Rabu, 11 Juni 2014

Menegakkan Kembali Kedaulatan Pangan

Rabu, 11 Juni 2014

Visi dan misi capres-ca wapres soal kedaulatan pangan dan energi layak disimak. Selama ini In do nesia tidak sepe nuh nya berdaulat terkait kedua hal tersebut. Sejum lah bahan pangan masih diimpor, begitu pula dengan bahan energi. Itu pula yang membuat harga-harga melambung tinggi meskipun negeri ini kaya akan kedua sumber tersebut.

Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) akan membangun kedaulatan pangan berbasis pada agrobisnis kerakyatan. Hal itu akan dilakukan melalui penyusunan kebijakan pengendalian atas impor pangan melalui pemberantasan terhadap “mafia” impor yang sekadar mencari keuntungan pribadi/ kelompok tertentu dengan me ngorbankan kepentingan pangan nasional. Pengembangan ekspor pertanian pun diarahkan berbasis pengolahan pertanian dalam negeri.

Dalam iklan politiknya beberapa waktu lalu menjelang pemilu legislatif, PDI Perjuangan yang menjadi tempat bernaung Jokowi memang gencar me ngam panyekan kedaulatan pangan. In donesia di mata partai nasionalis ini harus mampu mandiri dalam hal kebutuhan pangannya sehingga tak lagi tergantung pada pasokan dari luar negeri.

Tekad Jokowi-JK
Di beberapa kesempatan blusukan-nya ke daerah-daerah sebelum penetapan capres oleh KPU, Jokowi kerap menga takan tekadnya untuk menjadikan negeri ini mandiri dan berdaulat atas pangannya. Saat bertemu masyarakat di Bogor 27 April lalu misalnya, Gubernur DKI nonaktif ini menegaskan, bila terpilih sebagai presiden, dia akan membawa Indonesia bebas dari impor pangan dalam empat hingga lima tahun ke depan. Itu artinya, kebutuhan pangan nasional se penuhnya akan dipasok dari hasil per tanian dalam negeri.

Oleh karenanya, wajar bila selain pemberantasan mafia impor pangan, kedaulatan pangan yang akan diciptakan oleh Jokowi-JK, yakni dengan penang gulangan kemiskinan pertanian dan dukungan regenerasi petani. Hal ini akan dilakukan melalui beberapa hal. Pertama, pencanangan 1.000 desa berdaulat hingga tahun 2019.

Hal kedua yang dilakukan, yaitu pe ningkatan kemampuan petani, orga nisasi tani, dan pola hubungan dengan peme rintah, terutama pelibatan aktif perem puan petani/pekerja sebagai tulang punggung kedaulatan pangan. Ketiga, pembangunan irigasi, bendungan, sarana jalan dan transportasi, serta pasar dan kelembagaan pasar secara merata.

Dalam membangun kedaulatan pangan berbasis pada agrobisnis kerakyatan, pasangan Jokowi-JK juga akan mela kukannya melalui komitmen untuk imp lementasi reforma agraria. Caranya? Pertama, pendistribusian aset terhadap petani melalui distribusi hak atas tanah petani melalui land reform dan program kepemilikan lahan bagi petani dan buruh tani. Ini diikuti dengan menyerahkan lahan sebesar sembilan juta hektare.

Cara kedua, meningkatkan akses petani gurem terhadap kepemilikan lahan pertanian dari rata-rata 0,3 hektare, menjadi dua hektare per KK tani. Selain itu, juga dengan pembukaan satu juta hektare lahan pertanian kering di luar Jawa dan Bali. Untuk membangun kedaulatan pangan berbasis agrobisnis kerakyatan ini, Jokowi-JK selanjutnya akan membangun bank khusus untuk pertanian, UMKM, dan koperasi.

Misi Prabowo-Hatta
Lantas apa misi yang akan dilakukan oleh pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam hal kedaulatan pangan? Keduanya berjanji mencetak dua juta hektare lahan baru untuk meningkatkan produksi pangan, antara lain, beras, jagung, sagu, kedelai, dan tebu yang dapat mempekerjakan lebih dari 12 juta orang.

Mereka juga berjanji mempercepat pengembangan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas perta nian rakyat, terutama tanaman pangan, peternakan, dan perikanan melalui penam bahan dana riset sebesar Rp 10 triliun dari APBN selama 2015-2019.

“Termasuk membangun Demplot Peningkatan Produktivitas Pertanian Rakyat di setiap kabupaten mulai tahun 2015. Hal ini disesuaikan dengan pe ngembangan koridor ekonomi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),” tulis Prabowo-Hatta dalam visi-misi mereka.

Untuk membangun kembali kedau latan pangan, pasangan ini juga mendo rong pembangunan industri pengolahan pangan, peternakan, dan perikanan yang berdaya saing tinggi. “Ini melalui, antara lain, pemberian insentif fiskal dan atau pembiayaan kepada BUMN dan patungan BUMN-swasta,” sebut keduanya.

Pasangan ini juga berjanji mencetak dua juta hektare lahan untuk aren, ubi ka yu, ubi jalar, sagu, sorgum, kelapa, kemiri, dan bahan baku bioetanol lainnya dengan sistem tumpang sari yang dapat mem pe kerjakan lebih dari 12 juta orang. Ini dilakukan dengan berbagai pola pengusa haan, seperti perusahaan BUMN-rakyat maupun patungan BUMN-swasta.

“Dan memberikan prioritas pada pengembangan bahan bakar nabati, serta energi-bio dan energi terbarukan pada umumnya, yang diikuti kebijakan kewajib an pemakaian biodiesel yang dinaikkan bertahap,” tulis mereka di visi-misi setebal sembilan halaman ini.

Prabowo-Hatta berjanji pula mem bangun pabrik pupuk urea dan NPK baru milik petani dengan total kapasitas empat juta ton. Serta menjamin harga pangan yang menguntungkan petani, peternak, dan nelayan, sekaligus terjangkau kon sumen melalui sinergi kebijakan harga dan stok.

Ditunggu keberaniannya
Bila ditelisik, program serta agenda kedua pasangan calon dalam mewujudkan visi-misi mereka dalam menegakkan kedaulatan pangan, tidak begitu jauh ber beda. Intinya, kedua pasangan caprescawapres ingin membangun kedaulatan pangan melalui pemberdayaan terlebih dahulu pada petani itu sendiri dengan memberikan kemudahan-kemudahan bagi petani dalam memproduksi dan menjual hasil pertaniannya. Sebagai visi-misi, tentu saja cenderung normatif.

Perkembangan impor pangan nasional sekarang ini dapat dikatakan sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Defisit per da gangan pangan sudah semakin lebar. Ini menunjukkan Indonesia lebih banyak meng impor barang daripada mengekspor nya. Dalam pidato kenegaraan di DPR pada 16 Agustus 2013, Presiden SBY mengakui adanya penurunan dalam kinerja ekspor. Sebaliknya, impor terutama bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat. Impor yang dimaksud tentu saja termasuk impor pangan nasional.

“Akibatnya, neraca perdagangan kita memburuk dan kondisi neraca pemba yaran kita melemah,” kata Presiden. Itu pula yang mendorong pemerintah mela kukan kebijakan percepatan perubahan APBN 2013 yang bertujuan menjaga difisit APBN dalam batas aman melalui pengen dalian subsidi BBM.

Praktik impor pangan sebenarnya menunjukkan bahwa pemerintah tidak mampu mencapai tujuan meningkatkan produksi pangan nasional sebagaimana diharapkan. Padahal, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju permintaan terhadap pangan terus meningkat rata-rata lima persen setahunnya. BPS men catat, selama Januari-Oktober 2013, secara volume impor pangan mencapai 15,4 juta ton atau setara dengan 7,73 miliar dolar AS.

Memutus ketergantungan terhadap impor pangan dalam rangka menegakkan kembali kedaulatan pangan, memang bu kan perkara gampang. Sebab, bukan seka dar berhenti pada upaya untuk me ning katkan produksi pangan nasional sesuai permintaan domestik. Tapi, juga menyang kut persoalan keberanian untuk memutus mata rantai mafia impor—seperti dica nang kan oleh Jokowi-JK—yang me libat kan pihak swasta dan pejabat peme rintah.

Untuk memutus mata rantai mafia impor itu, pemerintah yang berkuasa nan tinya—siapa pun mereka—harus berani menindaknya dengan tegas. Impor pangan memang cara mudah sekaligus membawa untung besar untuk menutupi keter ba tasan produksi pangan nasional. Namun, hal ini jelas-jelas akan semakin men jauhkan negeri ini dari cita-cita mene gakkan kedaulatan pangan. Di sisi lain, justru menyuburkan mafia impor pangan yang mengejar keuntungan pribadi dan kelompoknya. Siap bapak-bapak caprescawapres?
oleh nurul s hamami
29 Bahan Pangan yang Diimpor Indonesia
Januari-November 2013 (nilai dalam dolar AS)

1. BERAS
Nilai: 226,4 juta
Volume: 432,8 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Thailand, India,
Pakistan, Myanmar

2. JAGUNG
Nilai: 822,35 juta
Volume: 2,8 miliar kg
Negara eksportir: India, Brasil, Argentina,
Thailand, Paraguay

3. KEDELAI
Nilai impor: 1 miliar
Volume: 1,62 miliar kg
Negara eksportir: AS, Argentina, Malaysia,
Paraguay, Uruguay

4. BIJI GANDUM
Nilai :2,26 miliar
Volume: 6,21 miliar kg
Negara eksportir: Australia, Kanada, AS,
India, Ukraina

5. TEPUNG TERIGU
Nilai: 74,9 juta
Volume: 185,8 juta kg
Negara eksportir: Srilanka, India, Turki,
Ukraina, Jepang

6. GULA PASIR
Nilai: 44,4 juta
Volume: 75,8 juta kg
Negara eksportir: Thailand, Malaysia, Australia,
Korea Selatan, Selandia Baru

7. GULA TEBU
Nilai: 1,5 miliar
Volume: 3,01 miliar kg
Negara eksportir: Thailand, Brasil, Australia,
El Salvador, Afrika Selatan

8. DAGING SEJENIS LEMBU
Nilai:185,8 juta
Volume: 41,5 juta kg
Negara eksportir: Australia, Selandia Baru,
AS, dan Singapura

9. JENIS LEMBU
Nilai: 271,2 juta
Volume: 104,4 juta kg
Negara eksportir: Australia

10. DAGING AYAM
Nilai: 30.259
Volume: 10.825 kg
Negara eksportir: Malaysia

11. GARAM
Nilai: 85,6 juta
Volume: 1,85 miliar kg
Negara eksportir: Australia, India, Selandia
Baru, Jerman, Denmark

12. MENTEGA
Nilai: 93,7 juta
Volume: 20,8 juta kg
Negara eksportir: Selandia Baru, Belgia,
Australia, Prancis, Belanda

13. MINYAK GORENG
Nilai: 77,4 juta
Volume: 84,7 juta kg
Negara eksportir: Malaysia, India, Vietnam,
Thailand

14. SUSU
Nilai: 772,4 juta
Volume: 194,5 juta kg
Negara eksportir: Selandia Baru, AS, Australia,
Belgia, Belanda

15. BAWANG MERAH
Nilai: 38,9 juta
Volume: 81,3 juta kg
Negara eksportir: India, Thailand, Vietnam,
Filipina, Cina

16. BAWANG PUTIH
Nilai: 333,3 juta
Volume: 404,2 juta kg
Negara eksportir: Cina, India, Vietnam

17. KELAPA
Nilai: 868.209
Volume: 835.941 kg
Negara eksportir: Thailand, Filipina, Singapura,
Vietnam

18. KELAPA SAWIT
Nilai: 2,4 juta
Volume: 3,25 juta kg
Negara eksportir: Malaysia, Papua Nugini,
Virgin Island

19. LADA
Nilai: 3,4 juta
Volume: 371.002 kg
Negara eksportir: Malaysia, Vietnam, Belanda,
AS

20. TEH
Nilai :27,7 juta
Volume: 19,5 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Kenya, Iran,
India, Srilanka

21. KOPI
Nilai: 37,4 juta
Volume: 15,2 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Brasil, AS, Italia

22. CENGKEH
Nilai: 3,3 juta
Volume: 309.299 kg
Negara eksportir: Madagaskar, Brasil,
Mauritius, Singapura, dan Comoros

23. KAKAO
Nilai:73,2 juta
Volume: 29,3 juta kg
Negara eksportir: Ghana, Pantai Gading,
Papua Nugini, Kamerun, dan Ekuador

24. CABAI
Nilai: 368.361
Volume: 293.926 kg
Negara: Vietnam dan India

25. CABAI KERING
Nilai: 20,9 juta
Volume: 17,1 juta kg
Negara eksportir: India, Cina, Thailand,
Jerman, Spanyol

26. CABAI AWET
Nilai: 2,7 juta
Volume: 2,6 juta kg
Negara eksportir: Thailand, Cina,
Malaysia,Turki

27. TEMBAKAU
Nilai: 571,6 juta
Volume: 111,8 juta kg
Negara eksportir: Cina, AS, Turki, Brasil,
Italia

28. UBI KAYU
Nilai : 38.380 juta
Volume: 100.798 kg
Negara eksportir: Thailand dan Vietnam

29. KENTANG
Nilai: 27,6 juta
Volume: 44,6 juta kg
Negara eksportir: Australia, Kanada, AS,
Mesir, Jerman

Sumber: Badan Pusat Statistik

http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/14/06/10/n6y9873-menegakkan-kembali-kedaulatan-pangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar