Sabtu, 26 April 2014
JAKARTA, GATRAnews - Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan, berpendapat bahwa seharusnya Perum Bulog sudah mulai merealisasikan impor gula kristal putih (GKP) meski izin impor baru diberikan pada 11 April lalu. Pasalnya penugasan untuk Bulog sudah diberikan sejak akhir tahun lalu, sehingga Bulog memiliki waktu panjang untuk persiapan. Apalagi, izin impor GKP tersebut hanya berlaku hingga 15 Mei 2014 sehingga Bulog harus buru-buru merealisasikannya.
"Pokoknya Menteri Perdagangan sudah keluarin izinnya. Kalau Bulog sudah siap, walaupun izinnya keluar April kan langsung jadi," kata Bayu kepada wartawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (25/4/2014).
Diakui Bayu, pemberian izin impor gula untuk Bulog agak terlambat karena terganggu oleh berbagai hal, misalnya pergantian Menteri Perdagangan pada Februari lalu. "Ada pergantian Menteri dan segala macam," ungkapnya.
Dia menambahkan, Bulog tak perlu khawatir merugi karena kebutuhan gula di dalam negeri sangat tinggi, banyak sekali yang belum terpenuhi, sehingga stok GKP Bulog tidak akan mangkrak di dalam gudang. Kemendag juga memberi kebebasan bagi Bulog dalam pendistribusian maupun pemasaran stok GKP. "Kan banyak kebutuhannya, kita bisa pakai di perbatasan, untuk kebutuhan pulau-pulau terpencil juga bisa, kita lihat nanti," ucap Bayu.
Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa Bulog harus merealisasikan impor GKP hingga 324 ribu ton sesuai dengan izin yang diberikan untuk menghimpun cadangan gula di dalam negeri. "Dia sudah diberi tugas impor 324 ribu ton. Ya dia yang harus tanggung jawab," tandas Bayu.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan bahwa stok sebanyak 350 ribu ton yang dihimpun Bulog dibutuhkan untuk menutup defisit kebutuhan gula pada bulan Mei-Juli alias tak sampai sebulan lagi.
Pemberian izin impor GKP yang siap dikonsumsi ini dipertanyakan oleh berbagai pihak. Kementerian Perdagangan (Kemendag) dinilai tidak berpihak pada petani tebu dan industri gula nasional.
Menjawab kritik tersebut, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan bahwa keputusan tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa GKP lebih praktis ketimbang gula rafinasi. Bila yang diimpor adalah gula rafinasi, Bulog perlu mencari pabrik gula yang mau mengolahnya lebih dulu menjadi gula siap konsumsi. "Soal gula Bulog, itu pure masalah timing dan kebijakan," kata Lutfi, beberapa waktu lalu.
Lutfi mebambahkan, dalam Rapat Koordinasi Kementerian Perekonomian pada Desember 2013 lalu, juga diputuskan bahwa Bulog diberi penugasan untuk menghimpun stok cadangan gula dari impor. "Perintahnya memang GKP. Saya menerapkan keputusan Desember," tandasnya.
Menurutnya, pemerintah harus memiliki cadangan stok gula agar dapat menjaga stabilitas harga gula di dalam negeri yang kerap dipermainkan spekulan. Bila spekulan menahan stok gula sehingga harga menjadi tinggi, pemerintah dapat melepas cadangan Bulog untuk menstabilkan kembali harga gula. "Kita musti punya buffer stock yang baik," ujarnya.
Dia menepis kekhawatiran bahwa impor GKP ini akan membuat harga gula produksi petani lokal jatuh, justru impor GKP ini untuk menjaga stabilitas harga gula, termasuk di tingkat petani. "Jadi saya mau ingatkan, ini bukan untuk hancurkan harga petani tapi agar kita tidak dipermainkan oleh spekulan," dia menjelaskan. (Mik)
http://www.gatra.com/ekonomi-1/51607-wamendag-harusnya-bulog-sudah-realisasikan-impor-gula.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar