Sabtu, 14 Juni 2014
TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi meminta Perum Bulog menyertifikasi ulang daging yang akan dijual dalam operasi pasar. "Masyarakat harus diberi tahu daging itu sudah disertifikasi ulang atau belum," kata Tulus saat dihubungi pada Jumat, 13 Juni 2014.
Tak hanya sertifikasi, Perum Bulog, kata Tulus, juga wajib mencantumkan berat kotor dan bersih dari daging tersebut. Mengingat daging sebanyak 280 ton itu akan dijual dalam bentuk beku karena merupakan stok impor tahun lalu.
Begitu pula dengan harga yang dipatok Bulog untuk daging tersebut. Menurut Tulus, harus dicari tahu berapa biaya impor tahun lalu. "Harus dicek harganya tetap atau tidak, siapa tahu seharusnya masyarakat bisa dapat harga lebih murah," katanya. (Baca: Operasi Pasar, Bulog Jual Daging Sisa Tahun Lalu)
Menjelang Ramadan, Perum Bulog siap menggelar operasi pasar di seluruh Indonesia. Komoditas yang disiapkan tahun ini bukan hanya beras, tapi juga gula dan daging.
Khusus untuk daging, perusahaan pelat merah ini akan menggunakan daging sisa yang diimpornya tahun lalu. Sutarto menjelaskan, dari 3.000 ton daging impor yang diimpor tahun lalu, masih tersisa sebanyak 280 ton. Sisa stok daging ini akan digunakan untuk operasi pasar di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Kepala Bulog Sutarto Alimoeso menjamin keamanan konsumsi seluruh daging beku tersebut. "Masih aman dan sehat, ini disimpan empat tahun pun kuat, kok," ujarnya.
Soal harga jual, Bulog bakal melepas daging sapi beku dengan harga Rp 75 ribu per kilogram. Itu lebih murah dibanding harga daging sapi segar di pasar tradisional yang saat ini ada pada kisaran Rp 97 ribu per kilogram.
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/14/090584880/YLKI-Minta-Bulog-Sertifikasi-Ulang-Daging-Sapi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar