Selasa, 11 Agustus 2015
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memutuskan membuat hujan buatan untuk meminimalkan dampak kekeringan. Pada tahap I hujan buatan, pemerintah menyiapkan dana Rp 200 miliar dengan mengerahkan lima pesawat. Selain itu, pemerintah juga membuka opsi impor beras untuk menjaga stabilitas harga beras dalam menghadapi dampak kekeringan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan hal itu pada Senin (10/8) di Jakarta, seusai mengikuti rapat membahas masalah kekeringan, sekaligus membuka Pos Komando Kekeringan Bencana Nasional di Kantor Kementerian Pertanian.
Menurut Syamsul, antisipasi hujan buatan sudah dipersiapkan sejak dua bulan lalu. Hujan buatan bisa dilakukan satu-dua hari ke depan. Ada 2 pesawat Hercules, pesawat CASA 295, CASA 212 milik TNI Angkatan Udara, dan 1 CASA milik Kementerian Pertanian. Tahap I hujan buatan akan dilakukan di empat tempat daerah tangkapan air, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel membuka opsi mengimpor beras sebagai solusi menjaga stabilitas harga beras dalam menghadapi dampak kekeringan. Impor merupakan opsi terakhir yang akan diambil jika harga beras melonjak. "Kami mengantisipasi jika yang terjadi adalah kemungkinan terburuk. Kami akan melakukan impor beras," katanya.
Menurut Rachmat, fokus utama Kementerian Perdagangan lebih pada penanganan masalah penyaluran barang. Jika terjadi gangguan atau kelangkaan pasokan hasil pertanian, hal itu akan berdampak pada kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.
Optimalkan penyerapan
Direktur Komersial Perum Bulog Fadzri Sentosa mengatakan, Bulog terus mengoptimalkan menyerap beras hingga musim tanam gadu berakhir. Bulog optimistis mampu memenuhi target serapan beras sebanyak 2,5 juta ton pada Oktober nanti.
Bulog menyiapkan dana penyerapan baik dari penyertaan modal negara maupun dana komersial. Sasarannya, daerah-daerah lumbung beras yang sedang panen. "Meskipun daerah-daerah itu kekeringan, tidak semuanya kekeringan. Kita tetap akan menyerap beras," ujar Fadzri.
Berdasarkan data Bulog, selama musim gadu, Bulog menyerap beras 8.500-9.000 ton per hari. Bulog juga siap mendistribusikan raskin untuk mengatasi persoalan pangan akibat dampak El Nino. Kebutuhan raskin per bulan 232.963 ton. Untuk memenuhi kebutuhan raskin selama enam bulan, stok yang dibutuhkan 1.397.778 ton. (HEN)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150811kompas/#/18/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar