk kebutuhan jelan Ramadan dan Lebaran 2016. Padahal, Bulog punya stok 1.000 ton.
Harianjogja.com, JAKARTA — Pemerintah akhirnya membuka keran impor bawang merah sebanyak 2.500 ton untuk mengendalikan harga menjelang Ramadhan dan Idulfitri. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beralasan harga beberapa bahan pangan masih tinggi.
Dia mencontohkan harga daging yang masih menyentuh level Rp121.000 per kilogram padahal idealnya harga daging Rp80.000 per kilogram. Selain itu, harga bawang merah masih sekirar Rp41.000 per kilogram, padahal idealnya bisa turun hingga Rp25.000 per kilogram.
Dia menjelaskan kenaikan tersebut sudah terjadi sejak April. Dalam rangka mengendalikan harga jelang Ramadhan dan Idulfitri, pemerintah mengambil langkah intervensi impor. Namun, impor tidak diberlakukan untuk semua komoditas.
Impor hanya dilakukan untuk komoditas bawang merah sebesar 2.500 ton. Kuota ini hanya untuk dua pekan jelang puasa dan lebaran.
“Kami perkiraanya impor [bawang merah] sedikit,” katanya di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (24/5/2016).
Selama ini Indonesia telah mengimpor bawang putih. Komoditas bawang putih juga masih tinggi saat ini. Namun pemerintah tidak akan menambah kuota impor karena tidak ada persoalan di level suplai. “Memang haragnya naik tapi urusannya karena persoalan karantina, karena ada aturan agak sulit,” jelasnya.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto membenarkan kebijakan impor akan dilakukan dalam waktu dekat untuk komoditas pangan yang harganya masih tinggi. Saat ini pemerintah memantau harga bawang dan daging. “Iya [dalam waktu dekat, sebelum Ramadan],” tuturnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengadaan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menambahkan Bulog ditugasi pemerintah untuk menyediakan bawang dan daging untuk operasi pasar dalam rangka mengendalikan harga menjelang puasa dan lebaran. Pengadaan ini bisa berasal dari dalam dan luar negeri.
“Kalau diperlukan maka impor, kalau tidak diperlukan ya tidak impor,” tambahnya. Saat ini Bulog memiliki stok bawang merah sebesar 600 ton di gudang. Selain itu, ada stok yang masih dalam perjalanan sebanyak 300 ton. Secara total Bulog memiliki stok hampir 1.000 ton untuk mengantisipasi lebaran.
Impor bawang merah segera dilakukan sebesar 2.500 ton untuk kebutuhan jelan Ramadan dan Lebaran 2016. Padahal, Bulog punya stok 1.000 ton.
Harianjogja.com, JAKARTA — Pemerintah akhirnya membuka keran impor bawang merah sebanyak 2.500 ton untuk mengendalikan harga menjelang Ramadhan dan Idulfitri. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beralasan harga beberapa bahan pangan masih tinggi.
Dia mencontohkan harga daging yang masih menyentuh level Rp121.000 per kilogram padahal idealnya harga daging Rp80.000 per kilogram. Selain itu, harga bawang merah masih sekirar Rp41.000 per kilogram, padahal idealnya bisa turun hingga Rp25.000 per kilogram.
Dia menjelaskan kenaikan tersebut sudah terjadi sejak April. Dalam rangka mengendalikan harga jelang Ramadhan dan Idulfitri, pemerintah mengambil langkah intervensi impor. Namun, impor tidak diberlakukan untuk semua komoditas.
Impor hanya dilakukan untuk komoditas bawang merah sebesar 2.500 ton. Kuota ini hanya untuk dua pekan jelang puasa dan lebaran.
“Kami perkiraanya impor [bawang merah] sedikit,” katanya di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (24/5/2016).
Selama ini Indonesia telah mengimpor bawang putih. Komoditas bawang putih juga masih tinggi saat ini. Namun pemerintah tidak akan menambah kuota impor karena tidak ada persoalan di level suplai. “Memang haragnya naik tapi urusannya karena persoalan karantina, karena ada aturan agak sulit,” jelasnya.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto membenarkan kebijakan impor akan dilakukan dalam waktu dekat untuk komoditas pangan yang harganya masih tinggi. Saat ini pemerintah memantau harga bawang dan daging. “Iya [dalam waktu dekat, sebelum Ramadan],” tuturnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengadaan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menambahkan Bulog ditugasi pemerintah untuk menyediakan bawang dan daging untuk operasi pasar dalam rangka mengendalikan harga menjelang puasa dan lebaran. Pengadaan ini bisa berasal dari dalam dan luar negeri.
“Kalau diperlukan maka impor, kalau tidak diperlukan ya tidak impor,” tambahnya. Saat ini Bulog memiliki stok bawang merah sebesar 600 ton di gudang. Selain itu, ada stok yang masih dalam perjalanan sebanyak 300 ton. Secara total Bulog memiliki stok hampir 1.000 ton untuk mengantisipasi lebaran.
20 Hektar Sawah Hasil Kerjasama Bulog Merauke Mulai Panen
Selasa, 24 Mei 2016
Merauke, Jubi – Lahan on farm- kemitraan MKO Perum Bulog Sub Divre Merauke bersama petani di Kampung Yabamaru, Distrik Tanah Miring seluas 20 hektar, sudah mulai dipanen menggunakan harvester combain. Itu adalah strategi yang dilakukan agar bisa membantu pencapaian target pembelian beras tahun ini sebanyak 30.000 ton.
Kepala Perum Bulog Provinsi Papua dan Papua Barat, M. Attar Rizal kepada sejumlah wartawan di Kampung Yabamaru Selasa (24/5/2016) mengungkapkan, pihaknya berterimakasih kepada petani setempat, karena telah bergandengan tangan bersama Bulog Sub Divre Merauke membuka lahan seluas 20 hektar beberapa bulan lalu sekaligus ditanami padi dan kini mulai dipanen.
“Ya, tentu ini menjadi langkah awal yang baik bagi kita semua untuk tahun-tahun mendatang. Tentunya pembukaan lahan akan lebih luas lagi dilakukan, agar bisa saling mendukung,” katanya.
Lebih lanjut Rizal mengaku, pihaknya optimis target pembelian beras sebanyak 30.000 ton tahun ini, akan tercapai. Karena melihat musim tanam pertama, hasilnya sangat bagus. “Kita akan terus membangun komunikasi bersama pemerintah bersama masyarakat agar pembukaan lahan musim tanam kedua, secepatnya dilakukan,” tuturnya.
Diakui jika kegiatan panen secara serempak sedang dilakukan. Tentunya petani juga berusaha melakukan pengeringan gabah, sekaligus menjual agar mendapatkan uang. Sehingga menjadi modal pada musim tanam berikut. Prinsipnya, Bulog selalu memberikan dukungan atau motivasi kepada petani.
Ditambahkan, pembelian beras yang dilakukan, melalui kurang lebih 19 mitra kerja. Belum lagi satker yang diterjunkan Bulog melakukan pembelian gabah maupun beras dari petani. Sehingga target yang diinginkan dan diharapkan, dapat tercapai.
Kepala Kampung Yabamaru, Eko Edi Wibowo menambahkan, para petani sedang melakukan panen. “Panen menggunakan harvester combain, dilakukan setiap hari untuk mengejar agar gabah segera dikeringkan dan digiling,” tuturnya.
Wibowo mengaku, meskipun hasil panen tidak terlalu menggembirakan seperti tahun kemarin, tetapi petani tetap berkomitmen menyiapkan lahan untuk musim tanam kedua nanti. (*)
http://tabloidjubi.com/2016/05/24/20-hektar-sawah-hasil-kerjasama-bulog-merauke-mulai-panen/
Merauke, Jubi – Lahan on farm- kemitraan MKO Perum Bulog Sub Divre Merauke bersama petani di Kampung Yabamaru, Distrik Tanah Miring seluas 20 hektar, sudah mulai dipanen menggunakan harvester combain. Itu adalah strategi yang dilakukan agar bisa membantu pencapaian target pembelian beras tahun ini sebanyak 30.000 ton.
Kepala Perum Bulog Provinsi Papua dan Papua Barat, M. Attar Rizal kepada sejumlah wartawan di Kampung Yabamaru Selasa (24/5/2016) mengungkapkan, pihaknya berterimakasih kepada petani setempat, karena telah bergandengan tangan bersama Bulog Sub Divre Merauke membuka lahan seluas 20 hektar beberapa bulan lalu sekaligus ditanami padi dan kini mulai dipanen.
“Ya, tentu ini menjadi langkah awal yang baik bagi kita semua untuk tahun-tahun mendatang. Tentunya pembukaan lahan akan lebih luas lagi dilakukan, agar bisa saling mendukung,” katanya.
Lebih lanjut Rizal mengaku, pihaknya optimis target pembelian beras sebanyak 30.000 ton tahun ini, akan tercapai. Karena melihat musim tanam pertama, hasilnya sangat bagus. “Kita akan terus membangun komunikasi bersama pemerintah bersama masyarakat agar pembukaan lahan musim tanam kedua, secepatnya dilakukan,” tuturnya.
Diakui jika kegiatan panen secara serempak sedang dilakukan. Tentunya petani juga berusaha melakukan pengeringan gabah, sekaligus menjual agar mendapatkan uang. Sehingga menjadi modal pada musim tanam berikut. Prinsipnya, Bulog selalu memberikan dukungan atau motivasi kepada petani.
Ditambahkan, pembelian beras yang dilakukan, melalui kurang lebih 19 mitra kerja. Belum lagi satker yang diterjunkan Bulog melakukan pembelian gabah maupun beras dari petani. Sehingga target yang diinginkan dan diharapkan, dapat tercapai.
Kepala Kampung Yabamaru, Eko Edi Wibowo menambahkan, para petani sedang melakukan panen. “Panen menggunakan harvester combain, dilakukan setiap hari untuk mengejar agar gabah segera dikeringkan dan digiling,” tuturnya.
Wibowo mengaku, meskipun hasil panen tidak terlalu menggembirakan seperti tahun kemarin, tetapi petani tetap berkomitmen menyiapkan lahan untuk musim tanam kedua nanti. (*)
http://tabloidjubi.com/2016/05/24/20-hektar-sawah-hasil-kerjasama-bulog-merauke-mulai-panen/
Bulog Turunkan Harga Beras jadi Rp 7.900 per Kg, Operasi Pasar pun Diserbu Warga
Selasa, 24 Mei 2016
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGPINANG- Menjelang Bulan Ramadan, Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivisi Regional (Subdivre) Tanjungpinang menurunkan harga jual beras sebesar Rp 500.
Harga beras ini turun saat digelar operasi pasar rutin di Kota Tanjungpinang.
Beras yang semula dijual seharga Rp 8.400 kini menjadi Rp7.900 per kg.
Kepala Bulog Subdivre Tanjungpinang, M Wawan Hidayanto menjelaskan turunnya harga beras tersebut karena Harga Eceran Tertinggi (HET) juga turun dari Rp8.400 menjadi Rp7.900.
Hal tersebut juga berlaku di seluruh Indonesia berdasarkan Surat Menteri Perdagangan No. 667/M-DAG/SD/5/2016 tgl 12 Mei 2016 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar (OP) Beras.
"Ini tujuannya dalam rangka menjaga stabilitas harga beras jelang Ramadhan dan Idul Fitri," katanya Selasa (24/5).
Memang biasanya harga kebutuhan pokok terutama beras selalu naik menjelang Ramadan.
Sebab itu, dia berharap dengan adanya penurunan harga jual beras Bulog tersebut dapat menekan harga beras dan kebutuhan pokok di pasaran.
Operasi Pasar Beras Bulog sendiri sudah dilaksanakan sejak akhir 2015 lalu.
Adapun titik penjualan operasi beras yaitu di pelataran Pasar Bestari Bintan Center, Batu Lima Bawah dan di Kantor Bulog Tanjungpinang.
Selain itu Bulog juga menjual berasnya keliling dengan menyinggahi tempat ramai.
Warga pun mengaku sangat bersyukur dengan adanya Operasi Pasar Beras yang dilakukan Bulog Tanjungpinang. Terlebih harganya kini turun.
Antusias warga membeli beras Bulog selama operasi pasar berlangsung juga cukup baik.
Warga rela mengantri untuk membeli beras tersebut.
Seperti terlihat di Pasar Bestari Bintan Centre.
Retno satu diantara pembeli beras Bulog di Pasar Bestari Bintan Center mengaku membeli beras bulog karena murah.
Biasanya membeli beras di toko seharga 12 ribu perkilo.
Kemudian mendengar cerita dari tetangganya dia pun mencoba membeli beras Bulog.
"Tidak mengecewakanlah. Berasnya bagus harganya murah," katanya. (*)
Tekan Harga di Bawah Rp 30.000/Kg, Bulog Gelontorkan 6 Ton Bawang Merah di Jatim
Selasa, 24 Mei 2016
Surabaya -Bulog Divisi Regional Jawa Timur (Jatim) menggelontorkan bawang merah sebanyak 6 ton ke pasaran. Tujuannya untuk menekan harga bawang merah dari Rp 38.000/ kilogram (kg) menjadi Rp 25.000/kg.
"Mulai hari ini kita gelontorkan 6 ton bawang merah," kata Kepala Perum Bulog Divre Jatim Witono, Selasa (24/5/2016).
Ia mengakui, harga bawang merah di pasaran menembus angka diatas Rp 38.000/kg. Dengan memasarkan bawang merah bulog Rp 25.000/kg yang dipasok dari pusat produksi bawang merah di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Malang, Probolinggo, untuk menekan harga bawang merah di pasaran.
"Kita harapkan stabilisasi harga bawang merah di pasaran, paling tidak harganya di bawah Rp 30.000/kg," terangnya.
Penggelontoran bawang merah itu dilakukan melalui operasi pasar. Seperti yang digelar di halaman kantor bulog Divre Jatim, Jalan A Yani, yang menjual bawang merah Rp 25.000/kg.
"Kalau disini (operasi pasar di halaman kantor Bulog) kita siapkan 260 kg bawang merah dengan harga Rp 25.000/kg," jelasnya.
Surabaya -Bulog Divisi Regional Jawa Timur (Jatim) menggelontorkan bawang merah sebanyak 6 ton ke pasaran. Tujuannya untuk menekan harga bawang merah dari Rp 38.000/ kilogram (kg) menjadi Rp 25.000/kg.
"Mulai hari ini kita gelontorkan 6 ton bawang merah," kata Kepala Perum Bulog Divre Jatim Witono, Selasa (24/5/2016).
Ia mengakui, harga bawang merah di pasaran menembus angka diatas Rp 38.000/kg. Dengan memasarkan bawang merah bulog Rp 25.000/kg yang dipasok dari pusat produksi bawang merah di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Malang, Probolinggo, untuk menekan harga bawang merah di pasaran.
"Kita harapkan stabilisasi harga bawang merah di pasaran, paling tidak harganya di bawah Rp 30.000/kg," terangnya.
Penggelontoran bawang merah itu dilakukan melalui operasi pasar. Seperti yang digelar di halaman kantor bulog Divre Jatim, Jalan A Yani, yang menjual bawang merah Rp 25.000/kg.
"Kalau disini (operasi pasar di halaman kantor Bulog) kita siapkan 260 kg bawang merah dengan harga Rp 25.000/kg," jelasnya.
Selasa, 24 Mei 2016
Bulog Jabar Sebut Petani Masih Kekurangan Mesin Pengering Gabah
Selasa, 24 Mei 2016
Metrotvnews.com, Bandung: Panen raya di musim penghujan membuat petani memutuskan menggiling gabah dalam kondisi basah. Akibatnya, kadar air beras tidak sesuai dengan standar yang ditentukan Perum Bulog, yakni maksimum 14 persen.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jawa Barat (Jabar) Alfi Efendi mengakui, ketersediaan mesin pengering gabah (dryer) untuk petani menjadi salah satu faktor utamanya. Petani masih menggunakan cara tradisional untuk mengeringkan gabah.
"Memang sarana pascapanen di tingkat petani masih harus ada yang kita benahi, terutama dryer. Rata-rata masih menggunakan sinar matahari," kata Alif saat ditemui di Kantor Perum Bulog Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Senin (23/5/2016).
Oleh karena itu Bulog membuka kesempatan untuk petani menjual gabahnya. Proses pengeringan hingga konversi gabah ke beras dilakukan Bulog.
"Kita sudah menyiapkan dryer, kita sewa dryer di swasta, BUMN, kita juga punya dryer," jelas Alif.
Alif mengatakan, Bulog sering mengimbau petani untuk tidak menggiling gabah basah. Sebab, beras yang kadar airnya tinggi tidak bisa bertahan lama di lapangan.
"Karena kalau kadar airnya tidak masuk standar, disimpan bisa berubah warnanya," ungkap Alif.
(LDS)
Metrotvnews.com, Bandung: Panen raya di musim penghujan membuat petani memutuskan menggiling gabah dalam kondisi basah. Akibatnya, kadar air beras tidak sesuai dengan standar yang ditentukan Perum Bulog, yakni maksimum 14 persen.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jawa Barat (Jabar) Alfi Efendi mengakui, ketersediaan mesin pengering gabah (dryer) untuk petani menjadi salah satu faktor utamanya. Petani masih menggunakan cara tradisional untuk mengeringkan gabah.
"Memang sarana pascapanen di tingkat petani masih harus ada yang kita benahi, terutama dryer. Rata-rata masih menggunakan sinar matahari," kata Alif saat ditemui di Kantor Perum Bulog Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Senin (23/5/2016).
Oleh karena itu Bulog membuka kesempatan untuk petani menjual gabahnya. Proses pengeringan hingga konversi gabah ke beras dilakukan Bulog.
"Kita sudah menyiapkan dryer, kita sewa dryer di swasta, BUMN, kita juga punya dryer," jelas Alif.
Alif mengatakan, Bulog sering mengimbau petani untuk tidak menggiling gabah basah. Sebab, beras yang kadar airnya tinggi tidak bisa bertahan lama di lapangan.
"Karena kalau kadar airnya tidak masuk standar, disimpan bisa berubah warnanya," ungkap Alif.
(LDS)
Penggilingan Enggan Lepas Beras ke Bulog
Senin, 23 Mei 2016
INDRAMAYU– Bulog Sub Divre Indra mayu terus meng gen jot peng a daan gabah ma upun beras untuk memenuhi tar get yang ditetapkan pemerintah.
Namun, sejumlah pemilik pab rik penggilingan beras me - nga ku enggan menjual berasnya ke Bulog karena Bulog menuntut sejumlah syarat ketat terkait kua litas beras dan harga beli yang lebih ren dah dibandingkan har ga pa sa ran.
“Itu yang membuat pemilik penggilingan beras jarang menjual ke Bulog,” ung - kap Cimang, pe ngelola penggilingan beras Eka Wi jaya di Desa Tugu, Kecamatan Sl iyeg, Ka bupaten Indramayu, kemarin.
Menurut dia, syarat tersebut, di antaranya tingkat kadar air yang mencapai 14% dan bulir pe cah 20%. Padahal, hujan yang terus mengguyur wilayah Ka bu pa ten Indramayu bulan lalu mem buat tanaman padi yang siap panen di sejumlah dae rah rus ak.
Selain itu, harga beras yang diterima Bulog pun hanya Rp - 7.300/ kg atau sesuai dengan har ga pembelian pemerintah (HPP). Sedangkan harga di pa - sa ran ma sih lebih tinggi, yakni di ki sa r an lebih dari Rp 8.000/ - kg. “Jadi lebih baik saya jual ke pa s ar an,” tutur Ci mang.
Seorang pemilik penggili - ngan beras lainnya Sutatang mem benar kan sejumlah pe - ngelola dan pemilik penggili - ngan beras memang enggan menjual berasnya ke Bulog.
Agar petani dan pemilik penggilingan beras berminat menjual be ras nya ke Bulog, lanjut Su ta tang, Bulog sebaiknya m e ning kat kan harga pembelian beras. “Kalau HPP di atas harga jual di pasaran, pasti beras akan dil epas ke Bulog,” katanya.
Berdasarkan Inpres Nomor 5/2015, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp - 3.700/kg dan di tingkat penggi - ling an Rp3.750/ kg. Sedangkan gabah kering giling (GKG) di ting kat petani Rp4.600/kg dan di gudang Bulog Rp4.650/kg.
Sementara itu, Ketua Wa - hana Masyarakat Tani Nelayan In do nesia (WAMTI) Kabupaten IndramayuWawan Sugiarto me - ngung kapkan, saat ini petani te - ngah menikmati keuntungan hasil panen.”Harga gabah saat ini cu kup tinggi.
Tengkulak yang membeli hasil panen petani bera ni membeli dengan harga le bih mahal dari HPP,” ungkapnya. Wawan menjelaskan, ting gi - nya harga gabah saat ini karena kualitas gabah yang dihasilkan cu kup baik.Pasalnya, saat mu - sim tanam lalu, tanaman padi umumnya tidak terganggu cuaca mau pun hama.
tomi indra
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=6&n=58&date=2016-05-23
INDRAMAYU– Bulog Sub Divre Indra mayu terus meng gen jot peng a daan gabah ma upun beras untuk memenuhi tar get yang ditetapkan pemerintah.
Namun, sejumlah pemilik pab rik penggilingan beras me - nga ku enggan menjual berasnya ke Bulog karena Bulog menuntut sejumlah syarat ketat terkait kua litas beras dan harga beli yang lebih ren dah dibandingkan har ga pa sa ran.
“Itu yang membuat pemilik penggilingan beras jarang menjual ke Bulog,” ung - kap Cimang, pe ngelola penggilingan beras Eka Wi jaya di Desa Tugu, Kecamatan Sl iyeg, Ka bupaten Indramayu, kemarin.
Menurut dia, syarat tersebut, di antaranya tingkat kadar air yang mencapai 14% dan bulir pe cah 20%. Padahal, hujan yang terus mengguyur wilayah Ka bu pa ten Indramayu bulan lalu mem buat tanaman padi yang siap panen di sejumlah dae rah rus ak.
Selain itu, harga beras yang diterima Bulog pun hanya Rp - 7.300/ kg atau sesuai dengan har ga pembelian pemerintah (HPP). Sedangkan harga di pa - sa ran ma sih lebih tinggi, yakni di ki sa r an lebih dari Rp 8.000/ - kg. “Jadi lebih baik saya jual ke pa s ar an,” tutur Ci mang.
Seorang pemilik penggili - ngan beras lainnya Sutatang mem benar kan sejumlah pe - ngelola dan pemilik penggili - ngan beras memang enggan menjual berasnya ke Bulog.
Agar petani dan pemilik penggilingan beras berminat menjual be ras nya ke Bulog, lanjut Su ta tang, Bulog sebaiknya m e ning kat kan harga pembelian beras. “Kalau HPP di atas harga jual di pasaran, pasti beras akan dil epas ke Bulog,” katanya.
Berdasarkan Inpres Nomor 5/2015, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp - 3.700/kg dan di tingkat penggi - ling an Rp3.750/ kg. Sedangkan gabah kering giling (GKG) di ting kat petani Rp4.600/kg dan di gudang Bulog Rp4.650/kg.
Sementara itu, Ketua Wa - hana Masyarakat Tani Nelayan In do nesia (WAMTI) Kabupaten IndramayuWawan Sugiarto me - ngung kapkan, saat ini petani te - ngah menikmati keuntungan hasil panen.”Harga gabah saat ini cu kup tinggi.
Tengkulak yang membeli hasil panen petani bera ni membeli dengan harga le bih mahal dari HPP,” ungkapnya. Wawan menjelaskan, ting gi - nya harga gabah saat ini karena kualitas gabah yang dihasilkan cu kup baik.Pasalnya, saat mu - sim tanam lalu, tanaman padi umumnya tidak terganggu cuaca mau pun hama.
tomi indra
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=6&n=58&date=2016-05-23
Ini Kritik Terhadap Cara Bulog Menyerap Beras dan Gabah
Senin, 23 Mei 2016
Upaya Perum Bulog menyerap beras maupun gabah dikritik asosiasi pedagang beras dan penggilingan padi. Kritik ini disampaikan Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, Sutarto Alimoeso.
Sutarto mengatakan, selama ini ada kewajiban penggilingan padi mengirim beras ke Bulog dengan tujuan memenuhi stok Bulog. Jadi, selama stok Bulog di daerah tertentu belum mencukupi, maka beras-beras yang akan dikirim keluar dari daerah tersebut harus masuk ke Bulog.
"Jadi sepanjang di situ Bulog belum memiliki stok sesuai target, begitu ada barang keluar dari situ ya harus masuk ke Bulog," kata Sutarto saat ditemui di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Yang terjadi itu pengusaha-pengusaha yang akan melakukan moving beras atau moving gabah supaya disetor ke Bulog. Alasannya untuk stok Bulog seharusnya tidak usah begitu," tambah mantan Dirut Perum Bulog itu.
Menurut Sutarto, akibat kewajiban menyetor untuk stok Bulog, pengusaha sulit memasok ke daerah-daerah yang kekurangan beras. Padahal selama ini pengusaha sudah bekerja sama dengan daerah yang kekurangan beras.
"Secara natural, pengusaha beras ini kan sudah bekerja sama dengan daerah-daerah yang selama ini kurang. Itu sudah secara natural," katanya.
Dia menambahkan, untuk mengatasi masalah ini seharusnya Bulog bekerja sama sampai di lapangan menyerap beras dari petani.
"Bulog juga harus mampu bekerja sampai ke lapangan. Jadi Bulog itu harus onfarm, kerja sama dengan petani," pungkas Sutarto.
Upaya Perum Bulog menyerap beras maupun gabah dikritik asosiasi pedagang beras dan penggilingan padi. Kritik ini disampaikan Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, Sutarto Alimoeso.
Sutarto mengatakan, selama ini ada kewajiban penggilingan padi mengirim beras ke Bulog dengan tujuan memenuhi stok Bulog. Jadi, selama stok Bulog di daerah tertentu belum mencukupi, maka beras-beras yang akan dikirim keluar dari daerah tersebut harus masuk ke Bulog.
"Jadi sepanjang di situ Bulog belum memiliki stok sesuai target, begitu ada barang keluar dari situ ya harus masuk ke Bulog," kata Sutarto saat ditemui di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Yang terjadi itu pengusaha-pengusaha yang akan melakukan moving beras atau moving gabah supaya disetor ke Bulog. Alasannya untuk stok Bulog seharusnya tidak usah begitu," tambah mantan Dirut Perum Bulog itu.
Menurut Sutarto, akibat kewajiban menyetor untuk stok Bulog, pengusaha sulit memasok ke daerah-daerah yang kekurangan beras. Padahal selama ini pengusaha sudah bekerja sama dengan daerah yang kekurangan beras.
"Secara natural, pengusaha beras ini kan sudah bekerja sama dengan daerah-daerah yang selama ini kurang. Itu sudah secara natural," katanya.
Dia menambahkan, untuk mengatasi masalah ini seharusnya Bulog bekerja sama sampai di lapangan menyerap beras dari petani.
"Bulog juga harus mampu bekerja sampai ke lapangan. Jadi Bulog itu harus onfarm, kerja sama dengan petani," pungkas Sutarto.
Warga Dua Desa Terima Beras Kualitas Buruk dari Bulog Sub Drive Serang
Senin, 23 Mei 2016
SERANG – Warga di dua desa mengeluh karena mendapati beras untuk orang miskin (Raskin) untuk mereka dalam kondisi apek, berdebu, dan berkutu. Beras tidak layak konsumsi tersebut membuat warga resah karena jatah makan mereka terkendala buruknya kualitas beras.
Informasi yang diperoleh, beras kualitas buruk tersebut dibagikan oleh pihak Bulog Sub Drive Serang kepada masyarakat di Desa Kadu Kempong sebanyak 10.530 kilogram, dan Desa Batukuwung sebanyak 15.480 kilogram, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.
Kepala Desa Batukuwung Nova Maulana dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya laporan dari masyarakat bahwa kualitas beras kurang baik. “Kalau berkutu sih enggak ada laporan ke saya. Tapi kalau kurang bagus iya memang ada laporan. Sebelumnya, yang Januari berasnya bagus, tapi yang sekarang ada laporan kurang bagus itu,” kata Kades Batukuwung kepada bantennews.co.id, Senin (23/5/2016).
Sementara, itu Kades Kadukempong, Maskam membenarkan adanya laporan kualitas beras yang kurang baik untuk dikonsumsi. “Kalau yang sekarang sudah dibagikan ke warga. Memang berasnya kurang bagus, tapi ke depan kami berharap Bulog mengirim beras yang bagus buat masyarakat,” pintanya.
Kepala Bulog Sub Drive Serang Indah Handayani belum bisa dikonfirmasi atas laporan warga tersebut. Panggilan dan pesan singkat wartawan tidak dibalas. (You/Red)
http://www.bantennews.co.id/warga-dua-desa-terima-beras-kualitas-buruk-dari-bulog-sub-drive-serang
Informasi yang diperoleh, beras kualitas buruk tersebut dibagikan oleh pihak Bulog Sub Drive Serang kepada masyarakat di Desa Kadu Kempong sebanyak 10.530 kilogram, dan Desa Batukuwung sebanyak 15.480 kilogram, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.
Kepala Desa Batukuwung Nova Maulana dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya laporan dari masyarakat bahwa kualitas beras kurang baik. “Kalau berkutu sih enggak ada laporan ke saya. Tapi kalau kurang bagus iya memang ada laporan. Sebelumnya, yang Januari berasnya bagus, tapi yang sekarang ada laporan kurang bagus itu,” kata Kades Batukuwung kepada bantennews.co.id, Senin (23/5/2016).
Sementara, itu Kades Kadukempong, Maskam membenarkan adanya laporan kualitas beras yang kurang baik untuk dikonsumsi. “Kalau yang sekarang sudah dibagikan ke warga. Memang berasnya kurang bagus, tapi ke depan kami berharap Bulog mengirim beras yang bagus buat masyarakat,” pintanya.
Kepala Bulog Sub Drive Serang Indah Handayani belum bisa dikonfirmasi atas laporan warga tersebut. Panggilan dan pesan singkat wartawan tidak dibalas. (You/Red)
http://www.bantennews.co.id/warga-dua-desa-terima-beras-kualitas-buruk-dari-bulog-sub-drive-serang
Warga Kabupaten Serang Keluhkan Beras Busuk dari Bulog
Senin, 23 Mei 2016
SERANG, TitikNOL - Warga dua desa di wilayah Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang mengeluhkan buruknya beras yang disalurkan Bulog Serang.
Dari informasi yang diperoleh, beras yang disalurkan ke Desa Kadu Kemplong sebanyak 10.530 kilogram dan Desa Batu Kuwung sebanyak 15.480 kilogram berwarna kuning dan bau apek. Selain bau apek, beras juga berkutu.
Maskam, Kepala Desa Kadu Kemplong saat dihubungi membenarkan beras yang diterima oleh warganya untuk bulan Mei 2016, berwarna kuning dan bau.
Namun, kata Maskam, beras sudah terlanjur disalurkan kepada para ketua RT untuk dibagikan kepada warga.
"Iya berwarna kuning pak dan ada yang bau. Ya mau apalagi, karena beras sudah diterima oleh warga," ujar Maskam, Senin (23/5/2016), saat dihubungi TitikNOL.
Maskam berharap, kedepannya, beras yang disalurkan kepada warganya bisa lebih bagus lagi kualitasnya.
"Saya cuma minta untuk selanjutnya, berasnya biar lebih bagus dan tidak berwarna pak," harapnya.
Senada dikatakan, Nova Maulana, Kades Batu Kuwung. Menurutnya, informasi beras kualitas buruk yang ia peroleh, tidak hanya beras yang disalurkan ke Desa Batu Kuwung.
"Untuk di desa kami, memang tidak semua kualitasnya jelek. Ada juga kata beberapa ketua RT yang bagus," imbuhnya.
Sementara itu, Dian Handayani, Kasub Divre Bulog Serang saat dihubungi membantah bila beras yang disalurkan pihaknya ke wilayah Kecamatan Padarincang berkualitas buruk.
"Sejak bulan April saya di sini (Serang), semua beras yang disalurkan adalah hasil panen baru. Ngak tahu kalau sebelum saya. Tapi, sampai saat ini, kami juga belum menerima laporan penolakan. Kalau mau ditukar, silahkan ditukar. Tolong jangan dibesar-besarkan," pungkas Dian. (Gun/red)
SERANG, TitikNOL - Warga dua desa di wilayah Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang mengeluhkan buruknya beras yang disalurkan Bulog Serang.
Dari informasi yang diperoleh, beras yang disalurkan ke Desa Kadu Kemplong sebanyak 10.530 kilogram dan Desa Batu Kuwung sebanyak 15.480 kilogram berwarna kuning dan bau apek. Selain bau apek, beras juga berkutu.
Maskam, Kepala Desa Kadu Kemplong saat dihubungi membenarkan beras yang diterima oleh warganya untuk bulan Mei 2016, berwarna kuning dan bau.
Namun, kata Maskam, beras sudah terlanjur disalurkan kepada para ketua RT untuk dibagikan kepada warga.
"Iya berwarna kuning pak dan ada yang bau. Ya mau apalagi, karena beras sudah diterima oleh warga," ujar Maskam, Senin (23/5/2016), saat dihubungi TitikNOL.
Maskam berharap, kedepannya, beras yang disalurkan kepada warganya bisa lebih bagus lagi kualitasnya.
"Saya cuma minta untuk selanjutnya, berasnya biar lebih bagus dan tidak berwarna pak," harapnya.
Senada dikatakan, Nova Maulana, Kades Batu Kuwung. Menurutnya, informasi beras kualitas buruk yang ia peroleh, tidak hanya beras yang disalurkan ke Desa Batu Kuwung.
"Untuk di desa kami, memang tidak semua kualitasnya jelek. Ada juga kata beberapa ketua RT yang bagus," imbuhnya.
Sementara itu, Dian Handayani, Kasub Divre Bulog Serang saat dihubungi membantah bila beras yang disalurkan pihaknya ke wilayah Kecamatan Padarincang berkualitas buruk.
"Sejak bulan April saya di sini (Serang), semua beras yang disalurkan adalah hasil panen baru. Ngak tahu kalau sebelum saya. Tapi, sampai saat ini, kami juga belum menerima laporan penolakan. Kalau mau ditukar, silahkan ditukar. Tolong jangan dibesar-besarkan," pungkas Dian. (Gun/red)
Senin, 23 Mei 2016
Bulog Diminta Jeli Serap Jagung
Minggu, 22 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog diminta jeli ketika nantinya melaksanakan penyerapan jagung, baik dari petani maupun lewat jalur impor. Terutama dalam hal kelengkapan data. Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menekankan, data berperan dalam proses identifikasi kebutuhan dan terkait sektor lain.
"Kesalahan data membuat kekacauan pangan dan gejolak harga yang merugikan rakyat," kata dia melalui siaran pers, Sabtu (22/5).
Data juga akan berkaitan dengan cara impor yang akan dilakukan Bulog. Selama ini, jagung dan kedelai merupakan dua komoditas stategis untuk pakan ternak dan pangan olahan lain.
Ketika kegiatan penyerapan dilakukan tanpa data yang akurat, stabilitas pangan dalam negeri akan goyah dan sama sekali tidak efektif memberantas kelompok yang disebut mafia. Said menyebut, Bulog harus melihat data dari tahun ke tahun, pun memperhatikan skema produksi dan jumlah kebutuhan di masing-masing tahun.
"Nanti ketahuan kekurangan berapa dan komoditas apa yang mau dihentikan impornya atau ditambahkan," katanya.
Melandasi kegiatan penyerapan berdasarkan data yang valid juga mencegah terjadi kolaps atau demonstrasi di masyarakat dan peternak. Ia lantas menyinggung kejadian demonstasi peternak Jawa Timur beberapa waktu lalu akibat harga jagung yang melambung.
Said juga meminta Bulog menyiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) terlebih dahulu sebelum melaksanakan impor. Jika dua hal tersebut tidak disiapkan dengan matang, maka akan sangat merepotkan peternak kecil dan pangan olahan.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/05/22/o7kqev368-bulog-diminta-jeli-serap-jagung
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog diminta jeli ketika nantinya melaksanakan penyerapan jagung, baik dari petani maupun lewat jalur impor. Terutama dalam hal kelengkapan data. Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menekankan, data berperan dalam proses identifikasi kebutuhan dan terkait sektor lain.
"Kesalahan data membuat kekacauan pangan dan gejolak harga yang merugikan rakyat," kata dia melalui siaran pers, Sabtu (22/5).
Data juga akan berkaitan dengan cara impor yang akan dilakukan Bulog. Selama ini, jagung dan kedelai merupakan dua komoditas stategis untuk pakan ternak dan pangan olahan lain.
Ketika kegiatan penyerapan dilakukan tanpa data yang akurat, stabilitas pangan dalam negeri akan goyah dan sama sekali tidak efektif memberantas kelompok yang disebut mafia. Said menyebut, Bulog harus melihat data dari tahun ke tahun, pun memperhatikan skema produksi dan jumlah kebutuhan di masing-masing tahun.
"Nanti ketahuan kekurangan berapa dan komoditas apa yang mau dihentikan impornya atau ditambahkan," katanya.
Melandasi kegiatan penyerapan berdasarkan data yang valid juga mencegah terjadi kolaps atau demonstrasi di masyarakat dan peternak. Ia lantas menyinggung kejadian demonstasi peternak Jawa Timur beberapa waktu lalu akibat harga jagung yang melambung.
Said juga meminta Bulog menyiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) terlebih dahulu sebelum melaksanakan impor. Jika dua hal tersebut tidak disiapkan dengan matang, maka akan sangat merepotkan peternak kecil dan pangan olahan.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/05/22/o7kqev368-bulog-diminta-jeli-serap-jagung
Pemilik Penggilingan Enggan Jual Berasnya ke Bulog
Minggu, 22 Mei 2016
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bulog Sub Divre Indramayu terus menggenjot pengadaan gabah maupun beras. Namun, sejumlah pemilik pabrik penggilingan beras (PB) mengaku enggan menjual berasnya ke Bulog akibat adanya syarat ketat kualitas beras dan lebih rendahnya harga dibanding pasaran.
"Beras yang diterima Bulog ada syarat-syaratnya, susah (untuk dipenuhi)," ujar salah seorang pengelola PB Eka Wijaya di Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Cimang.
Adapun syarat beras yang diterima masuk ke gudang Bulog di antaranya tingkat kadar air yang mencapai 14 persen dan bulir pecah 20 persen. Padahal, hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Indramayu pada bulan lalu, membuat tanaman padi yang siap panen di sejumlah daerah menjadi rusak. Akibatnya, kualitas gabah yang dihasilkan pun menjadi rendah.
Selain itu, lanjut Cimang, harga beras yang diterima Bulog pun hanya Rp 7.300 per kg, atau sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Sedangkan harga di pasaran, masih lebih tinggi, yakni di kisaran lebih dari Rp 8.000 per kg. "Jadi ya lebih baik saya jual ke pasaran," tutur Cimang.
Seorang pemilik penggilingan beras, Sutatang, mengakui adanya keengganan dari sejumlah pengelola dan pemilik penggilingan beras untuk memasukkan berasnya ke gudang Bulog. Dia menjelaskan, mereka enggan karena ada syarat kualitas beras yang ketat dan harganya lebih rendah dibanding pasaran.
Untuk meningkatkan minat para petani dan pemilik penggilingan beras agar menjual berasnya ke Bulog, Sutatang berharap agar Bulog meningkatkan harga pembelian beras. Dengan demikian, harga Bulog tidak lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/05/22/o7kj73318-pemilik-penggilingan-enggan-jual-berasnya-ke-bulog
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bulog Sub Divre Indramayu terus menggenjot pengadaan gabah maupun beras. Namun, sejumlah pemilik pabrik penggilingan beras (PB) mengaku enggan menjual berasnya ke Bulog akibat adanya syarat ketat kualitas beras dan lebih rendahnya harga dibanding pasaran.
"Beras yang diterima Bulog ada syarat-syaratnya, susah (untuk dipenuhi)," ujar salah seorang pengelola PB Eka Wijaya di Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Cimang.
Adapun syarat beras yang diterima masuk ke gudang Bulog di antaranya tingkat kadar air yang mencapai 14 persen dan bulir pecah 20 persen. Padahal, hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Indramayu pada bulan lalu, membuat tanaman padi yang siap panen di sejumlah daerah menjadi rusak. Akibatnya, kualitas gabah yang dihasilkan pun menjadi rendah.
Selain itu, lanjut Cimang, harga beras yang diterima Bulog pun hanya Rp 7.300 per kg, atau sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Sedangkan harga di pasaran, masih lebih tinggi, yakni di kisaran lebih dari Rp 8.000 per kg. "Jadi ya lebih baik saya jual ke pasaran," tutur Cimang.
Seorang pemilik penggilingan beras, Sutatang, mengakui adanya keengganan dari sejumlah pengelola dan pemilik penggilingan beras untuk memasukkan berasnya ke gudang Bulog. Dia menjelaskan, mereka enggan karena ada syarat kualitas beras yang ketat dan harganya lebih rendah dibanding pasaran.
Untuk meningkatkan minat para petani dan pemilik penggilingan beras agar menjual berasnya ke Bulog, Sutatang berharap agar Bulog meningkatkan harga pembelian beras. Dengan demikian, harga Bulog tidak lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/05/22/o7kj73318-pemilik-penggilingan-enggan-jual-berasnya-ke-bulog
Bulog: Wajar kalau Orang Kaya Bilang Raskin Jelek
Sabtu.20 Mei 2016
LAMPUNG - Perum Bulog memastikan beras miskin (raskin) yang disalurkan ke Provinsi Lampung tidak rusak apalagi berkutu atau berbau. Hal ini mengingat beberapa keluhan warga di daerah lain mengenai raskin yang bau dan berkutu.
Kepala Bulog Divre Lampung Dindin Syamsudin meyakini raskin yang dibagikan ke warga bersih dan sehat. Pasalnya, Divre Lampung rutin melakukan penjagaan kualitas raskin.
"Di Lampung, saya jamin enggak akan ada beras yang jelek, jangankan jelek turun kualitas aja enggak karena penjagaan kualitas bagus," kata dia kepada Okezone, Jumat (20/2/2016). (Baca Juga: Lampung Paling Lancar Bayar Tebusan Raskin)
Berbeda dengan daerah lain yang banyak dihujani protes dari warga. Dindin mengatakan, di Lampung tidak ada laporan dari warga yang menerima raskin jelek atau bau. Hanya saja, terkadang ada orang yang tidak seharusnya menerima raskin membeli raskin. Golongan mampu ini merasa kualitas raskin jelek.
"Insya Allah enggak akan ada keluhan raskin jelek bau, kecuali dia yang orang kaya beli raskin, bilang raskin jelek padahal dia bandingkan dengan beras premium," cetusnya.
Di Provinsi Lampung, 8.065 ton beras raskin disalurkan ke 573.954 Rumah Tangga Sasaran (RTS). Raskin di Provinsi Lampung didistribusikan ke 15 wilayah.
Antara lain, Bandar Lampung 828 ton, Tanggamus 690 ton, Pesawaran 570 ton, Pringsewu 292 ton, Kota Metro 83.010 kg, Lampung Tengah 1.339 ton, Lampung Timur 1.281 ton, Lampung Utara 841 ton, Lampung Barat 283 ton, Way Kanan 491 ton, Pesisir Barat 190 ton, Tulang Bawang 311 ton, Tulang Bawang Barat 170 ton, Mesuji 143 ton dan Lampung Selatan 1.089 ton.
(mrt)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/20/320/1393293/bulog-wajar-kalau-orang-kaya-bilang-raskin-jelek
LAMPUNG - Perum Bulog memastikan beras miskin (raskin) yang disalurkan ke Provinsi Lampung tidak rusak apalagi berkutu atau berbau. Hal ini mengingat beberapa keluhan warga di daerah lain mengenai raskin yang bau dan berkutu.
Kepala Bulog Divre Lampung Dindin Syamsudin meyakini raskin yang dibagikan ke warga bersih dan sehat. Pasalnya, Divre Lampung rutin melakukan penjagaan kualitas raskin.
"Di Lampung, saya jamin enggak akan ada beras yang jelek, jangankan jelek turun kualitas aja enggak karena penjagaan kualitas bagus," kata dia kepada Okezone, Jumat (20/2/2016). (Baca Juga: Lampung Paling Lancar Bayar Tebusan Raskin)
Berbeda dengan daerah lain yang banyak dihujani protes dari warga. Dindin mengatakan, di Lampung tidak ada laporan dari warga yang menerima raskin jelek atau bau. Hanya saja, terkadang ada orang yang tidak seharusnya menerima raskin membeli raskin. Golongan mampu ini merasa kualitas raskin jelek.
"Insya Allah enggak akan ada keluhan raskin jelek bau, kecuali dia yang orang kaya beli raskin, bilang raskin jelek padahal dia bandingkan dengan beras premium," cetusnya.
Di Provinsi Lampung, 8.065 ton beras raskin disalurkan ke 573.954 Rumah Tangga Sasaran (RTS). Raskin di Provinsi Lampung didistribusikan ke 15 wilayah.
Antara lain, Bandar Lampung 828 ton, Tanggamus 690 ton, Pesawaran 570 ton, Pringsewu 292 ton, Kota Metro 83.010 kg, Lampung Tengah 1.339 ton, Lampung Timur 1.281 ton, Lampung Utara 841 ton, Lampung Barat 283 ton, Way Kanan 491 ton, Pesisir Barat 190 ton, Tulang Bawang 311 ton, Tulang Bawang Barat 170 ton, Mesuji 143 ton dan Lampung Selatan 1.089 ton.
(mrt)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/20/320/1393293/bulog-wajar-kalau-orang-kaya-bilang-raskin-jelek
Sabtu, 21 Mei 2016
Warga Desa Banyuroto Keluhkan Raskin Remuk
Jumat,20 Mei 2016
KULONPROGO, suaramerdeka.com – Beras miskin (raskin) alokasi bulan Mei yang didistribusikan untuk Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo ternyata banyak yang kondisinya remuk.
Hal itu terungkap dalam evaluasi pendistribusian raskin di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kulonprogo, Jumat (20/5). Secara umum pendistribusian berjalan baik dan lancar meski beras yang didistribusikan kembali ke kualitas medium.
“Secara umum pendistribusian dan pembayaran raskin di wilayah kecamatan Nanggulan berjalan lancar, namun di desa Banyuroto ditemui adanya raskin yang banyak menirnya atau remuknya,” kata Kasie Kesos Kecamatan Nanggulan Ika Haristyowati.
Rakor tersebut diikuti Tim Raskin DIY, kabupaten dan kecamatan, serta beberapa Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Perwakilan dari Bulog DIY, Fansuri mengatakan, padi pada musim tanam pertama lalu di wilayah Kulonprogo banyak yang diserang hama hama patah leher.
Hal itu menyebabkan nutrisi pada padi menjadi berkurang, sehingga jika gabah digiling banyak yang remuk seperti yang ditemukan pada raskin untuk Desa Banyuroto.
(Panuju Triangga/ CN33/ SM Network)
http://berita.suaramerdeka.com/warga-desa-banyuroto-keluhkan-raskin-remuk/
KULONPROGO, suaramerdeka.com – Beras miskin (raskin) alokasi bulan Mei yang didistribusikan untuk Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo ternyata banyak yang kondisinya remuk.
Hal itu terungkap dalam evaluasi pendistribusian raskin di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kulonprogo, Jumat (20/5). Secara umum pendistribusian berjalan baik dan lancar meski beras yang didistribusikan kembali ke kualitas medium.
“Secara umum pendistribusian dan pembayaran raskin di wilayah kecamatan Nanggulan berjalan lancar, namun di desa Banyuroto ditemui adanya raskin yang banyak menirnya atau remuknya,” kata Kasie Kesos Kecamatan Nanggulan Ika Haristyowati.
Rakor tersebut diikuti Tim Raskin DIY, kabupaten dan kecamatan, serta beberapa Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Perwakilan dari Bulog DIY, Fansuri mengatakan, padi pada musim tanam pertama lalu di wilayah Kulonprogo banyak yang diserang hama hama patah leher.
Hal itu menyebabkan nutrisi pada padi menjadi berkurang, sehingga jika gabah digiling banyak yang remuk seperti yang ditemukan pada raskin untuk Desa Banyuroto.
(Panuju Triangga/ CN33/ SM Network)
http://berita.suaramerdeka.com/warga-desa-banyuroto-keluhkan-raskin-remuk/
Warga Desa Banyuroto Mengeluh Raskin Alokasi Bulan Mei Remuk dan Patah
Jumat, 20 Mei 2016
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Warga Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo menemukan beras remuk dan patah saat distribusi raskin alokasi bulan Mei.
Keluhan warga tersebut disampaikan Kasie Kesos Kecamatan Nanggulan, Ika Haristyowati, saat evaluasi pendistribusian raskin di Dinsosnakertrans Kulonprogo, Jumat (20/5/2016).
Ika mengatakan sebenarnya secara umum pendistribusian raskin di wilayahnya cukup lancar.
Namun, temuan beras dalam kondisi remuk atau patah juga banyak dikeluhkan masyarakat penerima. Temuan dan keluhan itu terutama muncul di Desa Banyuroto.
"Kami menemukan raskin banyak menirnya. Banyak yang remuk," katanya.
Rapat evaluasi di Dinsosnakertrans tersebut diikuti Tim Raskin DIY, Kabupaten dan Kecamatan serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).
Ika yang menjadi salah satu tim menyampaikan temuan itu agar menjadi evaluasi instansi terkait.
Perwakilan Bulog DIY, Fansuri, menjelaskan temuan beras menir atau remuk berkaitan dengan serangan hama patah leher padi petani.
Menurutnya, panen pada musim tanam (MT) pertama di Kulonprogo terserang hama padi patah leher.
Serangan hama tersebut mengakibatkan berkurangnya nutrisi. Dampaknya, ketika gabah digiling hasilnya banyak yang mengalami remuk sebagaimana temuan raskin di Desa Banyuroto.
Dia pun hanya bisa berharap pada musim tanam kedua hasil panennya lebih baik.
"Memang rendemen sekarang di bawah 50 persen. Jadi kalau digiling satu kuintal gabah jadi beras hanya 40 kilogram," ujar Fansuri.
Adapun menghadapi hari besar keagamaan, menurutnya, distribusi raskin selanjutnya akan dipercepat.
Menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri, rencananya pendistribusian untuk bulan Juni dan sebagian alokasi Juli dilakukan pada Juni.
Sebagian alokasi Juli lainnya, menurutnya, ada juga yang akan didistribusikan pascalebaran.
"Itu untuk stabilitas harga beras di pasaran," lanjutnya. (tribunjogja.com)
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Warga Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo menemukan beras remuk dan patah saat distribusi raskin alokasi bulan Mei.
Keluhan warga tersebut disampaikan Kasie Kesos Kecamatan Nanggulan, Ika Haristyowati, saat evaluasi pendistribusian raskin di Dinsosnakertrans Kulonprogo, Jumat (20/5/2016).
Ika mengatakan sebenarnya secara umum pendistribusian raskin di wilayahnya cukup lancar.
Namun, temuan beras dalam kondisi remuk atau patah juga banyak dikeluhkan masyarakat penerima. Temuan dan keluhan itu terutama muncul di Desa Banyuroto.
"Kami menemukan raskin banyak menirnya. Banyak yang remuk," katanya.
Rapat evaluasi di Dinsosnakertrans tersebut diikuti Tim Raskin DIY, Kabupaten dan Kecamatan serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).
Ika yang menjadi salah satu tim menyampaikan temuan itu agar menjadi evaluasi instansi terkait.
Perwakilan Bulog DIY, Fansuri, menjelaskan temuan beras menir atau remuk berkaitan dengan serangan hama patah leher padi petani.
Menurutnya, panen pada musim tanam (MT) pertama di Kulonprogo terserang hama padi patah leher.
Serangan hama tersebut mengakibatkan berkurangnya nutrisi. Dampaknya, ketika gabah digiling hasilnya banyak yang mengalami remuk sebagaimana temuan raskin di Desa Banyuroto.
Dia pun hanya bisa berharap pada musim tanam kedua hasil panennya lebih baik.
"Memang rendemen sekarang di bawah 50 persen. Jadi kalau digiling satu kuintal gabah jadi beras hanya 40 kilogram," ujar Fansuri.
Adapun menghadapi hari besar keagamaan, menurutnya, distribusi raskin selanjutnya akan dipercepat.
Menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri, rencananya pendistribusian untuk bulan Juni dan sebagian alokasi Juli dilakukan pada Juni.
Sebagian alokasi Juli lainnya, menurutnya, ada juga yang akan didistribusikan pascalebaran.
"Itu untuk stabilitas harga beras di pasaran," lanjutnya. (tribunjogja.com)
DPRD Lebak Temukan Beras Bulog Kualitas Rendah dan Susut
Jumat, 20 Mei 2016
Sejumlah anggota Komisi III, DPRD Lebak saat melakukan Sidak di Gudang Bulog Sub Divre Lebak-Pandeglang, Jumat 20 Mei 2016. (Foto: MTVN-Batur Parisi)
Metrotvnews.com, Lebak: Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke gudang beras Bulog sub Divisi Regional, Lebak, Pandeglang, Banten, Jumat (20/5/2016).
Sidak dipimpin langsung oleh Ketua Komisi III DPRD Lebak, Emuy Mulyanah. Tim sidak menemukan berat dari beras dalam karung-karung tersebut telah menyusut dari berat awal.
BACA JUGABulog Jateng Serap 4.000 Ton Tiap HariPengadaan Beras Bulog di Banyumas Capai 29.000 TonMei 2016, Bulog Bangka Salurkan Raskintis
Brandconnect
5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Produk Elektronik "Berdasarkan aduan warga kepada kami, ada dua pokok permasalahan yakni soal penyusutan volume beras dan soal kualitas. Maka kita kroscek, terlepas apakah hal itu ada unsur kesengajaan atau tidak. Faktanya kita menemukan penyusutan takaran beras," kata anggota Komisi III DPRD Lebak, Acep Dimyati.
Menurutnya, temuan tersebut akan diteruskan ke pembahasan di Komisi III untuk ditindaklanjuti.
"Ini akan kita tindak lanjuti dan kita bahas di Komisi nanti, untuk menentukan sikap selanjutnya," jelas Acep.
(MEL)
http://news.metrotvnews.com/read/2016/05/20/531067/dprd-lebak-temukan-beras-bulog-kualitas-rendah-dan-susu
Metrotvnews.com, Lebak: Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke gudang beras Bulog sub Divisi Regional, Lebak, Pandeglang, Banten, Jumat (20/5/2016).
Sidak dipimpin langsung oleh Ketua Komisi III DPRD Lebak, Emuy Mulyanah. Tim sidak menemukan berat dari beras dalam karung-karung tersebut telah menyusut dari berat awal.
BACA JUGABulog Jateng Serap 4.000 Ton Tiap HariPengadaan Beras Bulog di Banyumas Capai 29.000 TonMei 2016, Bulog Bangka Salurkan Raskintis
Brandconnect
5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Produk Elektronik "Berdasarkan aduan warga kepada kami, ada dua pokok permasalahan yakni soal penyusutan volume beras dan soal kualitas. Maka kita kroscek, terlepas apakah hal itu ada unsur kesengajaan atau tidak. Faktanya kita menemukan penyusutan takaran beras," kata anggota Komisi III DPRD Lebak, Acep Dimyati.
Menurutnya, temuan tersebut akan diteruskan ke pembahasan di Komisi III untuk ditindaklanjuti.
"Ini akan kita tindak lanjuti dan kita bahas di Komisi nanti, untuk menentukan sikap selanjutnya," jelas Acep.
(MEL)
http://news.metrotvnews.com/read/2016/05/20/531067/dprd-lebak-temukan-beras-bulog-kualitas-rendah-dan-susu
Terkait Raskin Busuk, DPRD Lebak akan Sidak Bulog
Kamis, 19 Mei 2016
LEBAK, TitikNOL - Pasca aksi unjuk rasa yang menuding adanya dugaan 'permainan' dalam proses penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin), menimbulkan keprihatinan dari DPRD Lebak.
Djudju Yumiarsih, Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Lebak, mengaku sangat prihatin dengan kondisi beras kualitas buruk yang diterima warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak.
Dirinya pun mengaku akan segera melakukan inpeksi mendadak ke kantor Badan urusan logistik (Bulog) Sub Divre Lebak-Pandeglang, untuk memastikan sejauh mana kebenaran informasi.
"Tadi saya sendiri yang menerima beras kualitas buruk yang diberikan warga di kantor DPRD kepada kami. Jujur saya prihatin sekali. Makanya, besok kami akan sidak ke Bulog," ujar politisi PPP ini kepada TitikNOL, Rabu (18/05/2016).
Dirinya pun meminta, agar Bulog benar-benar memantau proses penyaluran raskin hingga ke titik bagi, agar bantuan itu bisa tepat sasaran.
"Sangat kita sadari apabila warga menerima beras lalu kualitasnya buruk, masa iya harus melaporkan sendiri ke Bulog. Jadi kami berharap Bulog dari awal harus menjaga kualitas dan kuantitas beras," papar Djudju.
Disinggung soal rencana menggelar RDP dengan pihak Bulog, Djudju mengatakan hal tersebut bisa dilakukan. Akan tetapi kata Djudju, RDP harus melalui mekanisme dan persetujuan pimpinan.
Baca juga: Demo Bulog, Warga di Lebak Sumbang Beras Busuk
"RDP bisa kita lakukan, tapi saat ini dewan masih banyak tugas lain. Dan kalau RDP kan harus dikonsultasikan dan disetujui pimpinan. Untuk sidak kita pastikan bisa, besok kita sidak ke Bulog," pungkasnya.
Seperti diketahui, puluhan warga di Kabupaten Lebak mendatangi kantor DPRD setempat, sambil menyerahkan beras busuk. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes warga kepada buruknya kualitas raskin yang diterima. (Gun/red)
http://titiknol.co.id/pemerintahan/terkait-raskin-busuk-dprd-lebak-akan-sidak-bulog/
LEBAK, TitikNOL - Pasca aksi unjuk rasa yang menuding adanya dugaan 'permainan' dalam proses penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin), menimbulkan keprihatinan dari DPRD Lebak.
Djudju Yumiarsih, Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Lebak, mengaku sangat prihatin dengan kondisi beras kualitas buruk yang diterima warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak.
Dirinya pun mengaku akan segera melakukan inpeksi mendadak ke kantor Badan urusan logistik (Bulog) Sub Divre Lebak-Pandeglang, untuk memastikan sejauh mana kebenaran informasi.
"Tadi saya sendiri yang menerima beras kualitas buruk yang diberikan warga di kantor DPRD kepada kami. Jujur saya prihatin sekali. Makanya, besok kami akan sidak ke Bulog," ujar politisi PPP ini kepada TitikNOL, Rabu (18/05/2016).
Dirinya pun meminta, agar Bulog benar-benar memantau proses penyaluran raskin hingga ke titik bagi, agar bantuan itu bisa tepat sasaran.
"Sangat kita sadari apabila warga menerima beras lalu kualitasnya buruk, masa iya harus melaporkan sendiri ke Bulog. Jadi kami berharap Bulog dari awal harus menjaga kualitas dan kuantitas beras," papar Djudju.
Disinggung soal rencana menggelar RDP dengan pihak Bulog, Djudju mengatakan hal tersebut bisa dilakukan. Akan tetapi kata Djudju, RDP harus melalui mekanisme dan persetujuan pimpinan.
Baca juga: Demo Bulog, Warga di Lebak Sumbang Beras Busuk
"RDP bisa kita lakukan, tapi saat ini dewan masih banyak tugas lain. Dan kalau RDP kan harus dikonsultasikan dan disetujui pimpinan. Untuk sidak kita pastikan bisa, besok kita sidak ke Bulog," pungkasnya.
Seperti diketahui, puluhan warga di Kabupaten Lebak mendatangi kantor DPRD setempat, sambil menyerahkan beras busuk. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes warga kepada buruknya kualitas raskin yang diterima. (Gun/red)
http://titiknol.co.id/pemerintahan/terkait-raskin-busuk-dprd-lebak-akan-sidak-bulog/
Jumat, 20 Mei 2016
Bulog Belum Bisa Serap Gabah Milik Petani
Kamis, 19 Mei 2016
MAJALENGKA,(PR).- Bulog Cirebon belum bisa menyerap gabah milik petani dengan alasan harga masih di atas Harga Pokok Penjualan (HPP) pemerintah yang hanya Rp 3.700 per kg untuk Gabah Kering Simpan (GKS), sementara di tingkat petani sudah di atas Rp 4.000 per kg.
Sementara itu sejumlah petani di Majalengka kini mengeluhkan rendahnya harga gabah yang hanya Rp 400.000 hingga Rp 440.000 per kuintal, kondisi tersebut sudah cukup lama setelah panen MT satu selesai. Malah kini petani pun sulit menjual gabah karena bandar yang biasa berkeliling justru banyak yang menolak membeli gabah petani.
Pulung, dari Bulog Cirebon mengatakan pihak Bulog akan menyerap gabah petani bilamana harga di bawah HPP atau sama dengan HPP, serta kadar air 14 persen dengan kadar hampa 3 persen. Namun demikian, menurutnya, petugas dari Bulog akan terus melakukan survei ke lapangan untuk melakukan pengecekan harga di tingkat petani guna memastikan harga gabah di pasaran.
“Kami juga sudah melakukan kerja sama dengan Babinsa dan Kepolisian untuk memantau harga gabah di pasaran di masing-masing daerah, bila harga gabah di tingkat petani jatuh dibawah HPP maka Bulog akan langsung melakukan penyerapan gabah petani,” ungkap Pulung.
Menurutnya, harga gabah kering simpan berdasarkan HPP senilai Rp 3.700 per kg, sehingga bila harga diatas itu maka Bulog tidak mungkin melakukan pembelian gabah petani.
Sementara itu sejumlah petani di Kecamatan Jatitujuh, Majalengka dan Cigasong mengeluhkan anjloknya harga gabah, bahkan menurut mereka cukongpun belakangan ini seolah enggan membeli gabah petani.
Cokong yang biasanya berkeliaran mencari gabah ke petani kini justru jarang terlihat, kalaupun ada yang datang mereka menawarkan harga gabah sangat murah. Cukong baisanya menawarkan gabah barter dengan pupuk disaat petani butuh pupuk untuk tanam ke dua kini enggan melakukan barter gabah.
“Teu payu ayeuna mah gabah teh, nyao pedah goreng meureun parena (Sekarang gabah tidak laku entah mungkin karena gabahnya jelek akibat hama),” ungkap Rohim petani asal Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh.
Diakui Rohim, kadar hampa hasil panen pertama cukup tinggi sehingga banyak cukong yang menolak penjualan gabah petani. 1 kuintal gabah yang biasanya setelah digiling diperoleh beras hingga 60 kg, kini paling hanya diperoleh 45 kg hingga 50 kg.
Tak heran bila banyak cukong yang menolak gabah petani untuk musim tanam pertama, kalaupun bersedia membeli harganya sangat jatuh.
Hal yang sama diungkapkan Sudinta bandar gabah di Desa Tarikolot, Kecamatan Majalengka. Dia emngaku emmbeli gabah dari petani paling tinggi hanya Rp 440.000 per kuintal. Alasannya harga pasaran selama ini masih sangat rendah.
Para petani dan bandar gabah memprediksi harga gabah baru akan naik lagi usai panen kedua, yang kondisi gabahnya relatif bagus dibanding hasil panen pertama. Selain itu panen kedua mendekati musim kemarau yang baisanya hargapun naik. “Panen kadua biasanya rada mahal mah (panen kedua biasanya agak mahal),” ungkap Sudinta.***
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/05/19/bulog-belum-bisa-serap-gabah-milik-petani-369506
MAJALENGKA,(PR).- Bulog Cirebon belum bisa menyerap gabah milik petani dengan alasan harga masih di atas Harga Pokok Penjualan (HPP) pemerintah yang hanya Rp 3.700 per kg untuk Gabah Kering Simpan (GKS), sementara di tingkat petani sudah di atas Rp 4.000 per kg.
Sementara itu sejumlah petani di Majalengka kini mengeluhkan rendahnya harga gabah yang hanya Rp 400.000 hingga Rp 440.000 per kuintal, kondisi tersebut sudah cukup lama setelah panen MT satu selesai. Malah kini petani pun sulit menjual gabah karena bandar yang biasa berkeliling justru banyak yang menolak membeli gabah petani.
Pulung, dari Bulog Cirebon mengatakan pihak Bulog akan menyerap gabah petani bilamana harga di bawah HPP atau sama dengan HPP, serta kadar air 14 persen dengan kadar hampa 3 persen. Namun demikian, menurutnya, petugas dari Bulog akan terus melakukan survei ke lapangan untuk melakukan pengecekan harga di tingkat petani guna memastikan harga gabah di pasaran.
“Kami juga sudah melakukan kerja sama dengan Babinsa dan Kepolisian untuk memantau harga gabah di pasaran di masing-masing daerah, bila harga gabah di tingkat petani jatuh dibawah HPP maka Bulog akan langsung melakukan penyerapan gabah petani,” ungkap Pulung.
Menurutnya, harga gabah kering simpan berdasarkan HPP senilai Rp 3.700 per kg, sehingga bila harga diatas itu maka Bulog tidak mungkin melakukan pembelian gabah petani.
Sementara itu sejumlah petani di Kecamatan Jatitujuh, Majalengka dan Cigasong mengeluhkan anjloknya harga gabah, bahkan menurut mereka cukongpun belakangan ini seolah enggan membeli gabah petani.
Cokong yang biasanya berkeliaran mencari gabah ke petani kini justru jarang terlihat, kalaupun ada yang datang mereka menawarkan harga gabah sangat murah. Cukong baisanya menawarkan gabah barter dengan pupuk disaat petani butuh pupuk untuk tanam ke dua kini enggan melakukan barter gabah.
“Teu payu ayeuna mah gabah teh, nyao pedah goreng meureun parena (Sekarang gabah tidak laku entah mungkin karena gabahnya jelek akibat hama),” ungkap Rohim petani asal Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh.
Diakui Rohim, kadar hampa hasil panen pertama cukup tinggi sehingga banyak cukong yang menolak penjualan gabah petani. 1 kuintal gabah yang biasanya setelah digiling diperoleh beras hingga 60 kg, kini paling hanya diperoleh 45 kg hingga 50 kg.
Tak heran bila banyak cukong yang menolak gabah petani untuk musim tanam pertama, kalaupun bersedia membeli harganya sangat jatuh.
Hal yang sama diungkapkan Sudinta bandar gabah di Desa Tarikolot, Kecamatan Majalengka. Dia emngaku emmbeli gabah dari petani paling tinggi hanya Rp 440.000 per kuintal. Alasannya harga pasaran selama ini masih sangat rendah.
Para petani dan bandar gabah memprediksi harga gabah baru akan naik lagi usai panen kedua, yang kondisi gabahnya relatif bagus dibanding hasil panen pertama. Selain itu panen kedua mendekati musim kemarau yang baisanya hargapun naik. “Panen kadua biasanya rada mahal mah (panen kedua biasanya agak mahal),” ungkap Sudinta.***
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/05/19/bulog-belum-bisa-serap-gabah-milik-petani-369506
Kadin: aktifkan Bulog Perikanan solusi kesejahteraan nelayan
Kamis, 19 Mei 2016
Kalau untuk nelayan agar sejahtera maka solusinya adalah Bulog Perikanan, baik itu bisa langsung dari lembaga Bulog sekarang atau maupun dari BUMN Perikanan,"
Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan sepakat dalam upaya pemerintah guna mengaktifkan lembaga seperti Bulog Perikanan yang dinilai merupakan solusi peningkatan kesejahteraan nelayan.
"Kalau untuk nelayan agar sejahtera maka solusinya adalah Bulog Perikanan, baik itu bisa langsung dari lembaga Bulog sekarang atau maupun dari BUMN Perikanan," kata Wakil Ketua Umum Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia Yugi Prayanto dalam diskusi ketika berkunjung dengan delegasi Kadin ke Redaksi LKBN Antara di Wisma Antara, Jakarta, Kamis.
Menurut Yugi, dengan adanya Bulog Perikanan maka hasil nelayan tradisional di berbagai daerah kapan pun juga akan dapat terserap dan tidak sia-sia.
Selain itu, ujar dia, penyerapan harga tangkapan dan hasil budidaya pelaku usaha perikanan juga harus dilakukan dengan sesuai dengan standar harga yang berlaku di pasaran.
Wakil Ketua Umum Kadin itu memaparkan, lembaga Bulog Perikanan itu harus terdapat hingga ke tingkat daerah-daerah terutama yang merupakan sentra produksi perikanan di Tanah Air.
Sementara itu, Direktur Pemberitaan LKBN Antara Aat Surya Safaat mengemukakan, pihaknya terus memberitakan berita tentang kemaritiman serta sektor kelautan dan perikanan karena banyak diminati.
"Kami ada public service obligation (PSO) dan salah satu prioritasnya tentang kemaritiman," kata Aat Surya Safaat.
Terkait dengan wacana Bulog Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam sejumlah kesempatan mengatakan akan memberdayakan kembali dua BUMN Perikanan untuk menjadi lembaga penyangga hasil kelautan dan perikanan, semacam Bulog untuk perikanan.
Menurut Menteri Susi, dua BUMN itu akan bertugas guna menyerap hasil perikanan para nelayan di seluruh Indonesia seperti yang telah dilakukan selama ini oleh Perum Bulog dalam menyerap komoditas beras. "Ini agar harga di tingkat nelayan tidak jatuh," ucapnya.
Sedangkan Anggota DPR RI dari Komisi IV, Made Urip mendorong perusahaan umum Badan Urusan Logisltik (Perum Bulog) menjadi Badan Otoritas Pangan Nasional.
"Dengan menjadi Badan Otoritas Pangan Nasional, maka Bulog bisa bertanggung jawab mengendalikan dan menjamin ketersediaan seluruh bahan pangan di Indonesia, termasuk bahan pangan dari perikanan," kata Made Urip di Kendari, Sabtu (28/2).
Menurut dia, selama ini pemerintah sulit mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan di negara ini, karena kewenangan Bulog dalam mengendalikan pangan sangat terbatas.
Dalam mengendalikan pangan nasional lanjutnya, Perum Bulog hanya mengurus bahan pangan strategis saja seperti beras, gula dan terigu.
"Kami harapkan Pemerintahan Jokowi-JK bisa segera merespon usulan perubahan status Perum Bulog menjadi Badan Otoritas Pangan Nasional, sehingga masalah ketersedaiaan pangan di negara ini bisa lebih terjamin," katanya.
http://www.antaranews.com/berita/561962/kadin-aktifkan-bulog-perikanan-solusi-kesejahteraan-nelayan
Kalau untuk nelayan agar sejahtera maka solusinya adalah Bulog Perikanan, baik itu bisa langsung dari lembaga Bulog sekarang atau maupun dari BUMN Perikanan,"
Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan sepakat dalam upaya pemerintah guna mengaktifkan lembaga seperti Bulog Perikanan yang dinilai merupakan solusi peningkatan kesejahteraan nelayan.
"Kalau untuk nelayan agar sejahtera maka solusinya adalah Bulog Perikanan, baik itu bisa langsung dari lembaga Bulog sekarang atau maupun dari BUMN Perikanan," kata Wakil Ketua Umum Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia Yugi Prayanto dalam diskusi ketika berkunjung dengan delegasi Kadin ke Redaksi LKBN Antara di Wisma Antara, Jakarta, Kamis.
Menurut Yugi, dengan adanya Bulog Perikanan maka hasil nelayan tradisional di berbagai daerah kapan pun juga akan dapat terserap dan tidak sia-sia.
Selain itu, ujar dia, penyerapan harga tangkapan dan hasil budidaya pelaku usaha perikanan juga harus dilakukan dengan sesuai dengan standar harga yang berlaku di pasaran.
Wakil Ketua Umum Kadin itu memaparkan, lembaga Bulog Perikanan itu harus terdapat hingga ke tingkat daerah-daerah terutama yang merupakan sentra produksi perikanan di Tanah Air.
Sementara itu, Direktur Pemberitaan LKBN Antara Aat Surya Safaat mengemukakan, pihaknya terus memberitakan berita tentang kemaritiman serta sektor kelautan dan perikanan karena banyak diminati.
"Kami ada public service obligation (PSO) dan salah satu prioritasnya tentang kemaritiman," kata Aat Surya Safaat.
Terkait dengan wacana Bulog Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam sejumlah kesempatan mengatakan akan memberdayakan kembali dua BUMN Perikanan untuk menjadi lembaga penyangga hasil kelautan dan perikanan, semacam Bulog untuk perikanan.
Menurut Menteri Susi, dua BUMN itu akan bertugas guna menyerap hasil perikanan para nelayan di seluruh Indonesia seperti yang telah dilakukan selama ini oleh Perum Bulog dalam menyerap komoditas beras. "Ini agar harga di tingkat nelayan tidak jatuh," ucapnya.
Sedangkan Anggota DPR RI dari Komisi IV, Made Urip mendorong perusahaan umum Badan Urusan Logisltik (Perum Bulog) menjadi Badan Otoritas Pangan Nasional.
"Dengan menjadi Badan Otoritas Pangan Nasional, maka Bulog bisa bertanggung jawab mengendalikan dan menjamin ketersediaan seluruh bahan pangan di Indonesia, termasuk bahan pangan dari perikanan," kata Made Urip di Kendari, Sabtu (28/2).
Menurut dia, selama ini pemerintah sulit mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan di negara ini, karena kewenangan Bulog dalam mengendalikan pangan sangat terbatas.
Dalam mengendalikan pangan nasional lanjutnya, Perum Bulog hanya mengurus bahan pangan strategis saja seperti beras, gula dan terigu.
"Kami harapkan Pemerintahan Jokowi-JK bisa segera merespon usulan perubahan status Perum Bulog menjadi Badan Otoritas Pangan Nasional, sehingga masalah ketersedaiaan pangan di negara ini bisa lebih terjamin," katanya.
http://www.antaranews.com/berita/561962/kadin-aktifkan-bulog-perikanan-solusi-kesejahteraan-nelayan
Raskin tak Layak, RT Dikejar-kejar warga
Kamis, 19 Mei 2016
-Masyarakat Miskin Dikirimi Beras Buruk
CILAMAYA WETAN, RAKA- Maraknya raskin kualitas buruk di semua desa di Kecamatan Cilamaya Wetan, membuat kades tersulut emosi. Bahkan, terakhir, pendamping raskin dan petugas kesos Kecamatan ikut-ikutan mempertanyakan penyisiran beras dan metode pengukuran bulir beras berkualitas sesaat sebelum didistribusikan bulog selama ini.
Ketua Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK) Kecamatan Cilamaya Wetan,
Iwan Setiawan menuturkan pihaknya yang ditugasi sebagai pendamping raskin saja bingung saat raskin yang diturunkan kualitasnya kata layak.
Saat menerima raskin di Desa Cikarang, diakui dia, banyak menuai keluhan karena bau apek. Selain itu bulir beras juga hitam dan banyak kutu. Memang, tandasnya, beras jelek ini bisa ditukar. Tapi penggantinya juga tak kalah buruk. Ini terus Iwan, bukan persoalan bisa ditukar lagi atau tidak, tapi ia mempertanyakan ketelitian Bulog mengukur kualitas raskin yang akan disebar ke masyarakat.
Ingat tandas Iwan, masyarakat bukan hewan yang mesti diberikan beras yang tidak layak. Untuk itu, raskin buruk ini harus jadi evaluasi bersama. "Bingung saya juga, bagaimana ngukurnya? Tukar menukar mah gampang, masalahnya yang ditukar masih layak enggak?" tanyanya.
Staf Kasie Kesos Cilamaya Wetan, H Nurhasan mengungkapkan semua desa di Cilamaya Wetan mengeluhkan kualitas raskin yang turun bulan ini. Baginya, persoalan klasik ini seperti bukan hal yang aneh bagi Bulog. Sayangnya pola seperti ini masih terus-terusan dibiarkan. "Yah sudah gak aneh, masalahnya terus-terusan dibiarkan sih," tandas dia.
Senada dikatakan Kasie Kesos Kecamatan Lemahabang H Satibi. Di Lemahabang sejauh ini, kata dia, belum ada yang komplain terkait raskin kualitas kurang baik. Baginya, masyarakat malah menganggap hal ini merupakan peristiwa biasa. "Kadang masyarakat menganggap biasa sih, urusan takaran kualitas itu ya sama Bulog yang tahu," kata dia.
Dampak dari kualitas raskin yang buruk di Cilamaya, disebut Kades Cilamaya Kuswaedi membuat masyarakat penerima ogah memberikan uang tebusan secara utuh. Bulan ini Bulog harus mengakui bahwa kualitas raskin yang diberikannya kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) ini sangat buruk, seperti banyak menirnya, kotor, hitam, bahkan ketika dicuci airnyapun hitam mirip air comberan. Atas kondisi ini, RT kerap jadi bulan-bulanan warga yang mengeluh raskin buruk. "Banyak keluhan tuh RT jadinya, kelimpungan gara-gara raskin hitam," katanya. (rud)
-Masyarakat Miskin Dikirimi Beras Buruk
CILAMAYA WETAN, RAKA- Maraknya raskin kualitas buruk di semua desa di Kecamatan Cilamaya Wetan, membuat kades tersulut emosi. Bahkan, terakhir, pendamping raskin dan petugas kesos Kecamatan ikut-ikutan mempertanyakan penyisiran beras dan metode pengukuran bulir beras berkualitas sesaat sebelum didistribusikan bulog selama ini.
Ketua Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK) Kecamatan Cilamaya Wetan,
Iwan Setiawan menuturkan pihaknya yang ditugasi sebagai pendamping raskin saja bingung saat raskin yang diturunkan kualitasnya kata layak.
Saat menerima raskin di Desa Cikarang, diakui dia, banyak menuai keluhan karena bau apek. Selain itu bulir beras juga hitam dan banyak kutu. Memang, tandasnya, beras jelek ini bisa ditukar. Tapi penggantinya juga tak kalah buruk. Ini terus Iwan, bukan persoalan bisa ditukar lagi atau tidak, tapi ia mempertanyakan ketelitian Bulog mengukur kualitas raskin yang akan disebar ke masyarakat.
Ingat tandas Iwan, masyarakat bukan hewan yang mesti diberikan beras yang tidak layak. Untuk itu, raskin buruk ini harus jadi evaluasi bersama. "Bingung saya juga, bagaimana ngukurnya? Tukar menukar mah gampang, masalahnya yang ditukar masih layak enggak?" tanyanya.
Staf Kasie Kesos Cilamaya Wetan, H Nurhasan mengungkapkan semua desa di Cilamaya Wetan mengeluhkan kualitas raskin yang turun bulan ini. Baginya, persoalan klasik ini seperti bukan hal yang aneh bagi Bulog. Sayangnya pola seperti ini masih terus-terusan dibiarkan. "Yah sudah gak aneh, masalahnya terus-terusan dibiarkan sih," tandas dia.
Senada dikatakan Kasie Kesos Kecamatan Lemahabang H Satibi. Di Lemahabang sejauh ini, kata dia, belum ada yang komplain terkait raskin kualitas kurang baik. Baginya, masyarakat malah menganggap hal ini merupakan peristiwa biasa. "Kadang masyarakat menganggap biasa sih, urusan takaran kualitas itu ya sama Bulog yang tahu," kata dia.
Dampak dari kualitas raskin yang buruk di Cilamaya, disebut Kades Cilamaya Kuswaedi membuat masyarakat penerima ogah memberikan uang tebusan secara utuh. Bulan ini Bulog harus mengakui bahwa kualitas raskin yang diberikannya kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) ini sangat buruk, seperti banyak menirnya, kotor, hitam, bahkan ketika dicuci airnyapun hitam mirip air comberan. Atas kondisi ini, RT kerap jadi bulan-bulanan warga yang mengeluh raskin buruk. "Banyak keluhan tuh RT jadinya, kelimpungan gara-gara raskin hitam," katanya. (rud)
Langganan:
Postingan (Atom)