Senin, 6 Juli 2015
Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah diminta sangat berhati-hati dalam mempertimbangkan kemungkinan waktu mengimpor beras pasca-Idulfitri, karena berpotensi mencederai daerah yang surplus seperti Jawa Timur yang akan memasuki puncak musim panen gadu.
Ketua Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa memprediksi impor beras setelah lebaran kemungkinan besar tidak terhindarkan. Oleh karena itu, pemerintah harus mengalkulasi dengan jeli volume impornya.
“Impor beras tahun ini tidak bisa dihindari dan angkanya berkisar 1-1,5 juta ton. Namun, jika dilakukan pada kisaran Juli atau Agustus, akan melukai petani karena saat-saat itu terjadi puncak musim panen gadu,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (6/7/2015).
Dwi—yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu—menegaskan perhitungan waktu impor harus dilakukan dengan cermat agar tidak berimbas langsung pada distorsi harga di tingkat petani gurem.
Prediksi impor beras tersebut, lanjutnya, didasari oleh data produksi dan stok beras nasional terakhir. “Sayangnya, berkaitan dengan hal ini, sebenarnya data yang ada sangat lemah dan sulit digunakan sebagai landasan kebijakan.”
Untuk diketahui, cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Perum Bulog (Persero) harus dijaga pada level 1,5 juta ton hingga akhir tahun ini. Pemerintah sebelumnya sempat khawatir pasokan beras Bulog akan tekor setelah Idulfitri.
Terkait hal tersebut, Dwi berpendapat pemerintah perlu berupaya keras memperbaiki kondisi tersebut. Salah satu yang perlu mendapat perhatian khusus adalah soal akurasi data stok dan produksi gabah dan beras.
“Saat ini keputusan impor seringkali mengandalkan harga di pasar. Data paling jujur memang pasar, karena menggambarkan dinamika permintaan-penawaran dan stok. Namun, sayangnya, paling mudah dipermainkan terutama oleh pemain-pemain besar.”
Sekadar catatan saja, bulan lalu Bulog melalui direktur utamanya mengungkapkan jumlah CBP saat ini minus 35.000 ton, dan trennya terus merosot dari tahun ke tahun karena pemerintah tidak pernah menambah pasokan dan hanya memanfaatkan cadangan yang ada.
Pada awal 2013, CBP di Bulog tercatat 431.000 ton dan digunakan sejumlah 62.000 ton, sehingga menyisakan 369.000 ton pada 2014. Sisa itu digunakan lagi sejumlah 196.000 ton, sehingga tersisa 173.000 ton pada awal tahun ini.
Dari stok sisa tahun lalu tersebut, pemerintah sudah memakai 208.000 ton awal 2015 untuk antisipasi bencana dan kegiatan operasi pasar. Bulog mengungkapkan tekornya CBP sejumlah 35.000 ton tahun ini diisi sementara dengan menggunakan cadangan raskin.
http://industri.bisnis.com/read/20150706/12/450654/impor-beras-dikhawatirkan-terjadi-usai-idulfitri-ini-risikonya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar