Selasa, 22 April 2014
MAJALENGKA, (PRLM).- Harga gabah kering giling (GKG) di sejumlah daerah di Majalengka terus merosot. Sebelum panan harga gabah mencapai Rp 500.000/kuintal kini hanya mencapai Rp 420.000 hingga Rp 440.000/kuintal. Kondisi tersebut diduga akibat buruknya kualitas gabah hasil panen rendeng.
Bandar gabah ataupun pemilik penggilingan kini lebih hati-hati saat membeli gabah petani ataupun menentukan harga gabah dari petani, karena kualitas gabah yang beragam.
Murahnya harga gabah menurut keterangan sejumlah petani saat ini bukan disebabkan oleh selesainya puncak musim panen, namun lebih disebabkan kualitas gabah yang kurang baik akibat serangan hama, sehingga banyak gabah yang hampa serta bulir padi yang kecil ada juga yang ukurannya lebih tipis.
Tak heran ketika gabah digiling yang biasanya tiap satu kuintal gabah diperoleh beras hingga 65 kg, kini hanya diperoleh sekitar 58 kg saja dari setiap kuintal.
Edi, petani di Kelurahan Simpeureum menyatakan, beberapa hari lalu dirinya berupaya mencoba menggiling gabah miliknya sebanyak 50 kg, Hasil penggilingan padi dari sebanyak 50 kg tersebut ternyata hanya diperoleh beras 28 kg.
“Saya mengiling gabah begitu banyak itu, guna meyakinkan apa yang diungkapkan bandar gabah yang menyebutkan banyak gabah yang hampa sehingga hasil penggilingan dari setiap kuintalnya hanya diperoleh beras sedikit, itu ternyata benar. Jadi kami baru menyadari kenapa bandar gabah mematok harga gabah ke petani sangat murah karena kualitas yang kurang baik,” ungkap Edi.
Salah seorang bandar gabah yang juga pemilik penggilingan padi Mimin, membenarkan buruknya kualitas gabah tersebut. Mimin kini mengaku tak berani berspekulasi menyetok gabah dalam jumlah yang terlalu banyak karena harga yang tidak stabil, serta mempertimbangkan kualitas gabah itu sendiri.
Dia dan suaminya mengaku sebelum membeli gabah terlebih dulu meneliti kualitas gabah setelah itu baru menetapkan harga. Gabah hasil panen dari petani di wilayah Selatan Majalengka harganya lebih tinggi dibanding gabah hasil panen petani di wilayah utara Majalengka karena perbedaan kualitas barang.
“Gabah dari wilayah Selatan kualitasnya lebih baik dibanding hasil panen di wilayah Utara. Serangan hamanya juga relatif terkendali, selain itu gabah di wilayah Selatan lebih bersih dari bulir hampa,” ungkap Mimin. (C-31/A_88)***
http://www.pikiran-rakyat.com/node/278769
Tidak ada komentar:
Posting Komentar