Minggu, 07 Agustus 2016
JAKARTA (HN) - Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, pengusaha pakan ternak membutuhkan stok cadangan atau buffer stok jagung untuk kebutuhan produksi. Hal ini karena jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ternak.
Saat ini kebutuhan jagung pakan ternak mencapai 700 ribu ton per bulan atau 7 juta ton per tahun. Kebutuhan ini bersifat kontinyu dan pasti, sehingga harus tersedia sesuai jumlah yang telah dihitung. Sedangkan pola tanam jagung bersifat musiman, dan kebutuhan selalu flat atau sama per bulan.
“Jika jagung diswasembadakan, dikhawatirkan ketersediaan pasokan bulanan akan terganggu,” katanya kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Minggu (7/8).
Menurut dia, pola tanam dan kebutuhan jagung belum cocok, perlu adanya singkronisasi pola ketersediaan jagung menggunakan sistem stok cadangan. Dengan begitu, kapan pun jagung dibutuhkan pengusaha pakan ternak bisa digelontorkan ke pasar.
“Ini karena jagung sebagai pakan menjadi komoditas yang tidak bisa dihentikan produksinya sementara. Sekarang Bulog sebagai pengendali bahan pangan. Berarti Bulog yang harus memiliki cadangan tersebut. Kami tidak masalah sumber jagung dari lokal atau impor, namun saat membutuhkan bisa tersedia,” ujar Desianto.
Selama ini, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut panen jagung berjumlah 20 juta ton per tahun. 66 persennya atau 13 juta ton merupakan hasil panen pada kuartal satu. Sedangkan dalam tiga bulan atau kuartal satu kebutuhan pakan ternak hanya mencapai 2 juta ton. Daya tampung dan simpanan pabrik maksimal dalam dua bulan mencapai satu juta ton.
“Berarti ada kelebihan suplai pada saat panen raya pertama. Sedangkan untuk melakukan penyimpanan pascapanen perlu teknologi yang baik, terutama untuk pengeringan kadar air. Bulog ataupun pabrik belum memilikinya,” katanya.
Kendala ini membuat Bulog belum bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal. Meskipun ide mengendalikan bahan pangan dinilai baik, pemerintah perlu memerhatikan keseimbangan pakan ternak. Jangan sampai, ketersediaan pakan ternak menjadi terganggu dan akan berdampak pada industri unggas. Efek panjang pun akan melanda sumber protein masyarakat.
“Saat ini saya kira Bulog belum bisa menjadi pengendali pangan, karena kami butuhnya jagung pipilan siap pakai, bukan jagung gelondongan atau tanaman jagung,” ujarnya.
http://www.harnas.co/2016/08/07/pengusaha-butuh-stok-cadangan-jagung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar