Jumat, 19 Agustus 2016

Jadi Induk BUMN Pangan Bulog Anggarkan Rp20 T

Kamis, 18 August 2016

PERUM Bulog siap menjadi induk (holding) sejumlah BUMN di bidang pangan. Menurut Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, pihaknya menganggarkan Rp20 triliun sebagai penguatan modal kerja.

“Saya kira untuk saat ini dengan program yang ada, keuangan kami masih dalam taraf aman. Sebetulnya uang itu tidak banyak, hanya butuh Rp15 triliun-Rp20 triliun. Itu sesuatu yang mudah ki­ta cari melalui lembaga keuangan atau perbankan. Artinya tidak harus dengan membebani APBN,” ujarnya saat dihubungi, kemarin.

Menurutnya, keinginan pemerintah menstabilkan harga pangan tentu tidak bisa hanya berbasiskan regulasi. Pa­salnya para pemain di pasar suka me­lakukan hal yang di luar kehendak dan membuat harga pangan tidak stabil. Pemerintah sadar penuh bahwa mereka mempunyai tangan melalui BUMN-BUMN untuk melakukan stabilisasi pangan.

Menurut Djarot, penggagasan holding sektor pangan oleh Kementerian BUMN disebabkan selama ini BUMN pangan bergerak sendiri-sendiri. Misalnya PT Berdikari (persero) bergerak di sektor perta­nian, khususnya peternakan sapi, dan Perikan­an Nusantara (Perinus) (persero) di bidang perikanan. Akibatnya, kekuatan menjadi tidak optimal, termasuk dalam pemanfaatan aset infrastruktur.

Bulog, menurut Djarot, dipilih menjadi induk karena dinilai Kementerian BUMN secara total paling siap baik dari infrastruktur, jumlah sumber daya manusia, maupun penyebarannya.

Sebelumnya, pemerintah memulai pro­yek percontohan pemotongan mata rantai perdagangan pangan. Pemotongan bertujuan menjaga kestabilan harga di masyarakat dan akan diuji coba di DKI.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lu­kita mengatakan program tersebut akan dilakukan dengan kerja sama dengan Perum Bulog dan PD Pasar Jaya. Perum Bulog akan ditugasi menyerap seluruh produksi petani dan kemudian menjualnya langsung ke PD Pasar Jaya.

“DKI Jakarta sudah punya sistem de­ngan langsung lewat PD Pasar Jaya. Makanya, kita buat kesepakatan dengan PD Pasar Jaya yang ditetapkan di DKI Jakarta. Yang dihasilkan petani, langsung diserap Bulog dan langsung ke grosir di PD Pasar Jaya,” ucap Enggartiasto di Ja­kar­ta, Senin (15/8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar