Kamis, 05 Juni 2014

Ini Penyebab Importir Kurangi Impor Sapi dari Australia

Kamis, 5 Juni 2014

Jakarta -Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengakui terjadi pengurangan realisasi impor sapi hidup dari Australia pada triwulan II-2014 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penyebabnya realisasi impor sapi pada triwulan I sudah cukup tinggi hingga 3 kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu. Meski meningkat volume impornya, namun realisasinya relatif tak sampai 100% dari izin yang diberikan.

Pemerintah Indonesia memang membuka kran impor daging dan sapi hidup lebar-lebar sejak ditiadakannya ketentuan kuota impor.

"Pada triwulan pertama lonjakan permintaan tinggi sekali karena itu untuk hadapi Hari Raya terutama sapi bakalan perlu waktu 60-100 hari (2-3 bulan). Jadi biasalah naik-turun, naik-turun," kata Lutfi saat ditemui di Gedung Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (5/06/2014).

Pihak otoritas peternakan sapi di Australia mengungkapkan pada triwulan II-2014, importir sapi asal Indonesia mengurangi permintaan ekspor sapi hidup dari Australia sebanyak sekitar 70.000 ekor.

Menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag) realisasi impor sapi siap potong di triwulan I, terhitung pada tanggal 31 Maret 2014 mencapai 15.834 ekor, atau baru mencapai 60,06% dari jumlah Surat Persetujuan Impor (SPI) yang telah diterbitkan yakni 26.360 ekor kepada 16 perusahaan.

Sementara itu, untuk sapi bakalan realisasi impor hingga 30 Maret tercatat mencapai 112.045 ekor atau 86,02% dari SPI yang diterbitkan sebanyak 130.245 ekor yang diberikan kepada 35 perusahaan.
Impor daging sapi terhitung 31 Maret 2014 realisasinya mencapai 17.374,64 ton, atau hanya 34,04% dari SPI yang dikeluarkan untuk periode Januari-Maret sebanyak 51.037,47 ton kepada 75 perusahaan.

"Angka triwulan pertama impor sapi lonjakan 3 kali lipat dibandingkan kuartal pertama tahun lalu. Ini tren saja," imbuhnya.

Ia juga memastikan pengurangan pemesanan impor sapi dari Australian tidak akan mengganggu permintaan daging sapi di dalam negeri termasuk untuk kebutuhan Puasa dan Lebaran. Pasokan sapi hidup yang ada di perusahaan penggemukan sapi maupun di peternak lokal dinilai cukup.

"Kita akan jamin ingin pasokannya baik dulu, Kenapa kok bisa tumbuh sekali antara triwulan pertama tahun ini dengan tahun lalu? Karena memang tinggi sekali permintaan. Oleh sebab itu kita pasok dulu. Begitu stok baik, harga akan menentukan keseimbangan. Maunya berapa? Bulan Mei ini kita mau Rp 90.000/kg. Setelah Lebaran itu target kita harga daging sapi Rp 86.000/kg," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar