Jumat, 15 Mei 2015
Potensi Produksi Padi di Merauke 73,6 Juta Ton
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menugaskan badan usaha milik negara membangun sentra pertanian, yaitu produksi padi, di Kabupaten Merauke, Papua. Dari potensi lahan seluas 4,6 juta hektar, 70 persen akan digarap BUMN dan sisanya akan diserahkan kepada swasta.
"Saya berikan target 3 tahun. Merauke harus bisa menjadi lumbung beras bukan hanya nasional, tetapi juga internasional," kata Presiden Joko Widodo dalam pidato pembukaan acara Indonesia Investment Week yang digelar Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Jakarta, Rabu (13/5).
Kabupaten Merauke adalah penghasil padi terbesar di Papua. Mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Merauke, produksi padi beberapa tahun terakhir terus meningkat. Tahun 2011, produksi padi sebanyak 115.289 ton, tahun 2012 sebanyak 144.946 ton, dan tahun 2013 sebanyak 177.581 ton.
Dari hasil kunjungan beberapa waktu lalu ke Merauke, Presiden telah memutuskan akan mengembangkan pertanian padi seluas 4,6 juta hektar (ha) di Kabupaten Merauke. Modal dasarnya, tanah datar yang luas dan subur dengan sungai-sungai besar. "Lahan seluas itu tidak mungkin digarap dengan tangan dan cangkul. Saya sudah sampaikan kepada bupati dan gubernur agar dikerjakan dengan mekanisasi. Namun, siapa yang mau mengerjakan," katanya.
Presiden paham tidak mungkin menyerahkan seluruh proyek itu ke swasta. Untuk itu, Presiden memutuskan pembangunan 70 persen areal dikerjakan badan usaha milik negara (BUMN). Sisanya diserahkan ke swasta. Namun, Presiden tak merinci BUMN mana yang ditugaskan mengerjakan proyek itu. Ia juga tak merinci kerangka waktu pengerjaan dan skema anggarannya.
Diasumsikan panen sebanyak 8 ton per ha per musim. Jika panen bisa dua kali per tahun, produksi dari total areal bisa mencapai 73,6 juta ton. "Ini kekuatan yang besar sekali. Karena tidak dikomunikasikan dengan pemerintah pusat, kami juga tidak tahu. Setelah kami lihat kemarin, kami putuskan untuk dikerjakan," katanya.
Stok raskin
Stok beras di gudang Perum Bulog untuk keperluan beras untuk rakyat miskin (raskin) dan cadangan beras pemerintah (CBP) tipis. Kebutuhan raskin tahun 2015 hanya cukup sampai Oktober. Menurut Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir, masalah krusial kini bagi pemerintah/Bulog adalah stok beras untuk raskin dan CBP menipis.
Stok beras di gudang Bulog sebanyak 1,2 juta ton. Sebanyak 500.000 ton sisa stok tahun lalu dan 700.000 ton hasil pengadaan beras tahun ini. Kebutuhan raskin per bulan 2,6 juta ton untuk 15 juta rumah tangga sasaran. (LAS/MAS)
http://print.kompas.com/baca/KOMPAS_ART0000000000000000013901259.aspx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar