Daerah Penghasil Padi Mulai Panen
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta kementerian dan lembaga negara memantau gejolak harga beras. Kenaikan harga beras belakangan ini harus menjadi pelajaran. Jika ada tren kenaikan harga kebutuhan pokok, diperlukan upaya menekan kenaikan harga tersebut.
”Sebetulnya bulan Desember sudah kelihatan dan kami melakukan antisipasi. Bulan Januari juga dilakukan tindakan-tindakan, tetapi masih ada masalah di lapangan,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka rapat kabinet paripurna di Kantor Presiden, Rabu (4/3), di Jakarta.
Menurut Presiden, pemerintah perlu mengendalikan gejolak harga beras dengan menggelontorkan beras 300.000 ton di sejumlah daerah. Namun, harga beras masih tetap naik dengan nilai yang signifikan.
Presiden yakin dengan operasi pasar terus-menerus dan distribusi beras untuk rakyat miskin (raskin), harga beras dapat ditekan. Presiden berharap, ada pengaruh positif dari penurunan harga beras paling lama dua minggu ke depan.
”Ini pembelajaran bagi kita. Kalau ada harga sembako naik sedikit, tolong dikejar (agar turun),” kata Presiden.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Rabu, harga beras medium jenis IR 64 II dan III mulai turun 12,69-14,56 persen dibandingkan dengan pekan lalu. Harga beras jenis itu yang semula Rp 10.300-Rp 10.800 per kg turun menjadi Rp 8.800-Rp 10.800 per kg. Harga beras medium jenis Muncul II dan III masih stabil, yaitu Rp 11.000-Rp 12.000 per kg.
Setelah penyaluran beras OP dari Perum Bulog, pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dalam kondisi normal, yaitu 2.596 ton. Stok beras normal PIBC 2.500-3.000 ton per hari.
Sumariono, petani di Desa Waekasar, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, mengatakan, sebagian petani sudah memanen padi. ”Lebih dari 10 petani dengan luas sawah sekitar 15 hektar sudah mulai memanen. Sebagian lagi, padinya sudah menguning,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buru Wara menambahkan, menurut rencana, Presiden Joko Widodo akan menghadiri panen raya di Buru yang merupakan sentra produksi padi terbesar di Maluku dengan produksi mencapai 34.959 ton gabah kering giling (GKG) pada 2014 dan luas sawah 5.702 hektar.
Lumbung pangan
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jawa Tengah Witono mengatakan, Jawa Tengah sedang mengembangkan dan memperkuat lumbung pangan. Hingga 2014, lumbung pangan di Jateng berjumlah 415 lumbung dengan rata-rata simpanan beras normal 3,5 ton per lumbung.
Pada 2015, BKP Jateng dengan dana dari pemerintah pusat akan membangun lagi 252 lumbung pangan yang dikelola kelompok lumbung pangan masyarakat. (HEN/NDY/NAD/FRN)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150305kompas/#/19/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar