Rabu, 02 April 2014

Lutfi Berkacamata Kuda

Rabu, 2 April 2014

Statement Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di koran ini, Sabtu (29/3) silam terasa kontroversial. Dia menolak keras ketika diminta menyetop impor pangan. Ceritanya, Rifda Ammarina selaku Ketua Penyelenggara Agrinex 2014 meminta Lutfi untuk membuka acara tersebut seraya menyisipkan usulan untuk menolak impor. "Saya tolak secara keras permintaan panitia. Saya tolak secara tegas untuk menolak tidak impor," tegas Lutfi saat membuka acara itu di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (28/3) lalu.

Soalnya, menurut Lutfi, hingga kini ketersediaan produk pangan di Indonesia masih kurang sehingga harga sering kali naik. Jadi, katanya, impor dilakukan untuk menekan harga dan memenuhi kebutuhan. Semua itu dilakukannya demi melindungi kepentingan masyarakat Indonesia.

Saya kaget bukan karena apa yang diucapkan Lutfi tidak logis. Saya hanya merasa dia tak bijak untuk membedakan mana taktik dan mana stategi. Jika taktik adalah cara sesaat menghadapi masalah secara temporer, sementara strategi adalah kebijakan jangka panjang.

Statement Lutfi seolah-olah menganggap situasi keterpaksaan impor pangan itu sebagai kondisi yang permanen. Karena itu, satu-satunya jalan, ya, impor. Pernyataan Lutfi itu seakan-akan meniadakan upaya bangsa ini dalam jangka panjang agar tidak tergantung kepada kebijakan impor. Tak pelak, Lutfi terkesan sangat neolioberal dan hendak membuat Indonesia sebagai pasar yang empuk bagi ekspor komoditas pangan negara lain. Sekaligus tak memedulikan kepentingan petani yang justru momok melihat impor.

Lutfi mestinya merumuskan kebijakan agar neraca perdagangan luar negeri tak lagi defisit. Ekspor harus dipacu supaya lebih besar dari impor. Karena itu, Kementerian Perdagangan harus bergandengan tangan dengan Menteri Pertanian untuk menggedor produksi dengan berbagai program, seperti teknologi pertanian, pemakaian bibit unggul hingga tercipta produksi yang berdaya saing.

Tak seharusnya lagi terjadi ego sektoral, asyik dengan urusan kementerian sendiri. Itu, namanya, memandang persoalan dengan kaca mata kuda. (Bersihar Lubis)

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/04/02/87714/lutfi_berkacamata_kuda/#.UzvG_-OSzME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar