● Belum Maksimal Serap Beras Petani
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menghitung hasil panen padi pada Mei-Juni tahun ini akan menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 12,39 juta ton.
Dengan pasokan gabah yang melimpah itu, diprediksi akan terjadi surplus beras 1,6 juta ton pada pertengahan tahun ini.
Namun, Kordinator Nasional LSM Protanikita, Bonang, mengaku pesimistis Bulog mampu menyerap gabah dari petani sepanjang tidak memperbaiki kinerjanya. “Surplus terjadi tapi tidak yakin (Bulog-Red) dapat menyerap gabah petani,” ujarnya di Jakarta, Jumat (22/5).
Dia mengakui, panen selama Mei-Juni terjadi di 33 provinsi dengan rincian pada Mei produksi sebesar 6,41 juta ton GKG dan Juni (5,98 juta ton GKG) dengan total luas areal panen 2,4 juta hektare (ha). Delapan provinsi, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, Lampung, Kalimantan Selatan, dan Sumatra Barat menjadi provinsi paling tinggi produksinya, yakni masingmasing di atas 500.000 ton GKG.
Tetap Mahal
Dari produksi 12,39 juta ton GKG ini, diperkirakan beras yang tersedia selama Mei-Juni mencapai 6,96 juta ton. Jika kebutuhan beras selama dua bulan sebesar 5,34 juta ton, berarti masih ada surplus beras 1,6 juta ton pada akhir Juni mendatang.
Bonang mencontohkan di Bali, Bulog baru mampu menyerap 5,65% gabah petani. “Selama kinerja Bulog belum diperbaiki, walau surplus tetap saja serapan gabah dari petani akan seret,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, soal penurunan harga beras di pasar, tergantung seberapa besar Bulog mampu menyerap hasil panen petani. “Karena Bulog bersaing dengan pihak swasta, sulit mereka bisa menyerap maksimal. Meski beras cukup, tapi harganya tetap mahal karena diserap pihak swasta,” ujarnya.
Bahkan di Jateng, menurut dia, akan menghadapi masalah kualitas beras karena pembelian gabah dilakukan dengan memberi toleransi. Artinya, meningkatkan pembelian dengan mengabaikan ketentuan Impres yang telah mengatur kualitas. “Permassalahan akan muncul ketika nanti beras disalurkan ke rakyat miskin karena kualitas beras yang tidak baik,” tuturnya. (di-69)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar