Kamis, 12 Juni 2014
MALANG, KOMPAS — Meski bisnis budidaya hortikultura, seperti buah, sayur, dan tanaman hias, memberikan keuntungan besar daripada tanaman pangan, belum banyak petani Indonesia yang terjun. Persoalannya, petani ragu tak ada jaminan pasar dan jaminan harga.
Hal itu diungkapkan Direktur Perbenihan pada Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Wijayanti Yusuf, Rabu (11/6), di Malang, di sela Pekan Nasional Petani-Nelayan Ke-14.
Sri mengatakan, yang diperlukan petani adalah sarana pergudangan, baik yang berpendingin maupun tidak, yang tersebar di semua sentra produksi hortikultura. Selain itu, diperlukan juga rantai pendingin, baik angkutan darat, kapal, maupun udara.
Sekarang ini petani yang benar-benar mau membudidayakan tanaman hortikultura hanya petani sejati. Mereka tidak selalu untung setiap kali menanam, tak jarang rugi. Karena harga komoditas kadang naik, kadang jatuh.
”Tetapi, kalau diakumulasi dalam setahun, mereka masih tetap untung,” katanya.
Meski memberikan pendapatan menjanjikan, banyak petani yang tidak berani berspekulasi. Modal untuk membudidayakan tanaman hortikultura besar sehingga kalau rugi juga besar.
Hal itu, misalnya, untuk menanam cabe, butuh investasi Rp 60 juta per hektar. Apabila panen, bisa mendapat untung bersih Rp 60 juta setiap tiga bulan. Kalau harga sedang melonjak tinggi, bisa untung berkali lipat.
Karena tidak ada jaminan harga, hal itu membuat petani enggan. Mereka lebih memilih tanaman padi, jagung, atau kedelai karena ada subsidi benih, pupuk, dari pemerintah. Jaminan harga di pasar juga ada karena Perum Bulog wajib membeli beras dengan harga sesuai harga pembelian pemerintah (HPP).
Untuk jenis tanaman umbi- umbian, seperti bawang merah atau kentang, petani memerlukan fasilitas pergudangan. Dengan adanya gudang, petani bisa menyimpan produknya sampai 6 bulan. Cara ini bisa digunakan petani untuk menahan stok hingga harga bawang menguntungkan mereka.
Berbeda lagi untuk komoditas hortikultura, seperti sayuran, jangka waktu penyimpanan bisa sebulan. Itu pun kalau dikemas dengan baik. Adapun untuk buah-buahan bisa lebih lama.
Menurut Sri, untuk gudang berpendingin, pemerintah sudah menawarkan. Namun, petani tak mau karena mereka harus membayar biaya listrik untuk kebutuhan pendingin. (MAS)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140612kompas/#/18/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar