Padi, Jagung, dan Kedelai Berebut Lahan
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik memproyeksikan produksi tiga komoditas pangan pada 2015 meningkat tajam. Jika proyeksi ini benar terjadi, akan menjadi rekor tersendiri karena baru kali ini tiga komoditas tersebut produksinya meningkat bersamaan. Ketiga komoditas tersebut adalah padi, jagung, dan kedelai.
"Dalam sepuluh tahun terakhir, baru kali ini produksi tiga komoditas itu naik semuanya. Biasanya, salah satu komoditas pasti turun produksinya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (1/7).
Berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I, produksi padi, jagung, dan kedelai akan melonjak tahun ini. Produksi naik akibat perluasan lahan panen dan peningkatan produktivitas.
Aram I dihitung berdasarkan realisasi produksi Januari-April 2015 dan angka ramalan Mei-Desember 2015, berdasarkan keadaan luas tanaman pada akhir April 2015.
Secara terpisah, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa meragukan proyeksi BPS. Selama ini, kondisi yang terjadi di Indonesia, terutama di Jawa, tiga komoditas itu berebut lahan yang sama. Bahkan, kerap kali perebutan lahan itu melibatkan komoditas tebu.
Dengan demikian, peningkatan produksi pada satu komoditas pasti menurunkan produksi komoditas lain. Oleh karena itu, cara meningkatkan produksi semua komoditas adalah menambah luas lahan secara signifikan dan meningkatkan produktivitas. Persoalannya, penambahan luas secara signifikan belum tampak sejauh ini.
Dwi Andreas menambahkan, produksi musim tanam kedua bisa turun akibat fenomena El Nino yang diperkirakan menerjang sebagian wilayah Indonesia. Diperkirakan, luas lahan yang terdampak lebih dari 100.000 hektar (ha).
Luas panen
Berdasarkan data BPS, luas panen padi 2015 diproyeksikan 14,3 juta ha. Dibandingkan dengan 2014, luas tersebut bertambah 0,51 juta ha atau 3,71 persen. Produktivitasnya 52,8 kuintal per ha, meningkat 1,45 kuintal per ha atau 2,82 persen dibandingkan dengan 2014.
Adapun kedelai, luas panen 2015 diproyeksikan 640.351 ha. Dibandingkan dengan 2014, luas itu bertambah 24.670 ha atau 4,01 persen. Produktivitasnya 15,60 kuintal per ha, naik 0,09 kuintal per ha atau 0,58 persen.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta Nellys Sukidi menyambut baik kenaikan produksi sebagaimana proyeksi BPS. Dengan produksi padi yang naik signifikan, Indonesia tidak perlu impor beras pada tahun ini. Sebab, kebutuhan beras nasional bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.
Produksi yang tinggi akan mempermudah Perum Bulog membeli beras dalam rangka memenuhi ketersediaan beras untuk warga miskin (raskin) dan stabilisasi harga.
Nellys menambahkan, dengan produksi beras yang naik tinggi, idealnya gudang-gudang Bulog akan terisi beras sesuai target pengadaan 4,7 juta ton. Harga beras pada bulan September-Oktober 2015 juga tidak akan naik karena beras tersedia dalam jumlah yang cukup di pasar.
Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan harus ada prioritas mengamankan pertanaman padi di musim kemarau. Kenaikan produksi padi 2015 bertumpu pada realisasi tanam Oktober 2014-Maret 2015 dan April-September 2015. Padahal, pertanaman padi April-September 2015 akan menghadapi ancaman El Nino.
Pendampingan
Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah akan mulai melakukan kegiatan pertanian. Dalam kegiatan ini, pendampingan kegiatan pertanian akan mulai dilakukan di areal seluas 150.000 ha di Jawa Tengah.
"Beras yang dihasilkan nantinya bisa masuk sebagai suplai untuk pengadaan raskin atau untuk pengadaan beras komersial," ujar Kepala Perum Bulog Divre Jawa Tengah Damin Hartono.
Bulog akan mendampingi petani dalam aktivitas di sawah. Bulog juga bekerja sama dengan dinas pertanian di kota/kabupaten, perusahaan pupuk, dan perbankan. Langkah ini untuk memastikan kegiatan pertanian di sawah tidak menemui kendala dan dapat memberikan hasil untuk Bulog. (LAS/MAS/EGI)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150702kompas/#/19/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar