Jumat, 04 April 2014

Banyak Petani Tidak Tahu Sistem Resi Gudang

Jumat, 4 April 2014

BLORA, suaramerdeka.com - Sistem resi gudang (SRG) belum banyak diketahui petani di Blora. Pemkab melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait diminta lebih gencar menyosialisasikan SRG tersebut.
Bupati Blora Djoko Nugroho mengemukakan gudang serta sarana dan prasarana penerapan SRG sudah dibangun di Desa Sidorejo Kecamatan Kedungtuban di tahun 2013. Menurut rencana operasional SRG di Blora pada musim tanam (MT) II bulan Juni 2014. Bupati menyatakan kendala yang dihadapi saat ini antara lain SRG masih belum diminati petani.
Selain itu juga perlu angkutan dari lokasi gabah petani ke SRG. ''Menyikapi kendala yang dihadapi tersebut langkah yang perlu dilakukan saat ini adalah mengadakan sosialisasi tentang SRG serta mempercepat proses perijinan kepada lembaga terkait,'' ujarnya, Jumat (4/4).
Pembangunan gudang serta fasilitas utama dan pendukung gudang komoditi SRG di Blora,  dibiayai pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan. Yakni berupa dana alokasi khusus (DAK) dan dana alokasi umum (DAU) dengan total anggaran mencapai Rp 4,84 miliar. Gudang dibangun di atas tanah seluas 3.500 meter persegi milik Pemkab Blora.
Daya tampung gudang mencapai 1.500 ton gabah. Mesin pengering gabah berkapasitas 10 ton per delapan jam. Gudang ini juga dilengkapi dengan lantai jemur gabah, ganset, listrik, tataan gabah, air, perkantoran dan musholla.
Pengelola SRG nantinya adalah Koperasi Sinar Tani Mandiri Kecamatan Kedungtuban. Koperasi Sinar Tani Mandiri sedang mengajukan SIUP, TDP kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Blora. Selain itu juga saat ini dilakukan pula proses pengajuan sertifikasi gudang kepada PT Sawu Indonesia Jakarta. Melakukan proses MoU dengan PT Pertani dalam pendampingan SRG
dengan Pemkab Blora. Setelah perijinan lengkap diajukan ke Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Jakarta.
Bupati menyebutkan banyak manfaat resi gudang. D iantaranya komoditi yang disimpan (gabah atau beras) bisa diterbitkan surat berharga sebagai bukti kepemilikan dalam bentuk resi gudang. Resi gudang sebagai bukti kepemilikan dapat digunakan untuk pembiayaan dari Bank. Komoditi disimpan di gudang SRG, resiko kerusakan akibat kebocoran dan dimakan tikus menjadi
tanggungjawab pengelola gudang.
Risiko kebakaran juga sudah diasuransikan oleh pengelola gudang. Dilakukan pengujian standar komoditi sehingga mutu layak simpan. ''Pengalaman selama ini menunjukan gabah yang disimpan di gudang SRG nilai jualnya lebih tinggi,'' tandasnya.
SRG yang sudah dilakukan di Blora diantaranya telah dilakukan ujicoba mesin pengering gabah petani sebanyak 10 ton hasil cukup baik. Selain itu juga melakukan ujicoba penyimpanan gabah kering giling dalam gudang SRG. Yakni pada MT I bulan Mei-Juni 2013 sebanyak 40 ton gabah kering giling, harga saat itu sebesar Rp 4.200/kg. Disimpan dalam satu bulan harga menjadi Rp
4.250 (ada selisih harga Rp 2 juta).
MT II bulan September-Oktober 2013 sebanyak 30 ton gabah kering giling, harga saat itu sebesar Rp 4.200/kg. Disimpan dalam 1,5 bulan harga menjadi Rp 4.400 (ada selisih harga Rp 6 juta). ''Kami mendukung penuh penerapan SRG di Blora karena akan bisa meningkatkan kesejahteraan petani,'' ujar Djoko Nugroho.
( Abdul Muiz / CN19 / SMNetwork )

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2014/04/04/197145/Banyak-Petani-Tidak-Tahu-Sistem-Resi-Gudang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar