Selasa, 05 Mei 2015

Mentan: Impor Beras Terjadi apabila Pengadaan Beras Bulog Rendah

Selasa, 5 Mei 2015

JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog sudah tidak mempunyai kesempatan lagi melakukan pembelian gabah dan beras sesuai dengan harga pembelian pemerintah pada musim panen rendeng tahun ini. Apabila Bulog tidak mampu membeli gabah/beras minimal 4 juta ton setara beras, itu peluang bagi masuknya beras impor.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Selasa (5/5), mengatakan, agar mampu melakukan stabilisasi harga beras pada musim paceklik, Bulog harus bisa membeli gabah/beras setidaknya 4 juta ton setara beras. Apabila volume pembelian beras kurang dari 4 juta ton, apalagi kurangnya banyak, kemampuan Bulog melakukan stabilisasi harga beras diragukan.

Presiden Joko Widodo bahkan menargetkan Bulog membeli gabah/beras 4,5 juta ton setara beras tahun ini. Target Presiden untuk pengadaan beras Bulog naik 1,8 juta ton dibandingkan dengan target awal pengadaan gabah/beras internal Bulog 2,7 juta ton setara beras.

Stok beras yang cukup di gudang-gudang Bulog sangat penting untuk modal stabilisasi harga beras saat musim paceklik. Apabila stok tipis, sementara beras ada pada pedagang dan saat itu memasuki musim paceklik, harga beras rentan ditentukan pedagang dan Bulog tidak bisa berbuat banyak.

Dengan stok beras yang tipis dan Bulog tak memiliki kemampuan melakukan stabilisasi harga beras, kondisi ini rentan memicu persoalan sosial dan politik. Agar itu tidak terjadi, pilihan menambah stok beras Bulog merupakan keharusan.

Mentan mengatakan, dirinya berkali-kali mengingatkan Bulog apabila sampai target pengadaan beras tidak terpenuhi, beras impor akan masuk. Keran impor akan dibuka.

Tahun 2015, Bulog memang perlu membeli gabah/beras produksi dalam negeri lebih banyak. Kebutuhan beras untuk disalurkan kepada warga penerima beras untuk rakyat miskin (raskin) sekitar 3,2 juta ton.

Di sisi lain, agar Bulog mempunyai kekuatan untuk melakukan stabilisasi harga, setidaknya sisa beras di gudang Bulog pada akhir tahun ini besar mengingat biasanya pedagang melakukan spekulasi harga pada kisaran Oktober, November, Desember, Januari, dan Februari.

content

Dengan stok akhir tahun beras di gudang Bulog yang mencukupi, para spekulan akan berpikir berulang kali untuk mencoba melakukan spekulasi dengan menaikkan harga beras. Efek psikologi yang diharapkan muncul dari spekulasi juga tidak akan begitu kuat memengaruhi pasar apabila sisa stok beras Bulog pada akhir tahun besar.

Pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah mewajibkan Bulog punya stok akhir tahun beras 2 juta ton, minimal 1,5 juta ton. Dengan stok beras yang cukup, Bulog aman melakukan intervensi harga, seperti dengan melakukan operasi pasar. Bulog tidak takut kehabisan beras.

Peluang tipis

Pakar perberasan nasional yang juga profesor riset pada Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian, Husein Sawit, mengatakan, peluang Bulog saat ini untuk membeli beras sudah menipis kalau tidak mau dikatakan habis. Ini terjadi karena panen raya padi pada musim hujan sudah hampir selesai. Pada saat musim kemarau, peluang Bulog melakukan pembelian gabah/beras rendah.

Karena pada panen padi musim bagus, gabah yang dipanen umumnya berkualitas bagus sehingga disimpan petani untuk persiapan musim paceklik dan diserap banyak pengusaha penggilingan padi untuk mengisi stok beras di gudang mereka. Gabah berkualitas bagus daya simpannya lebih tahan lama.

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Sutarto Alimoeso mengatakan, keberhasilan program upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai menjadi kunci keberhasilan pengadaan beras Bulog.

Apabila program upaya khusus untuk peningkatan produksi padi berhasil dan menyebabkan terjadi lonjakan produksi beras nasional, ada peluang bagi Bulog memperbesar realisasi pengadaan beras. Setidaknya ini bisa menahan laju kenaikan harga beras di pasar.

Seperti diberitakan harian Kompas, Selasa 5 Mei, pemerintah membentuk tim gabungan untuk memantau gejolak harga beras di lapangan. Gejolak harga yang terjadi pada awal musim panen ini dinilai sebagai bentuk anomali. Pemerintah terus berupaya mengendalikan harga beras saat ini dengan sejumlah skenario.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, data dari Kementerian Pertanian dan Perum Bulog perlu disinkronkan. Kedua lembaga itu memiliki informasi yang berbeda terkait dengan harga beras di pasaran. Dari Menteri Pertanian, Kalla menerima informasi bahwa harga beras turun di banyak tempat. Pada saat yang bersamaan, Kalla juga menerima informasi bahwa ada kenaikan harga beras di sejumlah tempat.

Kedua informasi itu, menurut Kalla, perlu diuji kebenarannya agar dapat dipakai sebagai dasar pemerintah mengambil langkah yang tepat. "Saya ingin ada tim bersama antara Bulog dan Kementerian Pertanian supaya dapat diketahui mana data yang benar," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Senin (4/5), di Jakarta.

http://cdn.img.print.kompas.com/getattachment/9eb9290f-db46-4f4e-a47a-7fec895e273e/186577

Tidak ada komentar:

Posting Komentar