Senin, 29 Agustus 2016
BOJONEGORO– Badan Urusan Logistik (Bulog) nasional menggalakkan pembelian gabah dari petani.
Namun harga yang ditawarkan tak menarik, sehingga petani menolak menjual gabah kepada Bulog. Dirjen Pertanian dan Bulog Sub Divre III Bojonegoro menggalakkan pembelian gabah dari petani dalam rangka memenuhi target penyerapan gabah Bulog. Dirjen Pertanian dan Bulog bahkan menggandeng TNI untuk melakukan pembelian gabah di lapangan. Petugas Bulog mendatangi wilayah yang mulai panen padi.
Di antaranya Desa Temu dan Gedung Arum, Kecamatan Kanor. Kedatangan petugas Bulog didampingi anggota TNI itu dalam rangka sosialisasi pembelian gabah petani untuk Bulog Bojonegoro. Namun, sosialisasi itu menuai protes dari para tengkulak dan petani. Sebab, pembelian gabah oleh Bulog jauh dari harga gabah saat ini. Gabah para petani dibandrol Rp3.700 per kilogramnya (kg) oleh Bulog.
Sementara, harga gabah saat ini berkisar antara Rp 4.200 per kg sampai Rp4.300 per kg. ”Kualitas gabah saat ini cukup bagus, jika dibeli dengan harga segitu para petani yang hancur (rugi berat). Saya sangat tidak setuju,” ujar salah satu petani, Ngadiran. Selain membeli gabah dengan harga murah, Bulog dan Dirjen Pertanian juga meminta TNI untuk mengawasi dan mengusir para tengkulak atau penebas gabah.
Sebab, pembelian yang dilakukan penebas lebih mahal, sehingga para petani memilih menjual ke penebas dibanding ke Bulog. ”Kalau Bulog hanya membeli harga gabah rendah seperti itu, jelas petani yang merugi,” ujar petani lainnya, Bambang. Ia mengaku biaya kebutuhan tanam, pemupukan dan perawatan padi cukup besar.
Sehingga, jika gabah dari sawah dibeli dengan harga murah maka petani bakal mengalami kerugian besar. ”Daripada dibeli dengan harga murah, ya lebih baik gabahnya ditimbun saja di rumah,” paparnya. Terpisah, di Ponorogo, Tim Serapan Gabah Petani (Sergap) dari Mabes AD terus mendorong penyerapan gabah petani oleh Bulog.
Kemarin, tim Sergap Mabes AD yang dipimpin Kolonel (Inf) Nazwardi Irham meninjau langsung kondisi dan stok beras serta penggilingan padi di wilayah Kabupaten Ponorogo. Tim meninjau dua lokasi. Pada pukul 08.30 WIB tim Sergap menginspeksi UD Mutiara Putra di Desa Ngadisanan, Kecamatan Sambit, milik Bambang.
Di pengilingan ini, tim melakukan pengecekan beras dan diketahui hasilnya beras d UD Mutiara Putra mengalami broken atau butir patah sebesar 18%, menir 1%, kadar air 14%, dan harga Rp7.300 per kilog ram ”Rencananya besok (Senin, 28/8) akan mengirim beras ke Bulog,” ungkap Kolonel (Inf) Nazwardi Irham. Tim selanjutnya melaksanakan pengecekan beras di penggilingan Padi UD Gemah Ripah di Dukuh Krajan, Desa Bringin, Kecamatan Kauman, dengan pemilik yang juga bernama Bambang.
Hasilnya beras milik Bambang Kauman ini dalam kondisi broken atau butir patah 19%, menir 1,5%, kadar air 14% dan harganya Rp7.300 per kg. Sementara itu, Kabulog Divre Ponorogo Antok Handrianto menyatakan, stok beras di gudangnya tidak bermasalah.
Bahkan sebagai dearah penghasil padi di Jawa Timur, Bulog Subdivre 13 Ponorogo siap membantu kabupaten dan kota lain di Indonesia yang saat ini kekurangan pangan. Menurut Antok, permintaan beras dari luar Ponorogo sudah menjadi langganan setiap tahun. ”Dalam waktu dekat ini, Bulog Ponorogo akan mengirimkan beras ke Madura sebanyak 2 ribuan ton.
Distribusi itu atas perintah Bulog Pusat,” ujarnya. Antok menambahkan, bagi Bulog Ponorogo, move ke luar kota tidaklah masalah. Ini karena stok saat ini masih mencukupi dan siap dikirimkan. ”Di gudang masih tersimpan sekitar 44 ribu ton,” ungkapnya.
muhammad roqib/ dili eyato
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=137&date=2016-08-29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar