Jumat, 31 Juli 2015

111.000 Ha Lahan Kekeringan

Jumat, 31 Juli 2015

Empat PLTA di Kebumen Berhenti Beroperasi

Petani terpaksa membuat sumur bor dan memasang pompa untuk menghindari gagal panen karena lokasi sawah yang jauh dari sungai atau sumber air di Sijeruk, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (30/7). Mereka harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 2,5 juta untuk pembuatan sumur bor dan biaya pembelian bahan bakar pompa Rp 150.000 per hari.

Menyiasati Gagal Panen-Petani terpaksa membuat sumur bor dan memasang pompa untuk menghindari gagal panen karena lahan persawahannya jauh dari sungai atau sumber air di Sijeruk, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (30/7). Mereka harus mengeluarkan biaya tambahan pembuatan sumur bor sebesar Rp 2,5 juta dan ongkos bahan bakar pompa Rp 150.000 per hari.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

SIDOARJO, KOMPAS — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, lahan yang mengalami kekeringan pada Januari-Juli 2015 sekitar 111.000 hektar dan yang gagal panen sekitar 8.000 ha. Luas lahan yang kekeringan itu berkurang dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sekitar 200.000 ha dengan puso 35.000 ha.

Penurunan luas lahan yang mengering, bahkan puso, itu diklaim karena pemerintah melakukan antisipasi sejak dini dengan memperbaiki dan membangun saluran irigasi untuk 1,3 juta hektar. Pemerintah juga mendistribusikan mesin pompa air kepada petani.

"Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kekeringan yang melanda lahan pertanian. Pemerintah melakukan upaya pengendalian secara maksimal sehingga tidak akan berdampak signifikan terhadap produksi pangan nasional," ujar Amran saat panen kedelai dan padi di Desa Kalimati, Kecamatan Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (30/7).

Menurut Amran, lahan tanaman padi yang mengalami kekeringan sekitar 200.000 ha setiap tahun. Dari lahan seluas itu, 25.000 ha puso (gagal panen). Tahun ini, selain angka kekeringan dan puso turun, ada tambahan luas tanam periode Oktober 2014-Maret 2015 seluas 400.000 ha.

Kalau terjadi El Nino kuat yang menyebabkan 150.000 ha lahan tanaman padi menjadi puso, menurut Amran, masih tersisa cadangan 250.000 ha yang panen.

Untuk memaksimalkan antisipasi kekeringan, Kementerian Pertanian membentuk tim khusus di seluruh Indonesia. Semua bupati dan wali kota di Tanah Air juga diminta melapor apabila terjadi bencana kekeringan di wilayahnya sehingga bisa ditangani sejak dini.

Amran meminta warga tidak khawatir dengan bencana kekeringan yang melanda pertanian. Sesuai ramalan Badan Pusat Statistik, tahun ini ada peningkatan produksi gabah 5,5 juta ton secara nasional. Selain itu, hujan di sejumlah wilayah, seperti Aceh, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan, juga sudah turun.

Terburuk dalam 17 tahun

Sebaliknya, warga Kota Batam, Kepulauan Riau, diminta bersiap menghadapi musim kering terburuk dalam 17 tahun terakhir. Kekurangan air mungkin melanda kota itu. Permukaan waduk sumber baku air minum di kota itu pun mulai menyusut.

"Tahun ini paling buruk. Hujan lebih sedikit dibandingkan lima tahun terakhir. Permukaan waduk turun mencapai level yang paling rendah sejak dibuat," ujar Manajer Komunikasi PT Adhya Tirta Batam (ATB) Enriqo Moreno, Kamis di Batam. ATB adalah penyedia tunggal air bersih yang bersumber dari waduk.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Batam Phillip Mustamu menuturkan, beberapa hari terakhir sudah turun hujan di Batam.

Kekurangan air

Dari Jawa Timur dilaporkan, saat ini 23 dari 44 waduk di Kabupaten Lamongan tidak ada airnya lagi. Lahan pertanian seluas 1.321 ha di kabupaten itu pun kekurangan air. Bahkan, 552 ha tanaman padi dan 391 ha tanaman jagung gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan Aris Setiadi menyebutkan, tanaman padi dan jagung yang puso itu terdapat di Kecamatan Solokuro, Kedungpring, Bluluk, dan Modo.

Sejumlah petani di Lamongan berusaha mempertahankan tanaman jagung agar tak mati dengan mengangkut air dari telaga yang berjarak sekitar 1 kilometer dari sawah, seperti dilakukan Khasirun (65), warga Desa Sumberrejo, Kecamatan Lamongan Kota. Dia dibantu anaknya mengangkut air danau dengan gerobak.

Di Desa Jatirejo dan Tambakboyo, Kecamatan Tikung, Lamongan, telaga penampung air pun kering. Sebagian besar lahan dibiarkan tak ditanami.

Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Dinas Pengairan Lamongan Handoyono menyebutkan, kapasitas 44 waduk dan rawa di kabupaten itu kini tinggal 35,8 juta meter kubik atau 32,38 persen dari kapasitas total 110,6 juta meter kubik. Sebanyak 23 waduk sudah kering.

Bupati Lamongan Fadeli meminta dinas pengairan mengatur sumber daya air, khususnya waduk yang masih berair. Pemerintah Kabupaten Lamongan juga memberikan bantuan pompa air untuk petani.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Jember H Abdullah Halim menjelaskan, lahan pertanian di daerah itu pun terancam kekeringan. "Agar ketersediaan air cukup untuk tanaman jagung dan kedelai, hampir di setiap lahan milik petani dibuat sumur pantek sedalam 6 meter," ujarnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jatim Sudharmawan menuturkan, kekeringan yang melanda Jatim sejak medio Juli lalu terus meluas. Tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga kehidupan masyarakat. Warga di 196 desa dari 8.505 desa/kelurahan di provinsi itu kini kesulitan mendapatkan air bersih. Desa itu tersebar di Kabupaten Bangkalan, Bojonegoro, Lamongan, Blitar, Sumenep, dan Pamekasan.

PLTA berhenti

Di Mataram, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Husnul Fauzi mengatakan, provinsi itu memerlukan tambahan embung di cekungan potensial agar kekeringan tak terus mendera petani. Pengerukan diperlukan agar sekitar 3.000 embung yang saat ini ada dapat berfungsi optimal sebagai kantong air.

"Berapa pun pompa air yang kami distribusikan, apabila air yang ditarik tidak ada, celakalah itu," katanya. Menurut Husnul, banyak lokasi cekungan di 10 kabupaten/kota di NTB yang berpotensi dijadikan embung.

Husnul mengatakan, sejauh ini kekeringan melanda 4.046 ha tanaman pangan di NTB. Lahan yang puso mencapai 353 ha. Tahun lalu, lahan padi yang puso di NTB seluas 3.427 ha.

Kekeringan juga menyebabkan volume Waduk Sempor dan Wadaslintang di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, susut hingga 75 persen. Akibatnya, empat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang mengandalkan sumber air dari waduk itu berhenti beroperasi. Aliran air dari dua waduk yang menjadi sumber energi PLTA dihentikan untuk menghemat cadangan air dan perawatan saluran irigasi.

Menurut Kepala Bidang Irigasi Dinas Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kebumen Muchtarom, empat PLTA berhenti operasi mulai 1 Agustus. PLTA itu adalah PLTA Wadaslintang berkapasitas 16 megawatt (MW), PLTA Sempor (1,1 MW), PLTA Pajengkolan (1,4 MW), dan PLTA Merden (400 kilowatt).

"Empat PLTA itu tak beroperasi karena penyaluran air dari Waduk Wadaslintang dan Sempor dihentikan mulai 1 Agustus besok. Otomatis PLTA yang digerakkan oleh aliran irigasi waduk juga berhenti," katanya.

Muchtarom mengatakan, stok air waduk di Kebumen menurun. Waduk Sempor yang bervolume maksimal 38 juta meter kubik kini hanya sekitar 9,16 juta meter kubik dengan elevasi 55 meter. Adapun Waduk Wadaslintang, jika volume maksimal 388 juta meter kubik, kini menurun menjadi 231,4 juta meter kubik dengan elevasi 168,6 meter.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kebumen Machasin mengatakan, saat ini, lahan sawah di kabupaten itu tidak terlalu membutuhkan banyak air karena tinggal menunggu panen.

(RAZ/ACI/GRE/WER/NIK/KOR/SIR/CHE/CAS)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150731kompas/#/1/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar