Kamis, 13 Agustus 2015

Data Sapi Perlu Lebih Detail

Kamis, 13 Agustus 2015

Cegah Sapi Betina Dipotong, Polisi Awasi Rumah Potong Hewan

JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik menyatakan, pemerintah perlu mendata populasi sapi dalam negeri secara lebih akurat. Jangan hanya melihat data tersebut secara total karena ada sapi yang belum memenuhi kriteria potong dan sapi milik rumah tangga petani.


Kepala BPS Suryamin, Rabu (12/8), di Jakarta, mengatakan, berdasarkan hasil sensus BPS pada 2013, jumlah populasi sapi di Indonesia sebanyak 12 juta sapi. Sekitar 50 persen adalah milik rumah tangga petani yang tidak bisa dipotong setiap waktu guna memenuhi kebutuhan daging sapi nasional.

Mereka biasanya akan menjual sapi jika membutuhkan dana atau ketika Idul Adha. Berdasarkan hasil pendataan Kementerian Pertanian pada 2015, jumlah sapi sekitar 15 juta sapi.

"Tidak semua sapi tersebut bisa dipotong karena masih belum cukup umur, pejantan produktif, dan betina produktif. Analisis data seperti inilah yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan," ujarnya.

Menurut Suryamin, BPS akan melihat pengaruh tingginya harga daging sapi pada inflasi. Tidak menutup kemungkinan daging sapi akan memengaruhi inflasi pada bulan ini karena masuk dalam 20 komoditas penyumbang inflasi.

"Kami akan memantau apakah akan tinggi terus atau tidak. Kalau masih tinggi hingga akhir bulan, pasti akan berpengaruh terhadap inflasi. Mudah-mudahan saja pemerintah bisa menurunkan harga daging sapi tidak dengan cara impor," ujarnya.

Mendukung

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan, perusahaan penggemukan sapi mendukung sepenuhnya program stabilisasi harga daging sapi, termasuk keputusan pemerintah yang menugasi Perum Bulog mengimpor sapi bakalan dan mendistribusikannya melalui operasi pasar daging sapi murah.

Meski begitu, Apfindo tidak bisa memaksa atau mengatur harga jual sapi eks impor yang digemukkan anggotanya karena itu bisa disebut kartel dan menyalahi aturan. Kebijakan penjualan sapi siap potong sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing perusahaan anggota, tentunya setelah mempertimbangkan harga beli dan biaya.

Kebalikan dengan pasar di Jakarta dan Jawa Barat, pasokan sapi potong dari beberapa daerah ke Solo, Tegal, dan Jember dipastikan tetap normal dan tidak terganggu adanya lonjakan kenaikan harga daging sapi.

RPH diawasi

Di Kota Malang, tingginya permintaan sapi potong membuat Kepolisian Resor Malang Kota, Jawa Timur, mengawasi rumah potong hewan (RPH). Pengawasan dilakukan untuk mencegah dipotongnya sapi betina produktif. Jika hal itu dilakukan, populasi ternak sapi di Jawa Timur dinilai akan terancam.

"Setiap hari ada seorang petugas mengawasi rumah potong hewan. Jika yang dipotong memang sapi jantan, tidak masalah. Jangan sampai sapi betina yang dipotong. Itu dilarang," kata Ajun Komisaris Ramadhan Nasution, Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat Kepolisian Resor Malang Kota.

(TIM KOMPAS)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150813kompas/#/17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar