Senin, 02 Maret 2015

Tengkulak Mulai Borong Beras Hasil Panen

Senin, 2 Maret 2015

Keberadaan tengkulak ini memperpanjang rantai perdagangan dan mendongkrak harga beras.

ANCAMAN pidana bagi spekulan be ras sepertinya tidak digubris. Para tengkulak di berbagai daerah telah menyerbu lahan sawah siap panen dan membeli langsung dari petani.
Petani pun tidak memiliki pilihan karena para tengkulak berani membayar tunai dengan harga yang cukup tinggi. Tentu saja, para tengkulak pun mengambil margin atau keuntungan yang cukup tinggi saat menjual kembali ke pedagang.

Serbuan tengkulak ini terjadi di wilayah Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, yang kini memasuki masa panen. “Para tengkulak asal Jawa Barat ini membawa truk dan langsung membeli gabah petani yang masih ada di sawah,“ ungkap Manajer KUD Patikraja Banyumas, Faturrahman, saat ditemui kemarin.

Menurutnya, tengkulak berani membeli gabah basah dengan harga Rp5.000/kg dan gabah kering Rp5.200/kg. Harga beli langsung ke petani ini cukup tinggi, yang biasanya hanya Rp4.000/kg untuk gabah basah dan Rp4.500/kg untuk gabah kering.

“Karena harga cukup tinggi dari tengkulak, petani tidak lagi bawa hasil panen ke rumah, melainkan langsung membawa pulang uang,“ ujarnya.

Hal ini dibenarkan Sukarto, petani di Rawalo, Banyumas.Menurutnya, petani butuh dana cepat untuk menggarap sawah kembali, selain untuk keperluan rumah tangga. “Biasanya saya jual ke pedagang beras. Namun, karena tengkulak berani bayar tinggi, ya kita jual saja langsung ke tengkulak,“ ujarnya.

Tidak hanya di Jawa, aksi tengkulak juga terjadi di Kabupaten Ku pang, Nusa Tenggara Timur.Para tengkulak ini membeli beras langsung dari penggilingan petani dengan harga Rp8.500/ kg untuk kemudian dijual ke pedagang beras di kota dengan harga Rp9.500/kg. Di tingkat konsumen, harga beras ini dijual bervariasi mulai Rp10.500/ kg hingga Rp11.000/kg.

“Kami di untungkan karena lang sung dapat uang tunai tanpa repot repot mem bawa beras ke pedagang di kota,“ ujar Thomas, petani di Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, kemarin.Berangsur normal Keberadaan tengkulak ini memperpanjang rantai perdagangan beras dan turut mendongkrak harga. Namun, operasi pasar (OP) beras yang dilakukan peme rintah masih efektif menekan lonjakan harga beras.

Di Pasar Induk Cipi nang, harga beras berangsur normal.

“Sudah turun rata rata Rp1.500/kg hari ini. Untuk beras me dium sudah Rp9.000/kg, beras premium Rp10.500/ kg,“ ujar Billy Haryanto, pedagang beras saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Menurutnya, OP yang dilancarkan Perum Bulog di Pasar Induk Cipinang dengan menggelontorkan 106 ton kemarin berdampak besar. Selain itu, beberapa daerah di Jawa Tengah sudah mulai memasok hasil panennya yang berimbas pulihnya stok beras di Pasar Induk Cipinang. OP beras juga dilakukan di sejumlah daerah, seperti Ciamis (Jabar) dan Bali.Perum Bulog Divre Jawa Timur pun menggelar OP hingga ke pelosok kampung, desa, dan rumah susun.

Terkait dugaan kartel dalam perdagangan beras, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Nawir Messi belum melihat adanya praktik kartel dalam perdagangan beras.

“Berdasarkan pantauan di lapangan, salah satu persoalan mendasar ialah kekurangan pasokan di lapangan,“ ujarnya saat dihubungi, kemarin.

Nawir juga meragukan anggapan ada pedagang yang menahan stok hingga 3 minggu ke depan. Menurutnya, pedagang yang melakukan hal itu sama dengan orang bodoh. “Karena mereka menahan penjualan untuk menderita kerugian akibat oversuplai barang di pasaran nantinya ketika panen raya terjadi,“ tandasnya. (Tim/X-10) liliek@mediaindonesia.com Berita terkait hlm 13



EMAIL
liliek@mediaindonesia.com

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar