Selasa, 12 Mei 2015

Upaya Jemput Bola Bulog Diapresiasi Petani

Senin, 11 Mei 2015

Jakarta – Upaya Perum Bulog dalam pengadaan beras dan gabah diapresiasi para petani. Meski harga gabah dan beras saat ini sedang tinggi, namun Bulog dinilai tak kenal lelah melakukan jemput bola.

“Kalau harga di tingkat petani tinggi, Bulog akan membeli beras dari mitra dengan harga sesuai harga pemberlian pemerintah (HPP). Jadi, mereka melakukan segala upaya dan itu harus diberi apresiasi,” Ketua GabunganKelompok Petani (Gapoktan) Macoli Loloe Desa Palanro Kecamatan Malusetasi Kabupaten Barru Sulsel Mursalim di Jakarta, Senin (11/5).

Saat ini, harga gabah kering di tingkat petani memang tinggi. Di Kabupaten Barru, menurut Mursalim, harga gabah sudah mencapai Rp 4.100 per kilogram atau diatas HPP sebesar Rp 3.700 per kilogram. Dalam kondisi demikian, Bulog diakui mengintensifkan pembelian beras pada penggilingan, yakni sebesar Rp 7.300 per kilogram sesuai HPP.

Pakar pangan dari IPB, Koekoeh Santoso, mengatakan situasi yang dihadapi Bulog saat ini memang cukup sulit. Tingginya harga beras dan gabah di tingkat petani, membuat Bulog harus berjuang keras dalam melakukan penyerapan, dengan target tahun ini 4,5 juta ton setara beras.

Target itu dinilai cukup berat, karena Bulog tidak bisa membeli gabah di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Namun Koekoeh yakin, Bulog tetap bisa menjalankan perannya dengan baik tidak hanya dalam pengadaan, namun juga distribusi, sehingga fungsi sebagai penyangga beras nasional bisa berjalan lancar.

“Makanya, Bulog memang harus dipersenjatai. Selain mempermudah urusan distribusi dan operasi pasar, juga anggaran yang cukup untuk pengadaan,” kata Koekoeh.

Bulog juga dinilai bisa mengatasi hal tersebut, sehingga harga bisa kembali normal dan stabil. Pasalnya, selain memiliki stok yang cukup, Bulog juga memiliki jaringan distribusi yang kuat di berbagai daerah, sehingga ketika harga bergerak naik, bisa dengan cepat melakukan operasi pasar.

Kendati demikian Bulog tidak serta-merta bisa mengeluarkan stok beras dari gudang, karen harus menunggu perintah agar bisa melakukan operasi pasar.

“Begitu pula saat ini, ketika harga beras dan gabah meningkat naik. Kementerian Perdagangan harus mengeluarkan perintah kepada Bulog untuk melakukan operasi pasar,” kata Koekoeh.

Kenaikan harga beras dan gabah juga dinilai bukan kesalahan Bulog. Sebab, selain sebagai komoditas perdagangan, beras juga merupakan komoditas politik yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan oleh kelompok yang berkepentingan.

Untuk mengendalikan harga tersebut, masyarakat diharap memberi informasi bahwa stok beras mencukupi kebutuhan nasional, minimal untuk empat bulan ke depan.

“Selain melalui informasi, operasi pasar juga merupakan jawaban bahwa stok dalam keadaan cukup. Makanya pemerintah harus mengeluarkan perintah tersebut,” tandasnya.

 Investor Daily

Wahyu Sudoyo/AF

http://www.beritasatu.com/ekonomi/273124-upaya-jemput-bola-bulog-diapresiasi-petani.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar