LAMONGAN (Surabaya Pagi) - Hingga awal April ini setidaknya sudah 25 ribu ton beras sudah terserap oleh Bulog Subdrive Wilayah III Bojonegoro, yang meliputi Lamongan, dan Tuban, dari total target penyerapan hingga 200 ribu ton selama setahun.
Kepala Bulog Efdal MS Senin (7/4) menyebutkan, penyerapan beras sejumlah 25 ribu ton tersebut tergolong cukup tinggi, apalagi jeda waktu dalam setahun masih cukup panjang. "Hingga tanggal 5 April lalu kita sudah bisa menyerap beras mencapai 25 ribu ton," ujarnya.
Jumlah penyerapan itu, terbesar justru penyerapan dari para petani di Lamongan mencapai 12.000 ton, Tuban 7000 ton, dan Bojonegoro 6.600 ton. "Jumlah penyerapan disetiap daerah dipastikan selalu flexsibel, kalau tahun yang lalu sedikit, bisa jadi tahun ini jumlahnya meningkat," tuturnya.
Disinggung saat penyerapan tahun 2013 Lamongan paling rendah bila dibandingkan dengan dua daerah lainnya, Efdal tidak menampiknya, namun ia memastikan kalau data yang sempat terlasir dibeberapa media belakangan masih terdapat selisih.
Ada beberapa faktor penyerapan beras oleh Bulog di Lamongan masih kurang,diantaranya karena faktor harga dipasaran kala itu masih cukup tinggi, tidak sesuai dengan Harga Pokok Pembelian (HPP).
Selain itu kata dia, penyerapan rendah juga dipengaruhi keterlambatan panen bila dibandingkan dengan daerah lain, dan beras warga Lamongan ternyata dibawa ke daerah lain bahkan ke luar pulau, karena faktor hukum dagang. "Jadi saya katakan penyerapan rendah Bulog bukan karena faktor kualitas beras yang kurang, tapi lebih karena tiga faktor tersebut," ungkapnya.
Karena menurutnya kualitas beras hasil produktifitas petani di Lamongan cukup baik dan bisa bersaing dengan daerah lain. Untuk itu, pada prinsipnya pihaknya tidak akan bisa menolak manakalah ada petani yang menjual berasnya ke Bulog, asalkan sudah memenuhi semua ketentuan yang dijalankan. jr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar