Selasa, 04 Agustus 2015
JAKARTA – Pemerintah mulai berancang-ancang mengantisipasi dampak kemarau panjang di sektor pertanian. Menko Perekonomian Sofyan Djalil menjelaskan, kekeringan yang menimpa lahan pertanian memantik kekhawatiran terganggunya produksi padi. Karena itu, pemerintah pun mulai mengkaji opsi membuka keran impor beras. ”Minggu ini akan kita bawa ke rapat kabinet (bersama presiden, Red),” ujarnya saat ditemui di Kantor Wakil Presiden kemarin (3/8).
Menurut Sofyan, pemerintah memang harus berhitung sejak sekarang. Apalagi, ada prediksi yang menyebutkan bahwa musim kemarau kali ini bisa berlangsung hingga akhir tahun. Berdasar kalkulasi pemerintah, jika kemarau bertahan hingga Oktober, persediaan pangan masih akan cukup. Namun, jika kemarau berlanjut hingga November atau bahkan Desember, jadwal panen awal tahun depan dikhawatirkan terganggu. ”Kita harus memikirkan implikasi tahun depan,” tuturnya.
Sofyan mengatakan, saat ini Bulog masih memiliki stok atau persediaan beras 1,4–1,5 juta ton. Cadangan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun. Namun, jika jadwal panen akhir tahun dan awal tahun depan terganggu, cadangan beras dikhawatirkan menipis. ”Makanya, kita harus punya persediaan yang cukup di akhir tahun,” ucapnya.
Impor, terang Sofyan, akan diambil sebagai opsi terakhir jika pasokan beras dari dalam negeri benar-benar tidak bisa diamankan. Karena itu, kalkulasi pun akan dilakukan bersama kementerian-kementerian terkait, misalnya Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. ”Jangan bicara skenario terburuk dulu. Kita hitung dulu secara mendalam,” tuturnya lagi.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan masih optimistis mampu menggenjot produksi padi. Dia mengatakan, kemarau panjang tahun ini sudah diantisipasi dengan menyebar puluhan ribu pompa air untuk mengairi lahan-lahan pertanian. ”Bahkan, produksi tahun ini akan lebih tinggi,” ucapnya.
Amran menyebutkan, tahun ini produksi padi diproyeksikan menembus angka 75,5 juta ton, naik dibanding realisasi tahun lalu 70 juta ton. Angka 75 juta ton berdasar angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) itu merupakan rekor tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. ”Ini fantastis,” tegas dia.
Karena itu, Amran optimistis pemerintah bisa mencapai swasembada beras dan tidak perlu melakukan impor. Apalagi, lanjut dia, presiden sudah setuju memberikan tambahan anggaran Rp 3 triliun kepada Bulog melalui penyertaan modal negara (PMN) untuk memperkuat cadangan pangan. ”Jadi, saya kira stok akan aman,” ujarnya. (owi/c9/sof)
http://www.jawapos.com/baca/artikel/21177/Antisipasi-Dampak-Kemarau-Panjang-Pemerintah-Buka-Opsi-Impor-Beras
Tidak ada komentar:
Posting Komentar